Part 16 - Memanfaatkan Teman

16 2 0
                                    

Altair merebahkan dirinya di atas kasur ukuran king zise miliknya. Menatap ke atas langit-langit kamar. Berfikir bagaimana caranya dia bisa keluar malam ini. Seperti biasa, Altair hanya diberi jatah sekali dalam satu minggu untuk keluar malam. Kecuali jika itu kegiatan penting atau kegiatan sekolah, maka dibolehkan.

Altair tidak seleluasa seperti teman-temannya yang bisa keluar malam seenaknya. Lelaki itu selalu dilarang oleh ayahnya keluar malam lebih sering lagi, terutama hanya sekedar nongkrong dengan temannya. Entah apa alasan ayahnya sepert itu, setau Altair, ayahnya ataupun keluarganya merupakan orang terpandang. Hal itu mengharuskan Altair untuk menjaga sikap. Bahkan Altair tidak berani membawa cewek ataupun mengenalkan kepada kedua orang tuanya. Altair tidak mau mati di tangan ayahnya.

“Apa gue minta bantuan Rava aja ya? Sekali-kali memanfaatkan teman”
Altair mengambil ponselnya dan mencari konta Rava. Menghubungi temannya itu. Semoga saja Rava bisa diajak bekerjasama.

“Rav, gue butuh bantuan lo” Ucap Altair kepada Rava yang berada di seberang sana, setelah sambuangan telefon terhubung.

Assalamualaikum dodol

Altair terkekeh, “Wa’alikumsalam”

Ada apa sih? Gue baru sampe rumah” Terdengar suara decakan Rava dari seberang sana.

“Bantuin gue, nanti jam 6 jemput gue”

Kenapa nggak naik motor lo sendiri?”

“Tau sendiri lah bokap gue gimana? Mana boleh gue keluar”

“Emang kalau gue jemput, lo bakal diijini keluar?”

“Tentu saja pasti diijinin, nanti bilang aja alasnnya mau beli tiket buat tanding besok”

“Nggak, gue nggak mau nambah dosa sama orang tua lo”

“Ck, sekali aja Rav, demi keberlangsuangan hidup gue Rav”

“Emang lo mau kemana sih?”

“Gue ada janji, sekali ini aja bantuin gue. Besok deh, gue traktir di kantin, terserah lo mau pesen apa”

“Beneran?”

“Iya, tapi nanti jemput gue jam 6 jangan sampai telat”

“Oke, deal!”

Tutt

Altair mematikan sambungannya dengan Rava. Lelaki itu menghela nafasnya lega dan mengembangkan senyumnya. Untung saja Rava bisa diajak bekerjasama. Setidaknya dirinya akan selamat untuk malam ini.

•°•°~🌼~°•°•

Jam sudah menunjukkan pukul 6 tepat. Saat ini Rava sudah berada di ruang tamu, menunggu Altair yang masih berada di kamarnya. Bersama dengan ayah Altair dan juga Azka – adik Altair.

“Mas Rava mau main sama Mas Alta ya?” Tanya Azka kepada Rava yang duduk di sampingnya. Rava tersenyum mencoba mencari alasan yang tepat. Bisa gawat kalau bocil satu ini mau ikut mereka berdua.

“Nggak Azka, Mas Rava sama Mas Alta mau beli tiket buat pertandingan besok”

“Wihh, ada pertandingan? Azka boleh lihat nggak mas?” Tanya Azka dengan mata berbinar, seakan ingin melihat secara langsung pertandingan itu.

Rava menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Masa dia sama Altair harus membawa bocah lima tahun ke stadion. Bisa-bisa dikira anaknya nanti.

“Nggak boleh Azka, besok pertandingannya malam Azka nggak bisa lihat, di sana cuman orang besar semua, anak kecilnya nggak ada” Ucap Ferdi – ayah Altair kepada Azka.

ALTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang