22. Permainan dimulai

136 26 49
                                    

Lingga dan Langga berjalan beriringan menuju area parkiran. Namun langkah keduanya terhenti tiba-tiba ketika melewati toilet perempuan. "Itu bukannya?" tunjuk Langga kepada ketiga gadis yang kini tengah sibuk berbincang di depan toilet.

Tanpa membalas perkataan Langga, Lingga lebih memilih untuk mendekati gadis-gadis itu.

Sean yang baru menyadari kedatangan Lingga dan Langga pun langsung saja menyapanya. "Hai upin-ipin!" sapa Sean.

Mengerutkan keningnya. "Siapa yang lo maksud?" tanya Lingga dengan nada tak suka.

Sean tersenyum lebar hingga menampilkan deretan gigi rapihnya, dirinya menunjuk kearah Lingga dan Langga bergantian. "Ya kalian lah, siapa lagi?" ucap Sean. "By the way, makasih ya atas bantuan lo," lanjutnya yang tertuju untuk Lingga.

Bukannya membalas, Lingga justru tersenyum tipis kemudian mengusap pucuk kepala Sean pelan. "Gue rasa kita tidak terlihat di sini ya," ucap Verie yang hanya di balas anggukan tanpa suara oleh Anza dan Langga.

"Bisa lepasin tangan lo ini?" Sean merotasi kan bola matanya malas. Bukannya menjawab, Lingga justru semakin gencar mengacak-acak kan rambutnya. Sean menggeram rendah, tangannya terulur untuk menepis lengan Lingga, tetapi, getaran ponsel yang berada di saku seragamnya membuat niat perempuan itu di urungkan.

Sean mengerutkan keningnya bingung ketika mengetahui siapa orang yang menelepon dirinya. "Kenapa ini? Ko Oma Isha malah telepon gue ya? ujar Sean. Sedangkan Anza hanya membalasnya dengan gelengan kepala tanda tak tau.

"Halo Oma? Ada apa ya?"

"Halo Sean, Ayah sama Bunda kamu masuk rumah sakit!" Seketika Sean membelalakkan matanya kaget, jantungnya berdebar tak karuan. "Apa? Ko bisa oma?" tanya Sean.

"Ceritanya panjang!"

"Sekarang di rumah sakit mana Oma?"

"Rumah sakit pelita sari."

"Kita ikut, ya," ucap Lingga.

Langga menganggukkan kepala setuju dengan perkataan kembarannya. "Telepon Pak Nizam dulu, suruh dia bawa mobil gue. Nanti kita kesana pake mobil gue, dia suruh pulang pake motor lo," ujar Langga.

•••

Setengah jam perjalanan menuju rumah sakit. Kini Anza, Verie, Lingga dan Langga tengah berkumpul di lorong rumah sakit. Dokter bilang, hanya boleh satu orang yang masuk, pasalnya di dalam juga sudah ada Daisha. Maka dari itu mereka memutuskan untuk menyerahkan Sean, sementara mereka menunggu sampai Sean keluar dan menceritakan semuanya.

Cukup lama mereka menunggu dengan perasaan resah dan gelisah. Sampai pada akhirnya ketika pintu putih itu terbuka, Sean keluar dari dalam ruangan itu. Verie dan Anza bangkit dari duduknya, memberikan tempat untuk Sean duduk dengan nyaman. "Gimana kronologinya?" tanya Anza.

Sean menatap manik mata Anza dan Verie bergantian, kedua gadis itu tak sabar, begitupula dengan Lingga dan Langga yang merapatkan tubuh mereka. Sean menghembuskan nafas kasar. "Ayah cuma terkilir doang tangannya, tapi Bunda sempet pingsan gara-gara benturan keras di kepalanya," ujar Sean. Sean mengambil nafas dalam-dalam, bersiap untuk menceritakan kronologi yang dirinya dapatkan dari dua sudut pandang.

Tadi, di dalam ruangan, Sean juga mendengar penjelasan dari sudut pandang Daisha. "Tadi Oma kan mau ke rumah kamu, niatnya mau minta Liya sama Ares cicipi resep baru Oma, buat Oma masukin menu baru. Pas Oma mau turun dari mobil, tiba-tiba aja ada dua orang laki-laki berpakaian serba hitam lari dari arah rumah kalian. Mereka tergesa-gesa, tapi salah satu diantara mereka membawa sebuah IPad. Pas Oma masuk dan naik ke lantai dua, tepat di kamar kamu, ada Bunda kamu tergeletak di lantai, sementara Ayah kamu keliatan panik di campur khawatir."

Sean's True Love [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang