BAB 14

1.2K 61 1
                                    

Satu tim dengan Kevin bukanlah perkara yang mudah namun juga bukan persoalan yang sulit mengingat kami memang harus bersikap profesional terlepas dari semua permasalahan yang terjadi selama ini.

Proyek ini adalah proyek yang sangat aku harapkan karena selain akan mendapatkan bonus yang besar, aku juga berkesempatan untuk mendapatkan promosi kenaikan jabatan di tahun depan jika proyek ini berhasil. Sehingga dengan semua kesabaran yang aku miliki, aku harus bertahan menghadapinya.

Jangan ditanya berapa kali dalam sehari aku harus menahan rasa kesal karena mendengar ucapan Kevin atau berapa kali dalam sehari aku harus menahan keinginan untuk tidak memukul kepalanya dengan tumpukan berkas laporan di atas meja kerjaku karena Kevin seakan-akan mengunakan kesempatan ini untuk mencari gara-gara denganku.

Profesional? Apa itu? aku rasa Kevin memang tidak pernah memiliki sikap seperti itu selama ini. Aku yakin jika hari ini dia akan membuatku kembali kesal dan sakit kepala. Kevin menyebalkan!.

Sebenarnya aku dan Kevin telah beberapa kali berada dalam satu tim. Meskipun kami berdua berada di dalam divisi yang berbeda namun pekerjaan kami masih saling terkait satu sama lain sehingga tidak jarang dalam beberapa proyek kami pun akan digabungkan seperti saat ini. Namun tetap saja bekerja sama dengan orang yang sangat tidak kamu sukai akan membuatmu merasa sedikit kesulitan serta membuatmu harus memiliki kesabaran serta tingkat profesionalisme yang tinggi.

"Kan sudah gw bilang kalau material ini enggak bisa dipakai Vit. Ganti!"

"Itu sudah gw ganti sesuai yang elo minta kemarin lusa ya Vin. Lagi pula bos juga sudah setuju kok." kesalku kembali kepada Kevin saat kami tengah berdiskusi atau mungkin lebih tepatnya berdebat mengenai bahan material proyek. Entahlah karena bagiku bersama Kevin lebih seperti perseteruan dibanding perundingan.

"Biar gw yang ngomong sama bos kalau kita balik ke rencana awal."

Astaga dia enggak tahu apa artinya kembali ke rencana awal? Artinya aku harus mengulang pekerjaan yang sama dan artinya juga aku harus kembali bekerja. Lagi, lagi, dan lagi.

Aku pergi meninggalkan ruang rapat dengan sedikit kesal mengingat keinginan Kevin yang meminta untuk merevisi pekerjaanku seperti awal. Kulangkahkan kaki menuju kubikel milikku dengan manahan amarah dan rasa lelah serta lapar yang melanda. Begadang beberapa malam karena revisi sialan darinya benar-benar membuatku ingin mengunyahnya saat ini juga. Bagaimanapun dia hanya membuat semua kerja kerasku beberapa malam ini terkesan sia-sia. Kevin sialan!.

"Berantem lagi? Kali ini soal apa?" tanya Mbak Maura sambil menyodorkan sekotak brownies cokelat kepadaku.

"Dia minta revisi lagi cuman yang bikin gw kesal sekaligus gondok adalah semuanya mesti di revisi atau lebih tepatnya dibuat seperti rencana awal. Gila enggak tuh mbak? Sia-sia saja kerjaan gw beberapa hari ini kalau ujung-ujungnya balik ke awal. Mana enak banget lagi dia bilangnya, setelah gw fikirkan lebih baik kita pakai rencana di awal. Bangke memang tuh orang."

"Sabar. Ingat semua usaha elo untuk sampai ke titik ini dan ingat semua bonus serta promosi jabatan kalau elo berhasil nantinya. Anggap saja ini sebagai ujian dari Tuhan sebelum elo mendapatkan itu semua." nasihat Mbak Maura untuk kesekian kalinya.

"Mbak, ntar malam nongkrong yuk. Kayanya otak gw butuh refreshing. Kasihan dia karena harus bekerja extra selama beberapa hari ini. Selain itu gw juga mau menghilangkan rasa amarah yang kayanya sebentar lagi mau meledak karena kalau enggak, gw enggak akan jamin untuk tidak membunuh Kevin nanti. Sumpah, dia nyebelin banget!"

"Memang elo yakin bisa pulang tepat waktu nanti?"

Astaga, sepertinya aku memang tidak memiliki pilihan apa pun lagi saat ini.

Tante, I Love You (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang