Part 15 - Banyak Alasan

15 1 0
                                    

Jangan lupa vote dan coment!!!

Happy reading!!!

××××~🌼~××××

“Vania! Coba jelaskan sejelas-jelasnya!” Ucap Deva yang baru sampai di dalam kelas mengalihkan perhatian Vania yang asik dengan ponselnya.

“Jelasin apa?” Tanya Vania mendongakkan keplanya menatap Deva bingung. Terlihat Deva seperti benar-benar penasaran dengan penjelasan Vania.

“Lo kemarin keluar sama Al-hmpp” Ucap Deva terhenti ketika Vania berhasil membungkan mulutnya.

Vania menatap Deva dengan tatapan tajam. Bisa gawat kalau mereka semua yang ada di kelas mengetahui kemarin dirinya keluar dengan Altair. Bisa heboh, Vania tidak mau jadi topik perghibahan di kelasnya.

“Pelan-pelan dodol!” Ucap Vania menjitak jidat Deva membuat sang empu merintih kesakitan.

“Ya habisnya lo nggak mau cerita sama gue” Ucap Deva mengusap jidatnya yang masih terasa panas.

“Ini gue mau cerita, makanya sabar dulu”

“Jelasin dari awal sampi akhir”

Vania menghela nafasnya. Menceritakan keseluruh bagiamna bisa dirinya keluar hanya berdua dengan Altir. Menceritakan apa saja yang dilakukan Vania ketika keluar bersama Altair. Dan perkataan atau perbuatan apa yang Altair lakukan kepada Vania. Semuanya sampai ke akar-akarnya Vania ceritakan kepada Deva.

“Gue yakin seratus persen, dia suka sama lo Van” Ucap Deva mencoba menebak dari sikap yang dilakukan Altair.

“Gue nggak tau Dev, kemarin gue cuman memenuhi janji gue aja”

“Tapi siapa tau itu cuman alasan buat dia aja biar dia deket sama lo”

“Bodoamat lah, gue nggak peduli”

“Hati-hati kalau ngomong, nanti malah lo sendiri yang baper sama dia” Vania hanya memutar bola matanya malas menatap Deva yang tengah tersenyum menggodanya. Vania lebih memilih untuk kembali fokus dengan ponsel miliknya.

“Tumben lo datang pagi banget?” Tanya Marvin kepada Altair yang baru saja menginjkakkan kakinya. Membuat seluruh atensi mata yang berada di kelas menatap kedua lelaki itu, hanya sesaat. Setelah itu mereka kembali fokus dengan kegiatan masing-masing.

Berbeda dengan Vania yang masih menatap Altair yag tengah berbicara dengan Marvin. Apakah benar lelaki itu menyimpan perasaan kepada diirnya?

“Gue mau ke kelasnya Rava dulu” Ucap Altair kepada Marvin. Hanya fokus kepada Marvin, dan sepertinya tidak peduli dengan kehadiran Vanai.

Gadis itu membuyarkan semua pikirannya. Benar sekali, seratus persen benar, Altair tidak sedang menaruh perasaanya. Lelaki itu hanya sekedar bermain. Siapa tau di luar sana di juga bersikap seperti itu?

“Van, lo kemarin beneran keluar sama Altair kan?” Tanya Deva menatap bingung Vania yang duduk di sampingnya. Atensi mata Vania masih terpaku dengan kepergian Altair. Vania mengangguk menjawab pertanyaan Deva, tanpa mengalihkan pandangannya.

“Tapi dia kok kayak nggak kenal lo Van?”

“Gue kan udah bilang jangan mikir aneh-aneh, gue kemarin cuman menepati janji gue aja Dev”

Vania menghela nafasnya, “Lagian nih ya walaupun dia udah keluar sama gue, emang dia harus sok kenal gitu sama gue? Harus nyapa gue gitu? Nggak kan? Gue bukan pacar dia Dev” lanjut Vania.

“Bener juga sih omongan lo, tapi masa dia langsung merasa nggak peduli gitu sama lo? Lo ingat deh, padahal kan kemarin dia yang ngintilin lo dan minta buat keluar berdua”

ALTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang