24. 10:30

138 18 42
                                    

Lingga terkekeh sinis ketika sosok itu memasuki gang buntu, pria yang menggunakan pakaian serba hitam itu nampak kebingungan. "Sial!" geramnya ketika melihat tak ada jalan lagi di depan, sementara Lingga sudah berada tepat di belakangnya.

"Siapa yang nyuruh lo?"

Sosok itu tak menjawab, dirinya mematung tak bergerak sedikitpun. Geram, Lingga mulai melangkah mendekat ke arahnya dengan hati-hati. Di saat Lingga sudah lumayan dekat, dirinya melayangkan sebuah tendangan cukup keras, tindakannya itu membuat sosok itu terhuyung ke depan.

"Jawab, sialan!" Lingga menarik kerah baju belakang pria itu, kemudian membalikkan tubuh kekar tersebut dengan kasar.

Lingga melayangkan pukulan tepat di pelipis pria itu, kembali menarik kerah baju pria itu kemudian menendang kuat pada bagian perutnya. Sosok itu meringkuk kesakitan di atas tanah. Merasa tak cukup, Lingga kembali menendang perut pria itu dan menekannya kuat.

"Akhh!" Pria itu menggeram kesakitan, dengan kekuatan yang masih tersisa dia berhasil menyingkirkan kaki Lingga dari perutnya.

Lingga mendekat ke arah pria yang memakai masker untuk menutupi wajahnya itu, membuat Lingga tak bisa mengenali siapa sosok itu. Pria itu membungkuk seraya terus memegang perutnya yang terasa nyeri. Pria tersebut menyeret tubuhnya mundur saat Lingga semakin dekat ke arahnya. Merasa penasaran, Lingga berusaha melepaskan masker pria itu.

Lingga lengah, dirinya gagal membaca gerakan tubuh lawannya yang mengeluarkan sebilah pisau cadangan di dalam kantung celananya. Belum sempat Lingga membuka masker pria itu, justru pisau milik pria itu menancap tepat di telapak tangan Lingga.

Darah segar mengalir deras dari telapak tangannya. Lingga tertegun sejenak, kesempatan itu tak di lewatkan begitu saja, pria tersebut menendang dada Lingga cukup keras, Lingga terhuyung kebelakang, memberikan pria tersebut celah untuk berlari.

Melihat sosok itu berhasil kabur dari jangkauannya, Lingga hendak menyusul dan menggapai bagian punggungnya. Tapi naas, ketika Lingga hampir menggapainya, dirinya melupakan satu hal, bahwa pisau sosok itu masih menancap tepat di telapak tangannya.

Lingga menelan air liurnya kasar. "Nggak, bukan saatnya gue ngerasa takut," batinnya. Setelah berhasil meyakinkan dirinya sendiri, Lingga mencabut pisau tersebut. Tapi naas, ketika Lingga mencari keberadaan sosok itu, sosok itu berhasil menghilang dari pandangannya. "Sialan!" Lingga membanting pisau tersebut kasar ketika dirinya benar-benar kehilangan jejak pria itu.

"LINGGA!" Sean dengan suara cemprengnya membuat Lingga meringis ketika mendengarnya.

Lingga membalikkan badannya, kemudian jalan mendekat ke arah Sean. Sementara Sean menganga tak percaya sekaligus merasa ngilu ketika melihat luka sobek di telapak tangan Lingga.

"Aduh, ini kenapa? Lo abis diapain?!" tanyanya beruntun.

Bukannya menjawab, Lingga justru tersenyum tipis. "Bukannya gue bilang tunggu sebentar, kan?" Sebelah tangan Lingga yang tidak terluka terulur untuk mengelus pucuk kepala Sean lembut. "Untung penjahatnya udah pergi." Lingga merengkuh pinggang Sean, kepalanya bersembunyi diantara ceruk leher gadis itu.

Sean mengerutkan keningnya bingung ketika merasakan hembusan nafas Lingga yang tak beraturan, tangannya terulur untuk mengusap punggung Lingga yang sedikit gemetar. "Lo, kenapa?" tanya Sean khawatir.

Sean's True Love [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang