14. Terbakar api cemburu

134 39 202
                                    

Pagi ini, masih sama seperti pagi pagi sebelumnya. Di rumah kediaman Alfareezel kini Lingga, Langga, dan Yesha memakan sarapan paginya dengan begitu tenang, tanpa sedikitpun suara, hanya ada suara dentingan alat makan yang beradu satu sama lain. Sampai pada akhirnya, Kalangga membuka suaranya. "Hari ini, berangkat bareng?" tawarnya yang masih sibuk berkutat dengan sarapan paginya.

Lingga meneguk segelas air minumnya hingga tandas, kemudian mengelap bekas basah di sekitar bibirnya menggunakan selembar tisu. "Makasih, hari ini Gue bareng Sean," balas Lingga.

Begitu mendengar nama Sean, sontak saja Yesha menoleh kearah cucunya itu. "Apa tadi? Sean?" godanya kepada sang cucu. Hal itu mampu membuat Langga terkekeh geli akibat tingkah laku Oma nya sendiri.

Mendelikkan mata tak suka, Lingga bangkit dari duduknya. Meraih ransel yang berada tepat di sampingnya, kemudian berpamitan dengan Langga dan Yesha. Sebelum godaan godaan lain dilontarkan oleh mereka berdua.

Di lain sisi, kini di rumah kediaman Sean. Keluarga harmonis itu pun tengah melakukan acara sarapan paginya. Namun, sangat berbanding terbalik dengan keluarga Alfareezel tadi, yang memakan sarapannya dengan hikmat, sementara di sini, jangankan suara dari mereka yang bercengkrama, bahkan suara nyaring dari benturan alat makan satu sama lain menemani acara sarapan pagi yang suram, menurut Liya.

Bagaimana tak suram, kini Ares dan Sean tengah berperang alat makan hanya untuk memperebutkan selai coklat yang tinggal sedikit. Mereka berlagak seperti tengah menggunakan sebuah pedang, namun nyatanya hanya sebuah garpu dan juga sendok yang mereka bentur benturkan.

"Ini punya Sean, Ayah!"

"Kata siapa? Emangnya di selai ini ada tulisan punya Sean, gitu?"

Menggeram rendah, Sean menggebrak gebrakkan meja makan keras. "BUNDA! MASA AYAH NYA GITU!"

Sementara Liya hanya bisa menghela nafas kasar. "Haruskah aku membuang sepasang anak dan bapak ini di kolong jembatan? Aduh alat makan limited edison ku!" batin Liya menatap sendu kearah alat makan miliknya yang kini mulai bengkok.

Tok tok tok ...

Pada akhirnya Liya memutuskan untuk membukakan pintu, dan melihat siapa kah orang yang bertamu di pagi hari seperti ini.

Ceklek ...

Terkejut bukan main. Liya sempat terdiam beberapa saat, hanya untuk memandangi laki-laki tampan di hadapannya yang tengah tersenyum manis. Lingga yang melihat seorang wanita keluar dari dalam rumah itu, langsung saja dirinya menyalami lengan Liya. "Nyari Sean, ya?" tanyanya.

"Iya. Saya Lingga, temannya Sean Tante."

Menganggukkan kepala paham. "Mau berangkat sekolah bareng ya? Yang semalem kerja kelompok juga kan?"

Lingga hanya menganggukkan kepala menjawab pertanyaan Liya. "Kalau gitu masuk dulu ayo," ajak Liya sembari membuka pintu lebih lebar.

"Terimakasih, tapi lebih baik saya tunggu di luar saja."

Liya tampak berpikir, terlihat dari keningnya yang berkerut. "Yaudah kalau gitu, Lingga duduk dulu di kursi ya, Tante mau panggil Sean dulu." Dengan segera Liya masuk kedalam rumah, berniat untuk memanggil anak semata wayangnya itu.

Sesampainya di ruang makan, segera Sean mengambilkan susu coklat hangat untuk Sean. "Sean! Berhenti dulu. Itu ada temen kamu di depan, katanya mau berangkat bareng." Liya menghampiri Sean, kemudian memberikan susu itu kepada Sean.

Sementara Sean yang melihat sang Bunda membawakannya susu, gadis itu segera menghentikan aktifitasnya. Sean mengambil segelas susu yang di berikan Liya, kemudian meminumnya hingga tandas. "Buat Ayah, ga ada?" Ares menelan air liur nya kasar ketika melihat Sean menikmati susunya. Bukannya membalas, Liya justru menatap tajam suaminya, hal itu berhasil membuat Ares menundukkan kepalanya takut.

Sean's True Love [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang