25. Penghargaan kecil

131 15 51
                                    

Selesai dengan acara rapat meja bundar singkat, Anza dan Verie pulang kerumahnya, sementara Sean dan Lingga kini berada di tempat parkiran taman. "Gue ada perlu sama orang di tempat makan. Kebetulan ini udah siang, lo ikut juga ya sekalian ngisi perut," ucap Lingga sembari bersiap memakaikan Sean helm.

Sean mencegahnya, dengan segera dirinya mengambil alih helm tersebut kemudian dirinya pakai sendiri. "Boleh?" tanya Sean.

"Kalau nggak boleh juga gue nggak akan ngajakin lo." Lingga bersiap menaiki motor ninjanya, tangannya terulur kearah Sean. "Ayo naik," ujarnya.

Sean berdecak sebal, namun pada akhirnya ia menerima uluran tangan Lingga. "Gue bisa kali naik sendiri. Padahal kan tangan lo masih luka," ucap Sean.

Bukannya menjawab, Lingga justru menutup kaca helm full face nya. "Lingga segera menancapkan gas, dimohon untuk nona Sean berpegangan yang erat!" Sean tersenyum kecil mendengar perkataan Lingga barusan. Dengan semangat dirinya menyentuh bahu Lingga, kemudian memegangnya erat. "Nona Sean sudah berpegangan, mari kita berangkat!" serunya.

Lingga mengerutkan keningnya bingung ketika Sean memegang bahunya, sedetik kemudian dirinya terkekeh pelan. Setidaknya ... Sean mau menyentuhnya, ini adalah pencapaian besar, pikirnya. Dengan segera Lingga menancapkan gas, membelah jalanan yang sepi.

Hanya perlu memakan waktu lima menit, kini Lingga sudah memasuki area tempat parkir dimana dirinya ada janji bersama seseorang.

"Gue ke toilet dulu ya," pamit Sean.

Lingga menganggukkan kepala paham. Ketika mereka berdua memasuki rumah makan, langsung saja mereka berdua berpisah. Sean berjalan menuju toilet, sedangkan Lingga menghampiri temannya di dekat jendela.

"Woi bro!" panggil pria berambut coklat terang. "Gimana kabar lo?" Pria tersebut menghampiri Lingga, keduanya ber tos ria

"Baik. Lo sendiri gimana?" Lingga mendudukkan dirinya tepat di depan pria tersebut.

Pria itu tersenyum lembut. "Jadi, perempuan tadi yang berhasil bikin lo terpikat?" Tanpa basa-basi, dirinya mengeluarkan kotak kecil berbulu berwarna light steel blue. "Karena banyaknya request dari lo, ini nggak murah lho."

"Iya, gue tau. Berhubung ini nggak murah, sekalian lo sambungin." Lingga memberikan ponsel miliknya kepada pria itu.

Pria tersebut mengambil alih ponsel Lingga, kemudian dirinya mulai mengotak-atik benda pipih itu. Tak berselang lama, pria tersebut mengembalikan ponsel Lingga. "Nih, udah. Transfer aja ya," ucapnya.

Lingga mengambil ponselnya, mengotak atik ponsel miliknya untuk mengirimkan uang kepada pria di hadapannya. Setelah terkirim, dirinya menunjukkan buktinya itu kepada pria di hadapannya. "Udah kan? Pulang sana. Gue mau makan siang," usir Lingga secara terang-terangan.

Pria tersebut menghela nafas pasrah, sedetik kemudian dirinya terkekeh geli. "Orang lagi kesemsem mah emang begini, ya? Yaudah kalau gitu, gue pulang dulu. Kalau ada perlu lagi, jangan sungkan ya." Pria tersebut menautkan antara jari jempol dengan jari telunjuknya yang kemudian dirinya gesekkan.

"Iya-iya, udah sana pergi," ujar Lingga sedikit jengah dengan kelakuan temannya yang mata duitan itu.

Tepat di saat pria itu melangkah pergi menuju pintu, Sean baru saja keluar dari toilet wanita, hingga membuat mereka saling berpapasan. Pria tersebut mengulum senyumnya tipis ketika melihat keberadaan Sean. Ya ... Dirinya tau, gadis berponi ini adalah gadis yang berhasil memikat hati Kalingga, dirinya sempat melihatnya ketika mereka berdua baru memasuki pintu masuk tadi. Enggan menyapa, pria tersebut memilih untuk melanjutkan langkahnya meninggalkan tempat itu.

Sementara itu di lain sisi, kini Sean tengah berjalan menghampiri Lingga yang tengah menundukkan kepalanya. "Temen lo mana? Ko nggak ada?" Sean mendudukkan bokongnya pada kursi tepat di depan Lingga.

Sean's True Love [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang