20 - Switch To Another Place

17 3 0
                                    

Dengan berlinang air mata Maya bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati adik laki laki kemudian ia memeluk jasad adiknya dengan erat walaupun di penuhi darah Maya tidak peduli dengan semua itu.

"Ka-kamu yang tenang ya di sana hiks....kak May tau kalo kamu hiks.....tidak melakukan kesalahan itu hiks..." isak Maya sambil terus memeluk adiknya.

Tidak lama kemudian ia melepaskan pelukkan tersebut.

"Aku berjanji aku akan menemukan pelakunya, dan aku akan membunuhnya sama seperti dia membunuh mu Vano!" ujar Maya sambil mengepalkan kedua tangannya

Flash Back Off

Bunda yang masih menatapan pantulan dirinya di cermin seketika menggeleng gelengkan kepalanya agar kejadian itu tidak kembali muncul di benaknnya. Sungguh sangat menggangu tapi sesuai dengan janjinya Maya akan menemukan pelakunya.

Wanita itu pun melirik ke arah gaun yang ia kenakan dan ternyata gaun tersebut sedikit sobek mungkin ini akibat gerakkannya yang terlalu cepat sampai menyebabkan sobek pada gaunnya.

"Hah? Bangaimana ini?" ujar Maya. "Gaun ini adalah gaun terbagus yang ku miliki!"

Maya melirik orang orang yang sudah ia bunuh entah mangapa ia tidak memiliki ketakutan sama sekali bahkan ia tidak takut jika dirinya di tangkap. Ia sudah berjanji pada atasannya bahwa tugasnya untuk menghabisi sampah penghianat di negeri ini. Dan juga untuk mencari siapa sebenarnya dalang di balik pembunuhan adiknya dulu.

"Baiklah, nanti aku antarkan gaun ini ke tukang jahit" ujar Maya kemudian ia mematikan kran air dan mulai membersihkan sisa darah yang masih ada.

------------------

Sepanjang perjalanan Henry dan Davin terus memantau situasi kiri dan kanan mereka takunya ada yang mengikutinya. Terlihat jika Runa masih berusaha untuk menahan rasa sakit di bagian perutnya begitu pula dengan Davin yang terus menekan luka di perut Runa agar darah yang keluar dari tubuh gadis itu melambat.

"Apa tuan akan membawa Runa ke rumah sakit?" tanya Davin sambil terus menekan luka di perut Runa.

"Tidak" ujar Henry. "Aku tidak akan membawanya ke rumah sakit"

"Apa kenapa tuan?" jawab Davin bertanya

"Aku tidak mau ambil resiko, jika aku membawa Runa ke rumah sakit maka akan banyak orang yang curiga dengan ku, begitu pula dengan Runa dia pasti akan mudah untuk di temukan!" jelas Henry

"Dan tolong jangan panggil aku tuan, tapi panggil saja aku om!" lanjut Henry sambil mengeluarkan ponsel dari dalam saku.

"Ba-baiklah tu.....maksudku om!" jawab Davin melirik gadis yang berada di sampingnya itu dengan komdisi mulai lemah.

"Tu....maksudku om, bisakah mobil ini melaju sedikit lebih cepat!" ujar Davin. "Aku rasa kondisi Runu mulai lemah"

"Baiklah" ujar Henry. "Kau dengar itu, jalan lebih cepat lagi!"

"Baik tuan, tapi tujuan kita pergi kemana?" tanya Toni supir pribadi Henry

"Ke apartemen Draka!" jawab Henry

Toni hanya mengangguk sebagai jawaban kemudian pria itu sedikit mempercepat laju mobilnya sesuai dengan perintah tuannya.

"Bertahanlah sebenar lagi kita akan sampai na!" ujar Henry melirik ke arah Runa yang duduk di jok belakang.

Tidak lama kemudian mereka semua tiba di depan apartemen milik Draka dan Davin keluar dari mobil sambil menggendong Runa di punggungnya dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam lobby apartemen yang terlihat megah itu.

Secret OrganizationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang