Rega terus saja mendesakku agar mau bercerita mengenai hubunganku dengan Tante Vita dan aku yakin jika pria dengan tingkat penasaran tinggi sepertinya baru akan berhenti ketika sudah mendapatkan jawaban yang ingin dia dengarkan. Namun sekali lagi aku tegaskan jika aku tidak akan berkomentar apa pun mengenai masalah ini karena tidak ingin terlibat dalam kebohongan yang semakin akan sulit aku hadapi kedepannya. Satu kebohongan tercipta maka akan menciptakan kebohongan lainnya sehingga aku tidak ingin hal tersebut terjadi. Terlalu merepotkan.
Meskipun aku tidak pernah menjawab semua pertanyaannya, Rega terus saja berusaha mengorek informasi apa pun dariku. Pagi, siang, sore, bahkan ketika kami pulang bekerja pun dirinya akan selalu bertanya, benar-benar sangat menyebalkan. Selain Rega, daddy adalah persoalan lain yang juga terus mengusik ketenangan hidupku. Jika Rega bertugas mengganggu di rumah sakit maka daddy akan melakukannya di rumah. Keduanya sama-sama memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dan cenderung mengganggu.
Saat aku sedang berjalan di lorong rumah sakit tanpa sengaja diriku justru bertemu dengan pria itu. Pria gagal move on yang telah membuatku harus terlibat dalam semua permasalahan ini, Kevin. Entah apa yang membuatnya harus datang ke rumah sakit sepagi ini namun melihatnya yang terus saja menatapku dengan tatapan kurang menyenangkan benar-benar membuatku menjadi kesal dan tidak nyaman. Kucoba untuk mengabaikan dengan terus berjalan melewatinya namun ucapannya yang tiba-tiba itu membuat lengkahku menjadi terhenti seketika.
"Vita bukan wanita yang bisa elo hadapin." ucapnya sambil berjalan ke arahku dengan tatapan mengintimidasi.
"Vita enggak percaya cinta." lanjutnya. Kupandangi wajahnya tanpa ekspresi sambil berusaha mencari tahu apa maksud perkataannya kepadaku tadi. Menasehatikah? Cemburukah? Atau apa?
"Bukan urusan Anda."
"Gw cuman bermaksud memberi tahu." pria ini terus saja mengamatiku seperti sedang menilai bahkan setelahnya Kevin memberikan sebuah senyuman yang seakan-akan sedang mengejekku.
Bisakah aku berkata jujur. Aku benar-benar tidak mengerti dengan pria yang saat ini telah berada di hadapanku. Bukankah dia sudah menikah? Terlebih dia dan Tante Vita juga tidak pernah menjalin hubungan apa pun setahuku sehingga untuk apa dia bersikap dan berkata seperti ini apalagi sikapnya yang seakan-akan sok kenal dan akrab denganku. Astaga kami bahkan baru bertemu kembali setelah pesta pernikahannya dahulu.
"Thanks." hanya itu yang aku ucapkan sebagai jawaban atas nasihatnya tadi dan setelahnya aku pun pergi meninggalkan dirinya sendirian di lorong rumah sakit.
Benar-benar pria yang merepotkan dan pantas saja jika dia di tolak.
***
Pekerjaanku sedang banyak-banyaknya saat ini terlebih beberapa klien tiba-tiba saja mengajukan revisi sehingga membuatku harus terus bekerja lembur.
A'Muda sebenarnya tidak tega namun klien-klien tersebut hanya ingin aku yang mengerjakannya sehingga tugas-tugas ini tidak bisa dialihkan ke pegawai lain. Ya sudahlah anggap saja jika mereka memang sangat menyukai hasil kinerjaku selama ini sehingga hanya menginginkanku untuk mengerjakannya, itu sebuah pujian bukan?
"Lembur lagi?" tanya Sonia salah satu rekan kerjaku.
"Ya begitu deh. Elo sudah mau pulang?"
"Iya tetapi masih nunggu dijemput sama cowok gw. Palingan sebentar lagi juga nyampe."
"Oh."
Sejujurnya aku merasa sedikit tidak nyaman jika harus terus berbicara dengan Sonia. Bukan karena aku tidak menyukainya namun jika berhadapan dengannya aku harus selalu berusaha menjaga setiap perkataannku sehingga membuatku menjadi tidak bebas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tante, I Love You (TAMAT)
RomanceBerawal dari sebuah kebohongan akan status keduanya yang mengaku sebagai sepasang kekasih, Vita dan Darren menjadi semakin dekat hingga akhirnya salah satu diantara mereka memiliki perasaan berbeda. Namun cinta adalah sebuah fatamorgana bagi Vita ya...