BAB 8

1.5K 62 2
                                    


Darren bilang jika dia setuju untuk melanjutkan kebohongan dengan menjadi kekasih pura-puraku. Astaga kesambet apa anak ini sehingga membuatnya dengan mudah menerima permintaanku tadi?

Sebenarnya aku tidak ingin melanjutkan drama konyol ini setelah kembali dari acara pernikahan Kevin dengan pemikiran jika Kevin juga tidak akan bertemu kembali dengan Darren akan tetapi semuanya berubah ketika seorang gadis cantik yang mengaku sebagai adik Kevin datang. Sungguh aku tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi lagi pula bagaimana bisa Kevin memiliki adik seperti itu? Dari wajah dan sikap mereka berdua saja sudah benar-benar terlihat berbeda, seperti yang satu memiliki aura setan dan satunya malaikat. Kemudian yang satunya bagai calon penghuni surga dan yang satunya seperti calon penghuni neraka jahanam.

Awalnya aku bahkan sudah berencana untuk merayu Darren dengan berbagai cara bahkan jika dia tetap menolak maka aku akan meminta bantuan Mbak Maura meski hal tersebut hanya bisa aku yakini memiliki tingkat keberhasilan sebesar 10%. Namun setidaknya itu jauh lebih baik karena aku yakin jika aku meminta tolong ke Mas Bram maka presentase keberhasilannya tidak sampai 1%. Akan tetapi dengan mudahnya Darren justru menyetujui keinginanku. Entah ceritaku yang menyentuhnya atau memang sebenarnya Darren anak yang baik? Apapun alasannya yang terpenting adalah masalahku telah terselesaikan saat ini.

Setibanya di rumah aku pun langsung membersihkan diri dan merebahkan tubuhku di atas ranjang sambil kembali mengingat semua kejadian di pesta tadi. Akhirnya aku bisa membuktikan jika gosip mengenai seksualitasku selama ini tidaklah terbukti benar karena aku yang telah memiliki pacar seorang pria bahkan sejak awal aku memang sengaja menyapa para biang gosip kantor agar berita ini menyebar.

Handphone milikku berbunyi dan menampilkan nama Mbak Maura di layarnya. Langsung saja aku jawab karena aku yakin jika ini adalah masalah penting karena jarang sekali Mbak Maura di malam minggu dan di jam begini akan meneleponku terlebih di saat anaknya tengah sakit seperti saat ini.

"Halo, assalamualaikum kenapa mbak?"

"......"

"Serius lo mbak?"

"......"

"Wah, berhasil dong rencana gw. Memang ya si Tiwi bisa gw andalkan kalau soal beginian."

"......"

"Masa? Coba kirim mbak ke gw. Eh, kalau enggak besok gw ke rumah elo saja deh."

"......"

"Oke. Waalaikusallam."

Aku pun menutup telepon dari Mbak Maura dengan wajah berseri. Sungguh rasanya sangat menyenangkan setelah mendengar perkataannya tadi. Mbak Maura mengatakan jika grub gosip kantor yang dia masuki sedang membahasku dan Darren. Aku memang sengaja tidak ingin masuk ke dalam grub tersebut karena merasa tidak penting lagi pula ada Mbak Maura yang akan selalu bersedia bercerita kepadaku dan A'Muda sehingga tanpa perlu masuk grup gosip aku akan tetap bisa mengetahui semua gosip kantor.

***

Aku sudah bersiap untuk pergi tidur namun tiba-tiba saja pintu kamarku diketuk oleh seseorang dan setelahnya pintu itu pun terbuka.

Astaga aku lupa menguncinya.

Mami Maura masuk dengan senyum yang terus saja mengembang di wajahnya. Selain itu dirinya juga terus saja menatapku dengan tatapan yang tidak aku mengerti.

"Sayang, kamu belum tidur?"

Bagaimana aku bisa tidur jika Mami Maura menggangguku seperti ini?

"Belum."

Mami Maura kemudian duduk di pinggir ranjang dan memberikan handphone miliknya kepadaku. Aku pun langsung menerimanya meski tidak tahu maksud dan tujuannya melakukan hal tersebut.

Tante, I Love You (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang