18. Taman hiburan

133 31 93
                                    

"Asik! taman hiburan!" ucap Sean antusias. Disinilah Lingga dan Sean berada, di sebuah taman hiburan dengan berbagai macam wahana permainan, jangan lupakan juga aneka macam makanan yang berjejer rapih menghiasi jalanan.

"Ayo masuk! Malam ini kita main sepuasnya!"

"Yeay...," balas Lingga malas.

Dengan semangat Sean mulai berjalan memasuki taman hiburan dengan tangannya yang menggandeng tangan Lingga. Terlihat sekali bahwa Sean sangat antusias, sedangkan Lingga sepertinya malas. "Ish, yang semangat, Lingga!" Sean mengangkat satu tangan Lingga ke udara. "Yeayyy! Begitu!" ucap Sean. "Yeay...," balas Lingga malas.

"Lo emang nggak bisa diajak seneng seneng ya," ucap Sean geram. Sean merenggut kesal, dirinya membuang muka ke arah lain. Namun, manik matanya seketika berbinar ketika melihat wahana yang terlihat unik di matanya. "Lingga! ayo naik itu!" Sean menunjuk roller coaster.

"Lo yakin?" tanya Lingga sedikit ragu ketika Sean mengajaknya memulai dengan sesuatu yang ekstrim. "Kenapa? Lo takut ya?" Sean menaik turunkan alisnya.

Lingga memalingkan wajahnya. "Enggak," balasnya ketus.

"Yaudah, ayo!" Dengan sedikit paksaan Sean menarik pergelangan tangan Lingga menuju antrian orang-orang yang ingin menaiki roller coaster. Lingga menelan ludahnya kasar ketika mereka sudah mendapatkan tempat duduknya masing-masing. Sean terkekeh geli ketika melihat wajah Lingga yang memucat ketika wahana ini mulai bergerak.

Roller coaster yang dinaiki mereka berdua mulai melaju cepat. Sean berteriak kesenangan, sedangkan Lingga sibuk memejamkan mata dengan tangan yang menutupi mulutnya.

"INI SERU BANGET!"

Di saat Sean berteriak heboh sembari mengangkat kedua tangannya di udara, berbanding terbalik dengan Lingga yang tengah menahan rasa mual. "Gue pasrah, gue pasrah." Tanpa sadar, Lingga menggapai lengan Sean, kemudian menggenggamnya erat.

"LINGGA! AYO TERIAK JUGA!"

Lingga menggeleng ribut. "INI KAPAN SELESAINYA!"

•••


"Hoekkk!"

"Harusnya bilang dari awal kalau lo nggak bisa naik roller coaster." Sean memijat kecil tengkuk Lingga.

Lingga mendaratkan bokongnya di sebuah kursi. Tubuhnya lemas, wajahnya pun terlihat sedikit pucat. Sean menyodorkan satu botol air mineral, segera Lingga menerimanya lalu meminumnya hingga tandas.

Sean terkekeh geli. "Mau main lagi?" ejeknya.

"Diem."

"Kalau gitu ayo kita cari jajanan aja!" ujar Sean. Lingga menurut, laki-laki itu bangkit kemudian berjalan beriringan di sebelah Sean.

Manik mata Sean berbinar ketika tak sengaja melihat anak kecil yang membawa gulali dengan bentuk yang menggemaskan di tangannya. "Mau," gumam Sean pelan.

Lingga yang mendengar gumaman Sean, tanpa basa-basi dirinya menarik lengan Sean kemudian membawanya ke tempat penjual gulali. Sean kembali memekik senang ketika melihat berbagai bentuk gulali yang terpajang. "Wah! mau yang itu!" Sean menunjuk gulali yang berbentuk kepala kelinci dengan masing-masing telinga dengan warna yang berbeda.

"Yang itu, satu." Lingga menunjuk gulali yang di maksud Sean kepada sang penjual. Setelah penjual itu memberikan gulalinya kepada Sean, barulah Lingga menyerahkan uang 50 ribuan selembar. Sementara Sean menatap Lingga dengan senyuman manisnya. "Buat gue?" Melihat anggukan dari Lingga, senyuman Sean semakin mengembang. "Terimakasih!" ujarnya.

Sean's True Love [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang