26. Sikapmu melukaiku

32.8K 3.6K 495
                                    

Dulu, dulu sekali, aku pernah berkhayal menjadi cantik dan diperebutkan oleh beberapa pria. Dalam angan semauku itu, para pria tersebut akan berlomba-lomba mempertahankanku di sisinya. Segala cara akan mereka lakukan demi memenangkan hatiku. Dan akhirnya aku harus memilih di antara salah satu dari mereka. Meskipun akan ada hati yang terluka kubuat.

Yeah, kira-kira begitulah impian naifku pada masa lalu. Sebelum semuanya dihancurkan dengan realita yang menyakitkan.

Namun sekarang disaat aku sudah lama menghentikan khayalanku itu, tiba-tiba apa yang kuinginkan dulu itu terwujud tepat di depan mataku. Dimana Mas Libra dan Adrian sampai harus baku hantam demi memperebutkanku.

Lantas, apakah aku merasa bahagia sekarang?

Ternyata jawabannya tidak sama sekali. Dibanding tersanjung, aku malah merasa muak melihat aksi keduanya. Tapi daripada keduanya mati konyol di depanku, terpaksa aku harus turun tangan memisahkan mereka. Meskipun awalnya sulit, namun akhirnya keduanya berhasil dipisahkan dan dibawa ke pos keamanan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya masing-masing.

Selanjutnya untuk masalah hukuman mereka, kurasa keduanya sudah jauh lebih pintar untuk mengatasinya. Yang pasti aku tidak peduli dengan keduanya.

Karena sekarang masalahku bukan hanya mereka saja. Tapi ada Bu Rahardjo yang berhasil menyita pikiranku.

Apa coba maksudnya untuk muncul di depanku tadi?

Sepertinya secepatnya aku harus menemuinya. Sudah cukup rasanya aku menghindarinya selama ini. Mau tidak mau aku harus menghadapinya seorang diri. Dengan begitu aku dapat mengetahui motifnya kepadaku. Terlepas dari kebenaran bahwa dia adalah ibuku atau tidak, menurutku aku harus bicara dengannya.

Dan bila nanti saat itu tiba, kuharap aku dapat kuat mendengar semua fakta yang disampaikannya kepadaku.

***

"Para pelaku penyerangan itu masih di bawah umur. Jadi kepolisian memutuskan untuk tidak menindaklanjuti kasus mereka. Mereka hanya diberi pengarahan saja, agar kedepannya jangan mengulangi perbuatan yang mencelakakan orang lain."

Saat ini aku sedang mendengar dengan baik berita yang disampaikan oleh Ishak kepadaku. Tapi yang membuat diriku sedikit terkejut adalah ketika mengetahui bahwa pelaku penyeranganku kemarin adalah remaja di bawah umur.

Wow...luar biasa sekali tindakan mereka! Kelakuan fans nya Tarisa itu sungguh mengerikan. Tapi jujur sedikit pun aku tidak menyangka kalau mereka masih semuda itu. Melihat dari penampilannya pada saat menyerangku, kupikir mereka semua adalah wanita dewasa sebayaku. Pantas saja perbuatan mereka cukup anarkis.

Bohong rasanya bila aku tidak merasa kecewa mendengar keputusan yang diterima kelimanya. Mengingat bagaimana sisksaan mereka kepadaku. Mereka bukan hanya menyiksa fisikku saja, tapi juga mentalku habis-habisa diserang mereka hingga ke titik terendah.

Tapi apa mau dikata, sepertinya itu sudah keputusan yang dibuat oleh para penegak hukum. Aku cuma berharap ke depannya kelima remaja itu tida, mengulangi perbuatan mereka kepada orang persis sama seperti yang kurasakan.

"Tapi Mbak jangan khawatir, meskipun mereka tidak dihukum, tapi sanksi sosial tetap berjalan." Suara Ishak membuyarkan lamunanku.

Aku menoleh ke arah Ishak dengan pandangan tidak mengerti. "Maksudnya?"

"Kelima remaja itu habis dihujat di media sosial. Tidak sampai di situ saja, kehidupan pribadi mereka juga diumbar ke publik. Bahkan keluarga yang tidak bersalah juga ikut terseret-seret menanggung perbuatan mereka."

Seketika aku menjadi iba terhadap keluarganya. "Keluarganya kan tidak salah apa-apa, kenapa mereka jadi sasaran juga?" tanyaku heran.

"Gak salah apanya?" Suara Ishak terdengar kesal. "Remaja itu tidak akan bertindak gila kalau seandainya ada peran orang tua yang ikut mengawasi. Apa gunanya orang tua kalau membiarkan anak-anaknya menjadi seorang kriminal. Dikira tanggung jawab itu cuma ngasih makan aja apa? Kalau gitu hewan juga bisa. Bahkan mungkin lebih pintar pun rawat anaknya," decaknya sinis. "Lagian mendingan gak usah berkeluarga deh, kalau toh ujung-ujungnya menambahi sampah masyarakat. Enak aja mereka setelah menciptakan seorang monster, lalu lepas tangan pura-pura gak bersalah. Makanya rasakanlah sekarang akibatnya. Dihujat satu Indonesia baru tahu rasa tuh pelaku. Gak anak gak orang tua sama-sama nanggung beban moral. Kemana-mana dicibir dan dipandang sebagai orang jahat. Ke depannya biar ada efek jera buat si pelaku. Syukur-syukur jadi bahan pelajaran bagi yang lainnya," jelasnya dengan emosi menggebu-gebu.

Suami PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang