BAB 2

4.4K 151 4
                                    

Aku terlambat datang ke kantor mengingat semalam A'Muda tiba-tiba saja menghubungi dan meminta untuk melakukan revisi pekerjaanku minggu lalu yang mana baru sempat dia baca kemarin. Karena hal inilah aku harus begadang semalaman dan baru bisa tidur setelah azan subuh tadi.

Dengan wajah yang masih terlihat mengantuk dan lelah, aku berjalan menuju ke kubikel milikku. Mbak Maura yang melihatku seperti zombie langsung datang menghampiri sambil membawa kue kreasi miliknya. Jika harus jujur sebenarnya baik aku dan Mbak Maura sangat buruk dalam hal urusan dapur. Namun Mbak Maura berbeda denganku, dia masih terus berusaha meskipun selalu gagal sedangkan diriku lebih memilih menyerah dan membeli kue atau makanan di luar.

"Tidur jam berapa elo semalam? Itu muka makin jelek saja." ledeknya sambil memberikan kotak makan bergambar tayo yang aku yakini jika itu adalah milik si kembar.

"Habis subuh gw baru bisa tidur. Kejam banget sumpah A'Muda." kesalku sambil memberikan sebuah papperbag dari toko pakaian ternama.

"Nih buat Darren mbak."

"Jangan bilang elo kesemsem lagi sama anak gw. Ogah banget gw punya menantu kaya elo." ucapnya sambil tetap mengambil papperbag tersebut dari tanganku.

"Enggak mungkin mbak, ogah juga gw punya mertua macam elo dan Mas Bram. Lagian kemarin tuh gw enggak sengaja numpahin kopi ke bajunya Darren. Nah, sebagai permintaan maaf gw yang sangat tulus, gw ganti deh tuh baju. Baik kan gw?"

"Elo tuh ya ada-ada saja deh kelakuannya."

"Oh iya mbak, bilangin Darren dong supaya dia enggak manggil gw tante. Sebel tahu gw dengernya, berasa tua banget."

"Serius anak gw manggil elo tante? Bhuahaaa aduh pinternya anak mami." saat masih berbincang dan bercanda dengan mbak Maura, tiba-tiba saja Kevin datang menghampiri kami berdua.

Astaga pagiku bener-bener sial.

Kevin, 30 tahun salah satu rekan kantorku namun berbeda divisi. Aku mengenalnya selama 3 tahun dan selama itu juga Kevin mengatakan jika dia mencintaiku namun sayangnya perasaan cintanya selalu aku tolak. Setahun yang lalu di saat Kevin kembali menyatakan perasaannya lagi-lagi aku menolaknya dengan sedikit kejam. Aku benar-benar tidak habis pikir dengannya sudah aku tolak masih saja tetap berusaha namun semenjak penolakanku terakhir kali hubungan kami berdua bagai kucing dan anjing bahkan puncaknya dia menyebarkan berita jika aku adalah seorang penyuka sesama jenis.

"Datang ya dan jangan lupa bawa pasangan." ujarnya sombong sambil menyerahkan sebuah kartu undangan pernikahan. Mbak Maura kemudian menerima undangan pernikahan Kevin dan diberikannya satu kepadaku.

"Vit, jangan lupa datang bareng pacar, itu pun kalau elo punya terus lelaki ya jangan perempuan." aku benar-benar merasa kesal dengannya. Untung saja dahulu aku menolak dirinya tetapi sejujurnya juga aku cukup penasaran dengan wanita yang akan dinikahi oleh Kevin serta merasa kasihan dengan calonnya karena akan mempunyai suami macam pria ini.

"Tenang saja gw pasti datang. Gw justru khawatir kalau gw dateng elo malah ngebatalin pernikahan elo lagi. Ups, sorry." Kevin melihatku dengan tatapan tajam dan aura intimidasinya namun begitu aku tetap merasa tidak takut dengannya terlebih dia duluan yang memulai semua ini sehingga aku hanya mengikutinya saja.

Kevin tidak berbicara apa pun lagi kepadaku dan setelahnya dia pun pergi meninggalkanku dan Mbak Maura untuk melanjutkan pembagian kartu undangan pernikahannya ke pegawai lainnya di kantor.

"Kalian berdua tuh ya kalau sudah ketemu suka banget ribut." ucap Mbak Maura yang juga akhirnya kembali ke kubikelnya.

Sorry, aku hanya bersikap bagaimana orang tersebut bersikap ke diriku.

Tante, I Love You (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang