BAB 15

1.3K 56 1
                                    

Kurang istirahat dan kacaunya jadwal makanku benar-benar membuat kondisiku menurun.

Sejak semalam panas tubuhku belum juga turun padahal aku sudah meminum obat. Untung saja jika hari ini adalah weekend sehingga aku tidak perlu masuk ke kantor dalam kondisi seperti ini.

Biasanya disaat sakit aku hanya perlu tidur dengan selimut tebal dan setelahnya kondisiku akan segera kembali membaik namun saat ini hal tersebut tidak berlaku karena panasku justru makin tinggi dan tubuhku kian mengigil.

Aku benci sakit. Aku benci menjadi lemah dan tidak berdaya namun yang paling aku benci adalah aku menjadi begitu merindukan ibuku. Merindukan dekapan hangatnya serta bubur buatannya yang tidak akan pernah bisa aku rasakan kembali sampai kapan pun juga.

Tiba-tiba saja air mataku mengalir tanpa bisa aku cegah padahal aku bukanlah tipe wanita yang mudah menangis. Akan tetapi kali ini akan aku biarkan air mataku mengalir ke luar karena sekuat apa pun diriku di mata orang lain, aku tetap saja wanita biasa yang terkadang mudah lemah dan menjadi rapuh. Sakit memang bukan hanya melemahkan tubuhku namun juga membuatku semakin sensitif.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi dan jika sampai siang nanti panas tubuhku juga belum menurun mungkin aku memang harus memeriksakannya ke dokter. Bagaimanapun aku tidak boleh sakit karena pekerjaanku sedang menumpuk dan sakit hanya akan membuatku semakin lama menyelesaikannya.

Aku belum memberitahukan kondisiku kepada Mbak Maura dan A'Muda karena tidak ingin merepotkan apalagi membuat mereka mengkhawatirkanku. Lagi pula weekend adalah waktu bagi keluarga dan kekasih mereka sehingga membuatku semakin tidak ingin mengganggu keduanya.

Siang harinya aku masih mendapati tubuhku yang begitu lemah dengan panas yang masih cukup tinggi. Belum lagi sakit kepala yang semakin menyiksaku. Rasanya seluruh badanku saat ini seperti habis dipukuli oleh banyak orang, benar-benar membuatku kesakitan. Merasa jika kondisiku tidak akan cepat pulih, aku pun segera menghubungi ojek langgananku yang biasa mangkal di depan kompleks rumah untuk mengantarkanku ke rumah sakit secepatnya. Untung saja jalanan tidak terlalu macet seperti biasa karena kurang dari 30 menit diriku telah tiba di sana.

Setibanya di rumah sakit aku langsung menuju bagian resepsionis namun tiba-tiba saja pandanganku menjadi gelap dan setelahnya aku tidak dapat mengingat apa pun lagi. Aku jatuh pingsan.

Entah berapa lama aku tidak sadarkan diri namun saat mataku akhirnya kembali terbuka hal yang pertama aku lihat adalah sebuah ruangan bercat putih dengan aroma khas yang tidak aku sukai serta sebuah slang infus yang telah terpasang di tangan kananku. Aku mencoba bangun dengan sisa-sisa tenaga yang aku miliki karena tenggorokkanku yang terasa kering namun suara seseorang membuatku akhirnya menyadari jika ada orang lain di dekatku, entah sejak kapan.

"Tante mau apa?"

Darren? Untuk apa dia ada di sini? Apa dia yang menungguiku sejak tadi? Tapi kenapa?

"Minum." ucapku pelan sambil menatapnya lemah dan bingung.

Dengan sigap Darren pun segera mengambilkan minum untukku. Dirinya juga membantuku untuk merubah posisi dari berbaring menjadi duduk. Darren merangkul bahuku dengan lembut bahkan dari posisi ini aku dapat merasakan hembusan nafasnya yang berbau mint dan setelah selesai dia pun kembali membantuku untuk berbaring.

Kami berdua kembali terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing hingga beberapa menit setelahnya Darren berkata,

"Mami dalam perjalanan."

"Elo kasih tahu keadaan gw ke Mbak Maura?"

"Hm."

"Kenapa?" dapat kulihat jika Darren cukup terkejut sekaligus bingung dengan pertanyaanku barusan.

Tante, I Love You (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang