BAB 16

1.2K 54 1
                                    

Seharusnya sakit adalah waktu dimana kita bisa beristirahat meski hanya sebentar. Seharusnya sakit adalah waktu dimana kita hanya perlu memulihkan diri agar cepat sembuh dan kembali sehat tanpa perlu memikirkan pekerjaan yang menumpuk. Seharusnya. Namun nyatanya semua itu hanyalah angan-anganku yang tidak akan terwujud. Meski saat ini statusku adalah seorang pasien akan tetapi status utamaku tetaplah pekerja, buruh, budak korporat. Sakit hanya membuatku harus berpindah tempat kerja. Dari kantor ke rumah sakit. Hanya itu.

A'Muda sebenarnya telah mencoba mengurangi pekerjaanku tetapi tetap saja dikurangi bukan berarti tidak ada sama sekali dan aku cukup mengerti dengan kondisi ini terlebih memang saat ini ada proyek besar yang harus segera aku selesaikan.

"Belum selesai?" Darren masuk ke kamar rawat inapku dengan membawa sekantung belanjaan.

"Belum." jawabku sambil tetap membaca beberapa laporan yang saat ini telah berserakan di atas ranjangku.

Kemarin salah satu staffku memang datang berkunjung. Selain untuk menjengukku, dia juga datang untuk membawakan beberapa berkas laporan yang memang harus segera aku selesaikan.

Sekali lagi aku tegaskan meski saat ini aku adalah pasien akan tetapi jauh sebelum menyandang status tersebut aku tetaplah pekerja. Pekerja yang dibayar untuk menyelesaikan pekerjaannya.

"Dapet pesanan gw Ren?" Darren lantas memberikan kantung belanjaan tersebut kepadaku dan dengan gerakan secepat kilat aku pun meraihnya. Kubuka isi kantung tersebut namun sayangnya hanya berisi susu dan buah.

"Cokelatnya kok enggak ada?" tanyaku sambil mengeluarkan semua isi belanjaan karena takut jika cokelat yang aku inginkan justru tidak terlihat keberadaannya olehku tadi.

"Tidak ada." jawabnya singkat sambil duduk di atas sofa.

"Enggak ada di supermarket atau bagaimana?" tanyaku sambil menatapnya lekat.

Masa sih tuh supermarket enggak menjual cokelat? Lagi pula ini kan bukan hari valentine sehingga stok cokelat menipis.

"Tante masih sakit. Makan buah minum susu lalu tidur."

"Tetapi gw mau cokelat. Gw butuh asupan glukosa dari makanan tersebut. Gw stress."

"Di sini saya dokternya." katanya penuh penekanan namun tetap dengan wajah datarnya yang semakin terlihat menyebalkan.

Darren dan sikapnya benar-benar telah berhasil membuatku kesal. Untung saja dia sudah berbaik hati menjaga dan merawatku di saat Mbak Maura dan A' muda bekerja sehingga aku tidak akan melawannya saat ini. Aku masih cukup tahu diri dan berterima kasih dengannya meski aku juga tahu jika sebenarnya dia sedikit terpaksa dengan ini semua.

Biarlah, nanti dia pergi aku bisa beli sendiri.

Aku kembali memfokuskan diri dengan pekerjaanku dan berusaha menahan rasa sakit yang sebenarnya masih aku rasakan. Entah mengapa rasanya semakin aku menggerjakannya justru semakin tidak ada habisnya.

Aku mengalihkan pandangannku sesaat dari layar laptop yang memusingkan untuk menengok ke arah samping. Darren terlihat fokus dengan tablet di tangannya sejak tadi dan entah apa yang dia lakukan dengan benda pipih tersebut sehingga membuatnya terlihat sangat serius.

"Lo enggak kerja?"

"Ini." jawabnya sambil tetap fokus pada tablet di tangannya.

"Pasien elo enggak nyariin?"

"Hm."

Apa maksudnya? Sudahlah daripada sakitku semakin bertambah parah karena mengobrol dengan pria ini lebih baik aku diam saja.

Tidak lama handphoneku berbunyi. Dari nomor kantor.

"Halo."

"......"

Tante, I Love You (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang