Part 17 - Tugas Kelompok

16 1 0
                                    

Happy reading!!!

×××~🌼~×××


Saat ini pembelajaran IPA sedang berlangsung. Bu Tya sebagai guru IPA menugaskan kepada seluruh siswa kelas XII IPA 5 untuk membuat kelompok. Setelah kelompok itu dibuat, semua bergabung dengan kelompok masing-masing. Duduk dengan tenang mendengarkan penjelasan Bu Tya untuk kegiatan di waktu pelajaran selanjutnya.

Sialnya, entah terkena kutukan apa, saat ini Vania satu kelompok dengan Altair. Sudah berkali-kali menghela nafasnya sabar ketika Altair selalu menganggu kegiatannya.

“Lo kalau mau tugasnya berhasil maksimal, jangan ganggu gue dengerin penjelsan bu Tya” Ucap Vania menatap Altair tajam yang tengah duduk di sampingnya itu. Dari tadi lelaki itu tidak bisa diam dan menganggu konsentrasinya.

“Iya Vania” Ucap Altair dangan menapilkan wajah dan senyum tanpa dosanya. Semakin membuat Vania kesal berkali-kali lipat.

Sebenarnya Vania tidak hanya satu kelompok dengan Altair saja. Gadis itu juga satu kelompok dengan Risya dan Deva. Walaupun Vania tidak terlalu mendengarkan secara seksama penjelsan Bu Tya, setidaknya ada dua temannya yang lain bisa menyelamatakan kelompoknya.

“Kalian paham kan bahan dan alatnya apa saja yang harus kalian bawa besok?” Tanya Bu Tya kepada seluruh murid yang berada di kelas.

“Paham bu”

“Karena sebentar lagi bel pulang, kalau gitu kita akhiri pembelajaran hari ini. Terimakasih buat hari dan jangan lupa buat tugas kalian besok” Ucap Bu Tya mengakhiri pembelajaran.

“Saya akhiri wasalammualaikum”

“Wa’alaikumsalam” Ucap secara serempak seluruh murid yang berada di dalam kelas.

Bu Tya berjalan meninggalkan kelas. Menyisakan semuanya ricuh membahas alat dan bahan yang harus dibawa besok. Termasuk juga dengan kelompok Vania. Tidak kalah berisik dengan kelompok lain juga.

“Kalau beli bahan hari ini gue nggak bisa, soalnya hari ini gue harus jemput nyokap. Mungkin kalian ada yang longgar?” Tanya Risya mentap ketiga teman stau kelompoknya.

“Gue nggak bisa hari ini, gue harus jemput adik gue” Ucap Deva dengan tersenyum, sebenranya gadis itu merasa tidak enak.

“Gue bisa” Ucap Altair yang berhasil membuat ketiga gadis itu membulatkan mata menatap Altair dengan heran. Kesambet apa lagi ini cowok?

“Yakin lo bisa? Tumben? Lo nggak lagi supporter?” Tanya Risya memastikan ucapan Altair.

“Iya gue bisa, lagian supportenya masih nanti malam, masih ada waktu buat gue cari”

“Lo nggak lagi kesambet kan?” Tanya Deva yang masih bingung dengan perubahan sikap Altair.

“Gini banget dah, padahal gue mau berbuat baik membantu kalian” Ucap Altair menghela nafasnya panjang.

“Bukan gitu, makasih banget lo udah ada niat buat bantuin kita, tapi jujur aja gue kurang percaya” Ucap Risya dengan tersenyum menyengir kuda.

“Gimana kalo sama lo aja Van? Lo nggak lagi sibuk kan?” Tanya Deva beralih menatap Vania.

“Gue? Nggak sih” Ucap menunjuk dirinya sendiri.

“Yaudah lo beli sama Altair aja ya, gue nggak percaya kalo kita cuman pasrahin semuanya sama Altair” Ucap Risya berpendapat. Membuat Altair tersenyum penuh kemenangan dengan perkataan Risya.

“Iya udah gapapa” Ucap Vania menghela nafasnya. Lagi dan lagi kenapa dirinya harus berurusan dengan Altair?

“Oke, kalau gitu kita iuran” Ucap Risya yang dibalas anggukan oleh ketiganya.

ALTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang