06. Luka terindah

314 188 349
                                    

"Apa? Kita pergi sama Ella juga?" Sean melongok tak percaya ketika mendengar penjelasan dari Evan. Sean berdecak pelan, menyedihkan sekali, padahal awalnya Sean berpikir bahwa Evan itu mengajaknya pergi berkencan secara tidak langsung.

"Iya, emangnya kenapa?" Evan terlihat asik dengan ponselnya.

"Gapapa." Sean membuang nafas kasar. "Padahalkan niat dia itu mau bikin gue supaya ga marah lagi. Tanpa dia sadari, gue malah makin marah!" batin Sean geram.

Sean berjalan lesu kearah pintu. "Tunggu sebentar ya, gue ke toilet dulu." Sean pergi meninggalkan Evan di dalam kelas.

"Cepet ya cantik. Kalau lama nanti gue tinggal." Evan melambaikan tangannya kearah Sean.

"Dasar pacar ga tau diri!" gerutu Sean sembari menghentak-hentakan kakinya di sepanjang perjalanan menuju toilet. "Gapapa Sean, tenang—" Sean menarik nafas dalam, kemudian menghembuskan secara perlahan. "Mari berfikir positif, siapa tau aja Evan gugup kalau berdua doang sama gue? ya kan?" gumam Sean di depan cermin toilet.

Sean mencuci mukanya menggunakan air yang mengalir. "Akhirnya ... ngedate setelah bertahun tahun pacaran." Sean memoleskan sedikit bedak dan lipstik di bibirnya. Membuat gadis itu sedikit terlihat lebih fresh dari sebelumnya.

"kayanya gue harus kabarin Bunda dulu deh. Biar ga berabe." Sean mulai mengotak atik ponselnya. Dirinya sedikit terkejut ketika mengetahui bahwa kini Liya—bundanya—dalam kondisi online.

Bunda💙

bund bund, nda nda, bundaaaa~

ada apa sayang?

sean pulang telat ya😬🙏

lho kenapa? ini udah sore. sean mau kemana? mau sama siapa? bobo dimana?

ih apa sih bund😓

anu...
sean mau main dulu, hehe😋

sama ella? anza? verie?

ella bund, ada evan juga

yaudah hati-hati, jangan pulang sampai larut malam ya...

ai ai kapten!

Setelah dirasa sudah selesai, Sean memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku seragam sekolah. Dengan senyuman manis yang terpampang jelas, Sean berjalan dengan semangat untuk kembali ke kelas.

Sementara itu di lain sisi, Lingga yang sudah bersiap untuk menyalakan motornya, tiba-tiba saja terdiam ketika teringat bahwa ponsel miliknya tertinggal di kolong meja. Lingga menghela nafas kasar ketika menatap keberadaan kelasnya yang berada di lantai paling atas. Mau tak mau dirinya harus kembali ke kelas untuk mengambil ponselnya. Sesampainya di lantai dua, tepat di pintu toilet wanita. Lingga menghentikan langkahnya ketika melihat Sean tengah berada di dalamnya sembari tersenyum senyum. Melihat dari gerak-geriknya bahwa Sean akan keluar, Lingga pun dengan segera melanjutkan kembali langkahnya menuju lantai tiga, dimana kelasnya berada. Hal itu membuat Lingga dan Sean kini jalan beriringan depan belakang.

Sesampainya tepat di depan kelas, Lingga melihat adanya Evan dan Ella yang tengah berduaan. Sebenarnya Lingga merasa tak peduli, laki-laki itu lebih memilih untuk masuk lalu segera mengambil ponselnya. Namun, percakapan mereka berdua berhasil membuat langkah Lingga terhenti.

"Lo suka sama gue?" Ella menatap manik mata Evan lembut.

Evan yang memang menyukai Ella, merasa salah tingkah dibuatnya. Laki-laki itu menundukkan kepala lemah. "Iya, maaf." Ella Terkekeh pelan, gadis itu menangkup kedua pipi Evan, memaksanya untuk menatap dirinya. "Gapapa. Lagipula namanya juga perasaan, lo berhak suka sama siapa aja, Evan." Jemari lentiknya menelusuri wajah Evan.

Sean's True Love [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang