Part 10 - Kehilangan Sepatu

14 3 0
                                    

Jangan lupa vote dan coment!!

*

*

Happy Reading!!


Hari ini merupakan Hari Sabtu yang menyenangkan namun juga melelahkan. Dimana hari ini tidak ada pelajaran alias jamkos tetapi diadakan kerja bakti di SMA Mandala. Setiap siswa wajib membersihkan kelas masing-masing dan taman yang berada di depan kelas mereka.

Setelah mengadakan apel pagi semua bubar barusan dan kembali ke kelas masing-masing untuk melaksanakan tugas berikutnya. Semua memegang alat masing-masing dan mulai memebersihkan kelas. Ada yang menyapu lantai, ada yang mengelap meja maupun papan tulis, ada yang mengelap kaca, bahkan ada juga yang sedang membersihkan taman depan kelas. Termasuk dengan Vania yang saat ini sedang mencabuti rumput liar di taman.

“Anak-anak yang bersih ya, nanti suami kalian brewok kalau nggak bersih” Ucap Pak Barto yang lewat di depan Kelas XII IPA 5 dan sedikit mengajak bergurau muridnya.

“Gapapa pak, malah kelihatan lebih maco” Timpal Deva membuat semua yang berada di tempat itu tertawa.

“Maco seperti saya kan?” Ucap Pak Barto dengan tersenyum bangga.

“Istighfar pak, bapak udah punya istri. Lagian kita-kita nggak doyan om-om pak”

“Bagus itu jangan mau sama om-om, lebih baik cari bujang kaya raya”

“Bener pak saya setuju, apalagi anak tunggal. Tiap hari saya bisa jalan-jalan pak kalau gitu.” Ucap Deva sambil memejamkan mata membayangkan bagaimana senangnya hidup dengan bergelimang harta.

“Heh! Jangan kebanyak halu punya suami orang kaya, kalau kamu sendiri sering nggak ngumpulin tugas.” Ucap Pak Barto membuat Deva terkejut.

Deva menyengir kuda lalu berkata, “Ya habisnya bapak ngasih tugas banyak banget”

“Itu kan demi kebaikan kalian semua, biar kalian semua pintar.”

“Demi kita apanya? Yang ada kita malah tambah pusing pak ngerjain rumus matematika.”

“Bener itu pak, saya setuju sama ucapan Deva.” Ucap Dima yang baru saja datang.

“Darimana aja kamu? Kok baru muncul?” Tanya Pak Barto kepada Dima yang berdiri di sampingnya.

“Biasa pak, osis.”

“Ya udah sana bantuin teman kamu yang lain, jangan osis terus kerjaan kamu.”

“Siap pak.”

“Itu kamu bantuin Altair yang lagi motong pohon itu, kasian dia sendirian.” Ucap Pak Barto menunjuk Altair yang tengah memotong beberapa ranting yang menghalangi jalan.

“Gapapa pak saya sendiri, saya bisa saya kan kuat” Ucap Altair dengan tersenyum sombong.

“Biarin Dima ngebantun kamu, biar ada kerjaan dia. Udah cepet sana bantuin Altair.” Ucap Pak Barto yang di balas anggukan oleh Dima dan berjalan meninggalkan tempat membantu altair.

“Oh iya, ngomong-ngomong tugasnya dikumpulin di meja saya ya setelah keraja bakti.”

“PAK!” Ucap semua siswa kelas XII IPA 5 dengan serempak protes. Tetapi tidak ditanggapi oleh Pak Barto dan meninggalkan tempat tersebut.

Semua siswa kelas XII IPA 5 ingin sekali marah Pak Barto. Bagaimana bisa beliau selalu ingat dengan tugas dalam keadaan apapun itu. Kadang membuat semua murid kesal.

“Van, gue pinjam sabit lo” Ucap Altair kepada Vania yang duduk di dekatnya.
Tanpa berkata, Vania memberikan sabit yang ia pegang kepada Altair. Lelaki itu tersenyum menerima sabit dari Vania. Membuat Vania menatapnya aneh.

ALTAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang