"Mas, kapan kamu mau nikahin aku? Sampai kapan hubungan kita begini?"
Kaviar menutup lembaran berkas kerjanya, dirinya mengelus rambut panjang Keller yang berada di pangkuannya dengan lembut. "Kamu mau nya kapan?" tanyanya, sepasang matanya menatap kagum manik mata berwarna hijau zamrud berkilau milik Keller.
Keller merotasi kan bola matanya malas. "Selalu aja nanya begitu. Ujung-ujungnya juga aku nanya lagi," ujarnya.
Keller Harriet, tidak ada yang istimewa darinya. Berbanding terbalik, justru Keller adalah wanita menyedihkan yang hidup sebatang kara di negeri orang. Keller, wanita berparas cantik yang berasal dari Jerman. Sedari kecil hidup Keller tak di inginkan, kedua orang tua yang sudah berpisah, mereka enggan mengurusnya. Sampai pada akhirnya, dirinya ikut bersama dengan paman nya ke Indonesia, berharap jika paman nya benar-benar akan merawatnya dengan kasih dan sayang.
Tapi naas, begitu malangnya nasibnya, ketika dirinya di tinggal pergi saat sedang membuang air kecil di kamar mandi bandara.
Sejak saat itu, Keller hidup luntang lantung di jalanan. Tubuhnya kurus kering, pakaian yang lusuh, serta tatapan matanya yang kosong, terlihat begitu menyedihkan. Tetapi, mau bagaimana pun juga Keller terlihat mencolok dibandingkan dengan gelandangan yang lain. Keller, terlihat cantik dengan kulit putih bersih, meskipun tak jarang kulitnya memerah akibat terbakar sinar matahari, rambut panjang pirang bergelombang, bibir ranum yang terlihat cantik, alis tebal dengan bulu mata yang lentik, yang terpenting adalah, Keller memiliki sepasang mata indah berwarna hijau zamrud yang berkilau.
Namun, siapa sangka, paras menawan yang Keller miliki ternyata mengantarkannya pada keberuntungan. Kaviar Alfareezel datang kemudian membawanya, menjadikannya sebagai kekasihnya. Keller bahagia, bahkan kini Keller mengisi waktu luangnya sebagai guru matematika di sekolah terfavorit yang ada di kota ini. Namun, satu hal yang membuatnya merasa ganjal, mengapa kekasihnya tak kunjung melamar dirinya. Keller, menginginkan pernikahan layaknya pasangan pada umumnya.
Brak!
Pintu ruangan terbuka dengan kasar, menampilkan wanita cantik dengan kondisinya yang terlihat kurang baik. Wanita itu menatap nyalang kearah Kaviar dan Keller bergantian. Segera Kaviar menurunkan Keller dari pangkuannya, kemudian berjalan mendekati wanita itu.
Di saat Keller terlihat kebingungan, tiba-tiba saja asisten Kaviar datang dengan keringat yang membasahi keningnya. "Maaf Tuan, saya sudah berusaha mencegah—" Perkataannya terpotong ketika Kaviar memberikan kode supaya dirinya keluar.
Kini, hanya tersisa mereka bertiga. Wanita itu menatap benci kearah Keller, tanpa basa-basi, dirinya mendekati Kaviar dan menampar pipi lelaki itu. "Maaf nyonya!" Keller menahan pergelangan wanita itu. "Sopan kah tiba-tiba anda datang lalu menampar kekasih saya?" tanyanya.
Pecah gelak tawa wanita itu, tawa yang keluar dari bibirnya, terdengar begitu menyayat hati. "Kekasihnya? Saya istrinya!" Dengan kasar, wanita itu menarik rambut panjang Keller.
"BERHENTI AERIS!" Tanpa perasaan, kaviar mendorong wanita yang bernama Aeris itu hingga wanita itu terjatuh kelantai.
Keller bersembunyi di belakang punggung Kaviar, dirinya menatap sedih kearah Aeris, bagaimanapun juga Keller dan Aeris sama sama perempuan. Keller yakin, bahwa Aeris sebenarnya adalah perempuan cantik dan manis, hanya saja ... sepertinya wanita itu terlalu sering menangis akhir-akhir ini.
Aeris berdiri tanpa bantuan siapapun, dirinya menatap nyalang kearah Suaminya sendiri. "Kamu melupakan semuanya, hanya karena dia?" Aeris menunjuk Keller.
Kaviar menatap jengah Istrinya. "Saya udah nggak ada rasa sama kamu," ucapnya enteng.
"Nggak ada rasa?" Aeris berdecak pelan. "KAMU PUNYA DUA ANAK MAS KALAU KAMU LUPA! DUA!" Bibir Aeris bergetar, dirinya berusaha menahan isak tangis yang bisa keluar kapan saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sean's True Love [TERBIT]
Teen FictionHidup dengan kebahagiaan, menjalani hari dengan penuh keceriaan. Itulah yang Sean lakukan, untuk menghibur semua orang. Arseanna Lorakeyra, gadis pendek dengan rambut sebatas bahu, serta poni yang membuatnya terlihat lucu. Semakin beriringnya waktu...