Part 1 - Lomba Madding

167 7 1
                                    

HAII HAII HAII!!!

Aku balik lagi nihh, tapi dengan cerita yang baru!!!

Semoga kalian suka ya sama cerita kedua aku inii

Jangan lupa buat vote dan coment yaaa!!!

Aku tunggu antusias dari kaliann!!!

See you and happy reading!!!

*
*
*
******

Jam di dinding menunjukkan pukul 9 tepat. Sudah dua hari ini kelas terlihat sangat ricuh dan berantakan. Teriakan Vania memenuhi ruangan itu memanggil nama temannya yang tidak ketemu. Sudah dua hari ini Vania, mencoba bersabar dengan cobaan yang diberkan kepada dirinya.

Dua hari ini class meeting diadakan di SMA Mandala, dan dua hari ini Vania mengikuti lomba membuat madding antar kelas. Semua ini membuat Vania merasa frustasi. Bagaimana tidak? Vania sangat menghindari lomba antar kelas. Tapi nyatanya Vania ditunjuk dengan sepihak oleh Dima untuk mengikuti perlombaan ini. Dima merupakan teman satu kelas Vania yang dibencinya. Mau tidak mau Vania harus menjalankan tugasnya.

Dan sialnya, semua konsep yang dibuat Dima kini diserahkan sepenuhnya kepada Vania. Apa-apaan manusia satu ini? Seenak jidat menyuruh dirinya untuk memahami konsep yang Dima buat. Hanya helaan nafas berkali - kali yang bisa ia lakukan.

"Van, lo dicariin Altair tuh" ucap Liza salah satu teman kelas Vania yang juga mengikuti perlombaan ini.

"Ada apa?" Tanya Vania menatap Altair dengan tatapan malas.

"Gue kesini cuman bengong doang kayak gini? Nggak ada kerjaan? Kalau nggak, lebih baik gue rebahan di rumah" ucap Altair dengan wajah tanpa dosanya menyenderkan tubuh di pintu.

Apakah dia buta? Dia bilang tidak ada pekerjaan? Apakah teman teman yang di depannya ini sedang tidur - tiduran. Salah memang Dima memilih Altair mengikuti lomba ini. Sangat tidak bisa diajak kerja sama.

Sebenarnya saat ini bukan diri Vania. Mau tidak mau Vania harus merubah sifatnya yang biasa pendiam menjadi bisa mengatur semua pekerjaan ini. Semua ini membuat Vania sangat kelelahan. Baru pertama kali dirinya ditunjuk memimpin untuk membuat karya seperti ini. Dan sangan berbeda dengan diri Vania yang jarang berkomunikasi dengan anak laki - laki. Tapi kini tuhan mengirimkan satu anak laki-laki yang membuatnya setengah gila.

Vania menghela nafasnya lalu berkata, "kan tadi udah gue bilang, sana yang cowo beli papan"

"Uang aja nggak dikasih gue mau beli pakai apa? Daun?"

"Gue kan udah bilang minta ke bendahara Altair" ucap Vania tersenyum kepada Altair yang sebenrnya gadis itu sangat ingin mengatai Altair.

"Siapa bendaharanya?"

"Itu Rara" ucap Vania menunjuk Rara yang sedang menggunting kardus.

"Mintain dong sekalian" ucap Altair dengan tersenyum menampilkan wajah tanpa dosanya.

Vania menatap sengit Altair lalu berdiri meminta uang kepada Rara. Lalu berjalan menghadap Altair dan memberika uang itu kepada Altair. Menyuruh laki - laki itu untuk segera membeli papan yang dibutuhkan.

•°•°•°•

Sudah lebih dari 4 jam mereka di sekolah. Semua anak - anak yang berada di kelas XII IPA 5 sibuk dengan barang yang mereka pegang masing - masing. Untung ada beberapa teman Vania yang juga membantu walaupun tidak masuk dalam list kelompok. Vania sangat bersyukur dengan kehadiran mereka, sangat membantu.

ALTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang