BAB 27

980 55 6
                                    

Sesuai rencana jika hari ini kami semua akan berjalan-jalan ke salah satu curug yang berada di dekat sini. Sebenarnya aku, A'Muda, dan mbak Maura pernah beberapa kali mengunjungi tempat ini dan seingatku terakhir kali kami datang ke sini sekitar 6 atau 7 tahun yang lalu.

Saat itu kami datang untuk berlibur serta mengobati mbak Maura yang tengah patah hati akibat gagal menikah dengan kekasih yang telah dia pacari hampir 10 tahun lamanya. Bukan hanya gagal menikah, mbak Maura juga harus kehilangan sahabatnya yang telah dia kenal sejak kecil karena calon suami serta sahabatnya itu telah bermain api dibelakang mbak Maura sehingga menyebabkan sang wanita hamil.

Pesta pernikahan yang telah di siapkan mbak Maura hampir 4 bulan lamanya itu pun harus dia relakan karena mempelai wanitanya telah digantikan. Masih teringat jelas bagaimana dahulu mbak Maura begitu terpuruk. Bahkan karena kejadian ini, mbak Maura sempat berniat untuk melajang seumur hidup akibat trauma yang dia alami. Namun takdir berkata lain, karena nyatanya saat ini mbak Maura telah memiliki suami dan tiga orang anak.

Jika boleh bercerita sedikit sebenarnya kedekatan kami bertiga dimulai sejak aku pertama kali menginjakkan kaki di perusahaan ini. Saat itu aku masih berusia 18 tahun. Baru lulus SMA. Karena hidup sebatang kara, aku pun memutuskan untuk mencari pekerjaan terlebih dahulu sambil terus menabung agar bisa kuliah suatu hari nanti.

Saat melamar sebagai anak magang, kebetulan orang yang mewawancaraiku adalah A'Muda. Dia orang pertama yang aku kenal dan juga aku kagumi di kantor. Meski memiliki jabatan tinggi, A'Muda tidak lantas bersikap seenaknya. Sebaliknya, dia selalu bersikap baik kepada setiap bawahannya termasuk kepadaku. Padahal saat itu hampir setiap hari aku melakukan kesalahan. Namun bukannya di marahi, A'Muda justru terus membimbingku. Sementara Mbak Maura, beliau adalah atasan pertamaku.

Secara langsung mbak Maura di tunjuk untuk menjadi mentorku di kantor dan karena hal ini lah aku menjadi dekat dengannya. Dan karena kedekatan ini aku pun akhirnya juga bisa dekat dengan A'Muda karena baik A'Muda dan Mbak Maura memang sudah bersahabat sebelumnya. Belum lagi beberapa hal atau kejadian yang telah kami lewati bersama, baik suka maupun duka sehingga membuat keakraban kami semakin erat terjalin.

Memang tidak banyak orang di kantor yang mengetahui awal mula kedekatan kami. Namun begitu, kami bertiga tidak pernah menutupi hubungan persahabatan kami. Selama kami bisa memisahkan urusan pekerjaan dan pribadi, aku rasa tidak akan menjadi masalah. Bagaimanapun mereka berdua tetap atasanku dan aku anak buah serta rekan kerja mereka.

Satu lagi. Meskipun bersahabat baik, ada beberapa hal yang tidak bisa atau boleh kami campuri di luar garis atau batas yang telah kami tetapkan. Karena hal ini pula lah, persahabatan kami tetap terjalin dan semakin awet hingga sekarang meskipun banyak perbedaan yang mendasarinya.

"Ingat enggak lo sama tempat ini?" bisik A'Muda kepadaku.

"Enggak mungkin bisa gw lupain lah A'. Perasaan, baru kemarin deh kita berdua nemenin mbak Maura nangis-nangis di pinggir curug sambil ngehapusin foto mantan di handphonenya." jawabku yang juga ikut berbisik seperti dirinya tadi.

"Satu lagi Vit yang enggak bakalan bisa gw lupain. Wajah Maura yang berantakan akibat maskara yang enggak waterproof. Sumpah, muka dia mirip setan waktu itu hahahaha."

"Coba kita fotoin ya A'. Jadinya kan bisa kita tunjukin ke anak cucunya kelak hahahaha."

Kami berdua terus saja berbisik sambil tertawa. Mengingat kembali momen-momen patah hati mbak Maura. Sejujurnya baik aku dan A'Muda juga ikut menangis ketika itu tetapi wajah kami tidak sekacau wajah mbak Maura akibat mascara yang luntur.

"Gw tahu isi otak kalian berdua. Jadi sebelum gw ngamuk mendingan kalian diem deh."

Mbak Maura yang sejak tadi melihat kami berbisik sambil tertawa pelan akhirnya menyadari jika kami sedang menjadikannya sebuah bahan perbincangan. Sehingga dia pun mulai mengancam serta memberikan tatapan membunuhnya saat aku dan A'Muda masih saja saling berbisik dan tertawa pelan di dekatnya.

Tante, I Love You (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang