BAB 17

1.1K 47 2
                                    

Seminggu berstatus sebagai pasien membuatku memiliki cukup waktu untuk beristirahat. Selama di rumah sakit setidaknya jam tidurku lebih panjang serta pemenuhan giziku lebih seimbang sehingga keadaanku saat ini jauh lebih baik.

Proyek yang aku kerjakan juga sudah sampai tahap diskusi lanjutan yang artinya hampir setengah jalan untuk keberhasilan berada di tangan. Aku tidak mau terlalu memikirkan apa pun saat ini selain proyek yang sedang aku tangani karena fokus kepada pekerjaan jauh lebih baik dibandingkan hal lainnya.

Jangan tanya bagaimana hubunganku dengan Kevin karena nyatanya kami berdua masih bisa bersatu meski entah mengapa mulut nyinyirnya tidak kunjung berhenti atau minimal istirahat sejenak untuk tidak mengusikku.

Selama tidak masuk ke kantor ternyata banyak gosip-gosip yang bermunculan namun gosip mengenai Kevin dan istrinya yang paling menyita perhatianku.

Bermula dari informasi yang diberikan oleh Tiwi, salah satu admin gosip kantor. Tiwi bilang jika dia tidak sengaja melihat Kevin dan istrinya bertengkar di dekat area kantor saat jam makan siang beberapa waktu lalu yang mana ternyata juga sempat di saksikan oleh beberapa rekan lainnya. Tambahan-tambahan informasi dari si A, B, C, dan seterusnya semakin membuat gosip rumah tangga Kevin menyeruak bahkan gosip tersebut saat ini semakin bergulir panas dengan beberapa cerita drama lainnya yang menyertai.

Apa pun itu aku mencoba untuk tidak terlalu memperdulikannya. Selain memang bukan urusanku, aku hanya berharap jika namaku tidak akan terseret dalam masalah ini. Aku dan Kevin, entah mengapa rasanya setiap permasalahnku selalu bersumber darinya.

"Senin depan kita akan meninjau lokasi jadi persiapkan semuanya sebelum akhir pekan ini." ucap Kevin serius di tengah rapat tim dan hanya diangguki oleh anggota lainnya termasuk diriku. Lagi pula aku mau menjawab apalagi selain menyetujui?

Setelah rapat selesai aku memilih untuk tetap berada di ruangan ini. Entah karena terlalu nyaman dengan kursi yang sedang kududuki atau memang karena kondisiku yang masih belum sembuh total sehingga rasanya tubuhku enggan beranjak dari kursi dan ruangan ini.

"Masih sakit?" tanya Kevin sambil merapikan beberapa kertas laporan miliknya.

"Mager. Sudah sana kalau mau pergi, enggak usah pakai acara basa-basi sama gw." usirku namun yang terjadi Kevin justru memilih untuk ikut duduk sambil menatap ke arah jendela yang menampilkan pemandangan gedung-gedung tinggi dibandingkan pergi dari ruangan ini.

"Kalau masih sakit jangan dipaksa. Proyek masih bisa di handle gw dan yang lainnya kok."

"Gw masih sanggup." jawabku acuh.

Kevin tidak menjawab apa pun lagi sehingga ruangan ini kembali sunyi. Awalnya aku merasa bersyukur namun tetap saja berduaan dengannya di dalam satu ruangan membuatku merasa tidak nyaman. Kupandangi dirinya yang saat telah duduk bersandar sambil memejamkan kedua matanya yang memang terlihat lelah sepanjang rapat berlangsung tadi.

"Kalau elo lupa ini masih jam kantor. Elo kalau mau tidur juga jangan di sini. Ini ruang rapat bukan kamar pribadi."

"Sebentar. Gw cuman mau istirahat sebentar saja kok." ucapnya sedikit pelan dengan mata yang masih memejam.

Ada apa dengannya? Kenapa dia terlihat begitu terbebani dan lelah? Apa dia begini karena masalah rumah tangganya? Astaga, Mengapa aku harus memikirkan dan memperdulikannya. Ingat, itu semua bukan urusanmu Vitalia!.

"Elo pasti sudah dengar soal rumah tangga gw kan?" tanyanya tiba-tiba dan membuatku sedikit terkejut karena tanpa sadar aku terus melamunkan soal Kevin tadi.

"Gw enggak peduli apa pun soal elo dan istri elo. Bukan kapasitas gw juga buat ikut campur. Gw bukan elo." sindirku kembali. Kevin kemudian membuka matanya dan langsung menatapku namun bukan tatapan tajam seperti biasanya yang dia berikan melainkan tatapan yang terlihat sedih, lelah dan terluka. Entahlah aku sendiri tidak mengerti dengan dirinya saat ini serta aku juga tidak berniat untuk mencari tahu lebih banyak.

Tante, I Love You (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang