Sore berganti menjadi malam.
Setelah selesai menuntaskan hasratnya, Mas Libra jatuh tertidur di sampingku. Wajahnya terlihat damai sekaligus puas dalam waktu bersamaan. Berbeda dengan penampilanku yang terlihat kacau sekaligus menyedihkan. Bahkan merah-merah dibadanku bekas cumbuan Mas Libra membuatku terlihat semakin hina.
Sekarang aku merasa diriku tak ada bedanya seperti wanita rendahan di luaran sana yang menjajakan dirinya kepada pria-pria hidung belang. Dimana tubuhnya hanya dijadikan sebagai pelampiasan semata.
Memaksakan diri aku segera turun dari tempat tidur. Sambil tertatih menahan perih di bagian tubuhku aku memaksakan diri untuk mencari bajuku kemudian bergegas mengenakannya. Selesai berpakaian aku lanjut mencari tas ku dan juga ponselku serta beberapa barang berharga lainnya berupa beberapa perhiasan. Sengaja kubawa untuk jaga-jaga dalam keadaan terdesak.
Aku benar-benar mengerjakan semuanya dengan cepat. Bahkan untuk sekedar membersihkan diri di kamar mandi pun tidak kulakukan. Takutnya suara air yang mengalir di kamar mandi bisa membangunkan Mas Libra. Yang penting saat ini aku bisa keluar dari rumah ini. Yang lain terasa tidak penting lagi.
Setelah memastikan apa yang kuperlukan sudah ada di tangan, aku segera buru-buru meninggalkan kamar.
"Mau ke mana Mbak?"
Jantungku nyaris copot ketika bertemu dengan Ishak di depan pintu kamarnya. Penampilannya terlihat acak-acakan tampak seperti baru bangun tidur. Itu artinya dia tidak mendengar kejadian yang kualami di kamar sore tadi.
"Kamu Shak, ngagetin aja," aku berusaha bersikap santai agar tidak menimbulkan kecurigaan.
"Perasaan biasa aja kok aku nanyanya. Dasar Mbak aja yang kagetan." Ia menggaruk kepalanya sambil terlihat manyun.
Otomatis aku ikut tertawa gemas melihat ekspresi cemberutnya itu.
"Udah malam-malam begini, mau pergi ke mana Mbak?" Ishak bertanya sambil memperhatikan penampilanku yang berbeda dari penampilan sehari-hariku di rumah.
"Oh ini, Mbak mau membeli sesuatu keluar." Jawabku beralasan.
"Di mana rupanya Mas Libra? Kenapa gak sama dia aja Mbak perginya?" tanyanya penasaran.
“Lagi tidur di kamar. Gak tega banguninya.” kataku tidak setengah berbohong.
"Udah malam loh ini Mbak. Mana lagi di luar udah mau hujan deras. Apa gak sebaiknya nunggu besok aja kalau gak terdesak banget," tambahnya khawatir.
Spontan saja aku langsung menggeleng cepat menolak saran Ishak. "Gak papa Shak, dekat aja kok tempatnya jadi gak ada masalah," kataku meyakinkan.
"Emangnya mau ke mana sih Mbak?" tanya Ishak penasaran. Sekaligus tanpa disadarinya menghambat aksi kaburku dari kakaknya.
"Biasalah, mau cari keperluan wanita." Aku beralasan.
“Parah banget Mas Libra ini,” decak Ishak mengumpati kakaknya tersebut. Masa dia biarkan istrinya pergi sendirian malam-malam begini, enak bener itu orang" ujarnya sewot. “Mending sekarang Mbak paksa dia bangun. Gak usah dimanjain pria tua kayak gitu . Perasaan kerjanya kalau gak marah-marah pasti buat ulah di luaran sana. Malu-maluin aja jadi orang.”
Mendengar omelan Ishak mengenai kakaknya tersebut membuatku sedikit terhibur.
“Begini saja, Mbak tunggu di sini bentar biar aku yang bangunin Mas Libra,” tawarnya perhatian.
Refleks mulutku langsung mencegah. Eh, gak usah dibangunin." larangkuku panik. “Kali aja dia kecapekan seharian ini. jadi gak usah diganggu,” kataku buru-buru menambahi. Takutnya bisa gagal rencanaku kalau Ishak nekat memanggil kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Pilihan
RomansaFaktanya, pria lebih menyukai kecantikan dibandingkan kebaikan hati wanita. Erika Syudar sudah mengalaminya sendiri. Terlahir dengan wajah pas-pasan membuatnya selalu gagal dalam percintaan. Terbukti sudah dua kali Erika ditinggal oleh calon suaminy...