Suami Pilihan

33. Penolakan

Kupikir Mas Libra sudah gila karena berani meminta hal yang tidak masuk akal kepadaku.

Apa katanya tadi? melahirkan keturunan untuknya setelah apa yang diperbuatnya kepadaku

Enak saja. Sampai kapan pun aku tidak akan pernah mau mengabulkannya. Tanpa perlu berpikir dua kali aku langsung menolak tegas permintaannya saat itu juga.

Persetan dengan Tarisa! Aku memutuskan untuk tidak peduli lagi dengan wanita itu. Terserah dia mau bagaimana, namun aku tidak akan rela menukar hidupku kepada Mas Libra hanya demi menjebloskannya ke penjara.

Memang sudah tepat rasanya aku melakukan Kb diam-diam tanpa sepengetahuannya. Tidak bisa kubayangkan seandainya saat ini aku mengandung keturunan Mas Libra. Bisa-bisa aku terpasung dalam cengkramannya seumur hidup tanpa bisa lepas darinya. Menurut pengamatanku pria seperti Mas Libra pasti tak akan berat menjadikan anak sebagai alasan untuk membuatku tunduk kepadanya. Sedangkan dia bebas mau melakukan apa saja, atau bersama siapa saja di luaran sana. Tentu saja kehidupan seperti itu tidak adil bagiku. Sampai mati pun aku tidak ingin kembali mengulangi kesalahan yang sama seperti kedua orang tuaku. Cukup aku yang jadi korban, kelak keturunanku tidak kuperkenankan untuk menyaksikan kebobrokan pernikahan orang tuanya seperti yang pernah kualami. Apalagi sampai melihat pelakor merecoki hidupnya. Oh tidak, membayangkannya saja aku sudah keburu geram.

Jadi alangkah bodohnya aku kalau sampai mau menuruti permintaan ngawur Mas Libra . Lagian dia kira aku sebodoh apa sih? Sudah dikibulin, diselingkuhi, terus sekarang disuruh lagi mengandung anaknya.

Hello, situ waras? Ingin rasanya kuteriakkan kata-kata tersebut di depan wajahnya sekarang.

Sudah untung dirinya gak ikut-ikutan kutuntut dengan pasal perzinahan.  Seandainya mau, aku juga bisa membuat Mas Libra terseret bersama Tarisa masuk ke ranah hukum. Dan dapatkan kupastikan nama baik dan karirnya juga akan ikut hancur saat itu juga.

Hanya saja aku belum segila itu untuk melakukannya. Biar bagaimana pun aku masih mengingat kebaikannya selama pernikahan kami. Ditambah lagi peran keluarganya yang begitu baik kepadaku, membuatku mengurungkan niat untuk memperpanjang masalah dengan Mas Libra. Rasanya aku tidak sampai hati melihat Ayah dan Ibu sedih kepikiran harus melihat anaknya dijebloskan ke penjara.

Karena tak dapat dipungkiri Mas Libra adalah tulang punggung di keluarganya. Tanggung jawab yang dipikul di pundaknya cukup berat. Dan aku sudah menyaksikannya sendiri setelah menjadi istrinya. Bukan hanya ayah dan ibu yang harus dipikirkannya, adik dan keponakannya juga turut serta menjadi tanggung jawabnya. Jadi kalau pria itu hancur karirnya, otomatis keuangan mereka pun ikut berdampak.

Jelas saja aku tidak menginginkan hal itu terjadi. Mendingan kupilih untuk tidak memperbesar masalah.

Memang kesannya terdengar naif, tapi aku tidak ingin semakin banyak orang terseret. Padahal mereka tidak ada hubungannya dengan semua yang terjadi ini. Masalah ini murni karena kesalahan Mas Libra semata, tidak ada sangkut pautnya dengan keluarganya.

Singkat kata, Intinya sekarang aku hanya ingin terbebas dari pernikahan ini. Selebihnya aku sudah tidak mau tahu lagi. Masalah Tarisa dan mas Libra seperti tidak dapat azab karena mempermainkanku, itu semua kuserahkan kepada sang pemilik alam. Bukan hakku membalas kejahatan mereka. Sekarang yang kufokuskan adalah terlepas dari pernikahan ini.
Selanjutnya mengenai mereka bukan urusanku lagi.

Namun yang jadi masalahnya sekarang adalah ternyata tidak segampang itu berurusan dengan Mas Libra. Alih-alih instropeksi diri, pria itu malah ngambek lalu pergi keluar dari kamar meninggalkanku. Parahnya lagi ia sengaja menutup pintu sekuat mungkin demi memberitahukan bahwa dirinya marah kepadaku.

Bagiku sikapnya barusan sangat kekanak-kanakan. Semoga saja Ayah dan Ibu tidak terbangun karena terganggu mendengar suara bantingan pintu dari kamar kami. Kalau tidak bisa-bisa kami berdua langsung disidang malam ini juga.