Part 5 - Nomor Tidak Dikenal

36 4 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Tetapi warung Mang Ujang sebagai tongkrongan anak-anak SMA Mandala masih terlihat sangat ramai. Terlihat di sana ada Altair dan teman-temannya yang lain, tetapi bukan anak kelas XII IPA 5. Melainkan anak-anak dari kelas lain. Bahkan ada bebrapa anak kelas IPS yang juga berada di sana.

Seperti biasanya, mereka berkumpul hanya untuk sekedar bermain untuk menghilang rasa lelah setelah seharian di sekolah. Atau bahkan mereka membahsa urusan penting, seperti acara supporter yang ada di SMA Mandala.

"Besok jadi tanding kan?" Tanya Rava sebagai Ketua Susmanda, Suporter SMA Mandala. Rava bertanya kepada teman-temannya yang berada di tempat itu.

"Jadi." Jawab Ziko salah satu pemain futsal SMA Mandala.

"Besok tanding sama mana?" Tanya Altair sambil menghisap asap rokok yang berada di tangannya.

"SMA Lima Sila," Jawab Ziko.

"Tanding jam berapa?"

"Jam 4, habis pulang sekolah seperti biasanya."

"Kenapa nggak pagi aja coba?"

"Ck, ya mana gue tau dodol." Decak Ziko menatap Altair dengan tatapan malas. Memang manusia satu ini terkadang sangat menyebalkan.

"Kalau pagi kan kita bisa dispen."

"Udah kebanyak bolos lo, masih mau dispen aja." Ucap Marvin melempar kulit kacang ke arah Altair.

"Mirror bro, lo juga sering bolos." Ucap Altair yang tidak mau kalah juga melempar kulit kacang ke arah Marvin.

"Kan yang ngajak lo, kalau nggak lo ajak gue juga ga bakal bolos."

"Goblok sih lo, mau-mau aja diajak Altair sesat." Ucap Ziko dengan tertawa bersama dengan yang lainnya.

Suasana malam yang sunyi berubah menjadi ramai ketika tawa mereka memenuhi warung Mang Ujang. Kapan lagi coba bisa tertawa dengan sepuasnya kalau tidak bersama mereka? Ini adalah kesempatan anak SMA untuk menghabiskan wkatu terakhir sekolah mereka.

"Ta, tadi tiketnya udah lo beli kan?" Tanya Rava mengalihkan perhatian Altair.

"Udah, itu di tas gue." Ucap Altair menunjuk tas kecil yang berada di depannya.

"Tadi lo beli berapa?"

"Biasanya, gue ambil seratus tiket." Ucap Altair mengeluarkan tiket dari dalam tas kecil miliknya.

"Oke, uangnya nggak kurang kan?"

"Nggak, aman kok." Ucap Altair yang dibalas anggukan oleh Rava.

"Ini kalian ambil aja dulu, biar anak yang lain pada ambil besok." Ucap Rava membagikan tiket tersebut kepada beberapa anak yang berada di tempat itu.

Semua bergegas mengambil tiket milik masing-masing dan membayarkannya kepada Altair yang merupakan bendahara Susmanda.

"Ah anjir, gue lupa!" Teriak Marvin mengalihkan perhatian semua yang berada di warung Mang Ujang.

"Kenapa sih lo?" Tanya Rava menatap Marvin heran.

"Gue lupa besok waktunya Bu Amel dan gue belum ngerjain tugas."

"Lah emang ada tugas?" Tanya Altair menatap Marvin dengan tatapan bingung.

"Ada, banyak banget malah."

"Bukanya cuman buat makalah kelompok aja tugasnya?"

"Nggak, tadi gue di kasih tau Vania ada tugas tambahan mengerjakan soal yang ada buku paket."

"Gampang, kerjakan besok pagi aja bisa." Ucap Altair dengan santai tanpa merasa ada beban di dalam hidupnya.

"Bisa-bisanya Bu Amel mau lo lawan, kena hukum lari lapangan mampus lo." Ucap Ziko dengan tertawa menatap Altair yang terlihat begitu tidak peduli.

ALTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang