44 - Which Are Actually

6 4 0
                                    

Cahaya matahari masuk ke dalam celah celah jendela kamar, dan alarm berbunyi seketika itu pun membuat Runa membuka matanya namun hal pertama yang ia lihat adalah Davin yang tengah tidur di sebalahnya.

Runa terlonjak dengan cepat ia bangun dari tempat tidur dan berusaha untuk mengatur nafasnya yang tidak beraturan, pikirannya pun seketika bergerak memikirkan sesuatu hal aneh.

Dengan cepat ia menggelang gelengkan kepalanya agar semua yang ada di dalam pikirannya pergi jauh jauh, tanpa sepatah kata pun ia beralih mengambil ponsel miliknya.

Melihat jam sudah menunjukkan pukul enam ia bergegas untuk menemui teman temannya yang lain, dengan sangat hati hati ia berjalan menuju pintu kemudian ia menutup pintu itu dengan lembut.

"Runa!" panggil Laura dari arah belakang.

"Jezz....Laura kau mengangetkan ku!" jawab Runa terlonjak melihat Laura yang tiba tiba ada di belangkangnya.

Laura mengkerutkan dahinya bingung, kenapa Runa terlihat begitu bingung dan wajahnya terlihat kemerah merehan.

"Apa kau sakit?" tanya Laura

Runa menggelengkan kepalanya sebagai jawaban lalu ia bertanya pada Laura.

"Aku baik, kenapa kau bertanya begitu?" tanya Runa

"Muka mu merah!" jawab Laura menatap wajah Runa.

"Ayo kalian berdua bantu aku masak!" celetuk Mia yang tiba tiba berada di samping Laura.

Laura dan Runa terlonjak akan kedatangan Mia yang tiba tiba tanpa permisi.

"Runa kau sakit?" tanya Mia dengan raut wajah heran.

"Tidak, aku tidak sakit aku baik baik saja!" ujar Runa kemudian ia mengeluarkan ponselnya dan bercermin pada ponsel tersebut.

Sambil bercermin Runa sendiri terkejut jika wajahnya merah, ia tidak tau apa penyebabnya tapi yang pasti ia tidak sedang sakit.

"Sudah lah, biarkan saja nanti juga menghilang" ujar Runa. "Ayo kita ke dapur!"

Mereka bertiga berjalan menuju dapur sesampainya di dapur mereka langsung membagi tugas yang harus mereka lakulan, ya walaupun ketiganya tidak begitu pintar dalam memasak setidaknya mereka mencoba.

"Akan ku potong kentang ini!" ujar Laura lalu ia mengambil pisau dan memotong kentang tersebut dengan cepat dan rapih.

"Kau benar benar psikopat ya!" celetuk Runa menoleh ke arah Laura.

Laura menggerutu kesal dengan kalimat yang di ucapkan oleh Runa, tapi memang ada benarnya juga jika ia selalu di katakan psikopat karena memang dulu ia adalah seorang pembunuh bayaran namun ia telah berhenti melalukan kotor pekerjaan itu.

"Jujur aku memang psikopat karena aku mantan pembunuh bayaran!" Laura mengaku.

Seketika Runa dan Mia menghentikan pekerjaannya lalu bersama menoleh ke arah Laura dengan tatapan tidak percaya.

"Benarkah?" tanya Mia terkejut.

Laura mengangguk sebagai jawaban, kemudian ia berkata sambil melihat wajah kedua temannya secara bergantian.

"Aku melakukan itu karena terpaksa itu pun untuk mencukupi kebutuhan hidup aku dan adik ku tapi, adik laki laki ku di kabarkan menghilang setelah memasuki kawasan perhutanan dan sampai sekarang dia tidak bisa di temukan dan di nyatakan sudah tewas" jelas Laura panjang lebar.

Mia dan Runa mengelus elus punggung Laura dengan lembut.

"Aku turut berduka cita atas kepergian adik mu itu Lau" ujar Runa. "Tapi bisa kau katakan siapa yang mengajak mu itu?"

"Maya" jawab Laura.

Seketika Runa terkejut mendengar perkataan yang keluar dari mulut Laura, Runa merasa jika ia mengenal betul sosok orang yang berna Maya itu.

"Tunggu, apa nama lengkapnya Maya Aubrey?" tanya Runa.

Laura mengngguk sebagai jawaban lalu ia berkata.

"Dari mana kau tau?"

"Dia ibu tiri ku!" jawab Runa

Jawaban tersebut membuat Laura dan Mia terkejut apalagi Laura yang tau betul sifat asli wanita itu.

"Apa kah kau tau na, bahwa ibu tiri mu itu adalah mantan istri Yudha" ujar Laura.

"Tidak, memangnya kenapa?" tanya Runa bingung.

Laura menoleh ke arah Mia kemudian ia beralih menoleh ke arah Runa.

"Yudha itu adalah otak dari kejadian tiga tahun lalu yang hampir menewaskan semua orang di kota ini na!" jelas Laura.

Sontak saja Runa terkejut dengan perkataan Laura tersebut ia tidak percaya jika orang biasa seperti Yudha adalah otak dari semua kejadian tiga tahun lalu.

"Dan dia sekarang sedang mengumpulkan pasukan untuk menyerang kota dan menghancurkan segalanya tertutama kita kita!" celetuk Mia menjelaskan.

"Dari mana kalian tau?" tanya Runa

"Samuel!" ucap Mia dan Laura bersama.

Runa benar benar terkejut dengan ucapan kedua temannya itu, ia mengira jika Samuel berpihak pada ayahnya ternyata tidak.

"Sebenarnya, belakangan ini kami mendapatkan sebuah surat dari seseorang dan setelah di teliti ada sebuah sandi dan ternyata sandi tersebut berasal dari sebuah hutan belantara di luar kota dan terdapat nama Samuel di sana" jelas Mia.

"Tapi aku tidak bisa melacaknya karena lokasi itu sulit untuk di jangkau, kecuali kita masuk ke dalam hutan itu!" lanjut Mia.

"Dan yang lebih parah lagi, kini Yudha sudah berhasil menghasut beberapa orang untuk ikut bersamanya termasuk James dan Ayah mu na!" ujar Laura menjelaskan.

"Jadi mereka bekerja sama begitu?" ujar Runa. "Dan apa mereka akan memburu kita?"

Laura mengangguk sebagai jawaban kemudian ia berkata.

"Kita mengetahui informasi ini dari Dicki tapi, dia sudah....sudah tidak ada!"

Runa terkejut. "Maksud mu meninggal?, yang benar saja!"

"Benar, dia berkorban demi kita semua dan ia menghembuskan nafas terkahirnya di saat kita meninggalkan markas Venzor!" jelas Mia menghelan nafas.

Runa menghelan nafas panjang. "Semoga kau tenang di sana Dic, terimakasih atas pengorbanan mu untuk kami semua!"

"Dan terakhir ia bilang jika sudah sebanyak lima ratus orang lebih yang ikut bekerja sama dengan Yudha dan hanya menyisakan kita serta Samuel dan juga beberapa orang baik lainnya!" ujar Mia menjelaskan dengan teliti.

Runa tertunduk lemas. "Jadi, ayah, kak Draka dan Ibu tiri ku bekerja sama dengan Yudha begitu" ujar Runa.

"Ya begitu lah!" jawab Laura mengelus lembut punggu Runa.

"Bersabarlah, kita pasti akan menemukan jalan keluarnya" ujar Mia. "Asal kau tau, kebaikan itu selalu menang!"

"Jadi kita terus berusaha bersama sama sampai akhir!" celetuk Laura dengan merangkul kedua temannya.

"SEMANGAT!!" pekik Mia membuat semuanya terkejut.

Kemudian mereka bertos bersama sambil mengucapkan. "Berjuang sepenuh jiwa!"

"Baiklah, tujuan kita berikutnya adalah hutan belantara untuk mencari Samuel!" ujar Runa kembali bersemangat dan melupakan tentang Ayah, Ibu tirinya dan Draka.

"Bersiap lah ayah, kita akan lihat siapa yang akan terpuruk dan menderita!" batin Runa.

*To Be Continue....

Secret OrganizationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang