"Sayang kamu nanti pulangnya jangan telat ya. Ingat, kalau nanti malam ada acara di rumah." ucap Mami Maura untuk ketiga kalinya dipagi ini yaitu mengingatkanku untuk cepat pulang karena akan ada acara syukuran atas kembalinya diriku ke rumah.
"Iya mi." jawabku sambil menyalami tangannya dan daddy serta tidak lupa mencium kedua adik kembarku yang sangat aktif ini.
Aku menyalakan mesin mobil dan hendak menjalankannya namun tiba-tiba saja daddy ikut masuk dan duduk di kursi sampingku. Aku hendak bertanya dan protes namun,
"Daddy numpang sekalian mau tahu rasanya disupirin sama kamu." ucapnya santai. Akhirnya kami berdua pun berangkat ke rumah sakit bersama dengan aku yang menjadi sopir sementara daddy menjadi penumpangnya.
Sebenarnya hari ini adalah hari liburku namun semalam aku dihubungi jika ada pasien yang harus aku tangani pagi ini sehingga membuatku harus datang bekerja. Akan tetapi berbeda dengan daddy karena aku rasa dia tidak mempunyai alasan apa pun untuk bekerja di hari liburnya terlebih dia adalah pemiliknya.
"Kamu beneran punya pacar son?" aku menatap sebentar ke arah daddy yang saat ini sedang sibuk dengan handphone miliknya, entah apa yang beliau lakukan dengan benda pipih tersebut sejak masuk tadi.
"Daddy dengar dari salah satu staff di rumah sakit katanya kamu punya pacar. Karena kamu enggak kunjung kasih tahu makanya daddy tanya saja sama mami eh tetapi mami bilang suruh nanya langsung saja ke kamu. Itu artinya mami tahu dan daddy enggak? Semua orang tahu dan daddy enggak? Tega kamu son." ucap daddy se-dramatis mungkin sambil memukul lenganku pelan.
"Kamu beneran punya pacar atau enggak sih?" tanyanya kembali. Dapat aku lihat jika raut wajah daddy telah berubah menjadi sedikit kesal akibat diriku yang tidak juga memberikan jawaban apa pun mengenai pertanyaannya sejak tadi.
"Hm." hanya itu yang bisa aku katakan. Selain terlalu malas menjelaskan mengenai semuanya aku juga sebenarnya sedang sariawan sehingga membuat diriku menjadi 2x lipat lebih malas berbicara dari biasanya.
40 menit kemudian kami berdua akhirnya telah sampai di rumah sakit dan daddy pun langsung keluar dengan wajah kesalnya. Sepertinya beliau marah karena jawabanku yang tidak memuaskan rasa penasarannya itu. Namun sebelum benar-benar pergi daddy kembali mengatakan sesuatu kepadaku dengan nada tegasnya dan juga sorot mata yang menunjukkan keseriusan.
"Bawa pacar kamu nanti malam, kalau enggak daddy bakal nyuruh orang buat mata-matain kamu!" dan seperti biasa aku hanya diam dan tidak menanggapi apa pun.
Saat sedang berjalan untuk menuju ke ruanganku, aku melihat Rega yang saat ini sedang bersama dokter Sarah dan sepertinya mereka sedang mengobrol. Rega yang melihatku datang langsung menyapa dan memintaku untuk ikut bergabung dan tentu saja aku menolak tawarannya tersebut karena tujuan utamaku datang adalah untuk bekerja bukan untuk bergosip seperti dirinya. Aku hanya mengangkat tangan tanda say hai kepada mereka berdua dan melanjutkan langkahku menuju lantai 6, tempat dimana ruanganku berada namun Rega justru menyusul diriku masuk ke dalam lift dan dapat aku pastikan jika dia akan mengatakan sesuatu atas sikapku tadi.
"Eh manusia kutub. Dipanggil bukannya jawab malah sok keren. Sok-sok-an lambain tangan lagi, situ artis?" omelnya. Seperti biasa aku hanya diam dan tidak menanggapi dirinya serta semua omong kosongnya. Entahlah aku memang tidak pernah bisa dan suka berbicara mengenai sesuatu yang tidak penting bagiku terlebih jika itu menyangkut hal-hal pribadi. Aku yang tertutup dan sulit berubah.
"Kata Om Bram kemarin, entar malam ada acara di rumah elo. Kok elo enggak kasih tahu gw?"
"Yang penting kamu sudah tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tante, I Love You (TAMAT)
RomanceBerawal dari sebuah kebohongan akan status keduanya yang mengaku sebagai sepasang kekasih, Vita dan Darren menjadi semakin dekat hingga akhirnya salah satu diantara mereka memiliki perasaan berbeda. Namun cinta adalah sebuah fatamorgana bagi Vita ya...