Jam menunjukkan pukul 2 sore. Saat ini semua kelas tengah masuk dan sedang mengikuti pembelajaran, termasuk kelas XII IPA 5. Mereka sedang fokus memperhatikan Pak Brarto sedang menjelaskan pelejaran matematika.Sangat menyebalkan bukan? Di jam siang, semua sudah mengantuk malah disuruh untuk berfikir keras dengan rumus matematika. Ditambah lagi semua disuruh untuk mengerjakan latihan soal yang berada di buku paket. Dengan keadaan malas dan mengantuk mereka memaksa otak untuk berfikir.
“Woy, Dev! Bangun!” Ucap Vania membangunkan Deva yang tertidur pulas duduk di sampingnya.
“Hm?” Deva mencoba mengerjapkan matanya menatap Vania dengan tatapan yang masih mengantuk.
“Bangun, sama Pak Barto disuruh mengerjakan” Ucap Vania menggoyakan tubuh Deva agar teman satu bangkunya itu terbangun.
“Ck, males banget” Decak Deva menghela nafasnya kasar.
“Cepetan bangun, daripada nanti lo dihukum sama Pak botak galak itu”
Dengan perasaan terpaksa Deva mencoba mengembalikan nyawanya dan berusaha mengajak otaknya untuk berfikir mengerjakan soal maematika di siang hari.
“Siapa hari ini yang tidak masuk kelas?” Tanya Pak Barto mengalihkan perhatian semua murid kelas XII MIPA 5.
“Nihil pak” Ucap Dima.
“Tapi kok dua bangku kosong? Kemana mereka?” Tanya Pak Barto ketika menghitung jumlah anak di kelas tidak penuh.
“Oh Altair sama Marvin? Nggak tau pak, dari tadi nggak di kelas”
“Kemana?”
“Nggak tau pak, mungkin lagi mengurusi acara supporter nanti sore”
“Masih jam segini masa udah siap-siap” Ucap Pak Barto menatap jam yang bertengger di tangannya.
“Nggak tau pak”
“Ya udah kalian lanjutkan mengerjakan soal itu, nanti setelah pelajaran selesai di kumpulkan”
“Jangan pak!” Protes Deva membuat antensi mata terlaihkan kepada gadis itu.
“Jangan kenapa?” Tanya Pak Barto menatap Deva tajam.
“Maksudnya jangan dikumpulkan nanti, minggu depan aja pak”
“Kenapa nggak nanti? Pasti kamu mau tdur lagi?”
“Eh, ngg-nggak kok pak” Ucap Deva melambaikan tangannya menyengir kuda kepada Pak Barto.
“Terus?”
“Ini waktunya kurang lima belas menit lagi pulang pak, waktunya nggak nuntut buat mengerjakan sepuluh soal”
“Banyak alasan saja kamu, kalau kamu serius pasti juga selesai”
“Pak Barto mah gitu” Ucap Deva mencebikkan bibirnya.
“Walaupun saya nggak tiduran seperti Deva, tapi saya setuju dengan ucapan Deva pak. Gila aja pak masa udah sore disuruh ngerjain matetmatika sepuluh soal, waktunya tinggal lima belas menit lagi pak” Ucap Dima yang setuju dnegan pendapat Deva.
“Nahh itu bener pak” Ucap Deva mengimbuhi ucapan Dima.
“Ya usah ya sudah, kalau begitu besok pagi bapak tunggu pekerjaan kalian di meja bapak” Ucap Pak Barto.
“Yahh, sama aja dong pak, paling nggak minggu depan lah pak” Ucap Dima mengeluh kepada Pak Barto.
“Ya sudah kalau tidak mau kumpulkan nanti sepulang sekolah”
“EH, JANGAN PAK!” Ucap seluruh murid kelas XII MIPA 5 dengan kompak. Membuat Pak Barto menatap mereka dengan tatapan tajam.
“Iya pak iya, kita kumpulkan besok pagi di meja bapak” Ucap Dima yang akhirnya mengalah dari perdebatan hari ini. Pak Barto mengacungkan jempolnya dengan tersenyum kepada Dima.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAIR
Fiksi RemajaAltair Syahreza Bimaskara, yang sering dipanggil dengan nama Altair, merupakan salah satu murid SMA Mandala. Salah satu teman sekelas Vania Grethalova Dezania, atau biasa dipanggil Vania. Mereka berdua seperti kucing dan tikus ketika dipersatukan. S...