9

2.6K 295 62
                                    

...

From : Ayah
Pulanglah cepat. Yoongi ada di rumah.


Ayah kandungku kembali.

Aku tidak peduli dengan peluh yang membanjiri sekujur tubuhku karena berlari-lari seperti orang gila. Orang-orang yang melihatku pasti mengira aku adalah gajah liar yang lepas kendali di tengah kota. Aku bahkan tidak memedulikan Ibu-Ibu yang tadi mengomeliku karena merebut taksinya. Yang penting aku harus sampai di rumah sesegera mungkin.

"Ambil saja kembaliannya, Paman," ujarku seraya memberikan beberapa lembar uang pada sang sopir.

"Kembalian apanya? Uangmu saja kurang," gerutunya.

Aku mendesah kesal kemudian merogoh sakuku untuk mengambil uang dan menyerahkannya pada sopir cerewet itu.

Aku mempercepat langkahku memasuki rumah. Seorang pria tegap tengah duduk di sofa ruang tamuku. Ia begitu tampan dan muda. Apa iya dia Ayahku?

"Sunghoon sudah pulang?" Ibuku keluar dengan membawa nampan berisi teh hijau.

Pria tampan itu menatapku. "Jadi, dia ini... putriku ?"

Dia Ayahku? Setampan ini?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dia Ayahku? Setampan ini?

Ayahku mengangguk. "Benar. dia Sunghoon..." Ia sepertinya ragu untuk berbicara sesuatu, namun akhirnya dia melanjutkan, "--putri kandungmu."

Pria tampan itu langsung berdiri dan menghampiriku kemudian menarikku ke dalam dekapannya. Hangat, wangi dan nyaman adalah apa yang kurasakan saat ini.

"Ini Ayah, sayang..." ujarnya pelan.

Entah apa yang kupikirkan, tanganku kini melingkar di pinggang 'Ayah' untuk membalas pelukannya. Dia asing, aku tahu. Kami juga baru pertama kali bertemu. Hanya saja, aku malah merasa nyaman.

"Ayah..." aku berucap dengan suara bergetar.

Ayah melepaskan pelukannya kemudian membelai kedua pipiku. "Dia sangat mirip dengan Ibunya."

Aku menatap mata Ayah yang berkaca-kaca. Tatapannya begitu lembut padaku.

Aku baru ingat. Kata Paman Namjoon, kedua orang tuaku masih berusia lima belas tahun ketika aku dikandung. Berarti sekarang usia Ayah baru menginjak angka tiga puluh satu. Pantas saja dia sangat tampan begini.

Aku melirik Ayah dan Ibuku yang kini sudah berlinangan air mata. Aku menangkap raut bahagia dan sedih di wajah mereka.

Aku melepaskan tangan Ayahku pelan-pelan, kemudian berjalan menuju kedua orang tuaku. "Jangan sedih. Aku masih tetap putri kalian," kataku seraya memeluk mereka.

Ayahku kembali duduk di tempatnya. Sepasang matanya masih terus menatapku dengan sendu.

Kami semua terdiam beberapa lama hingga Ayah yang pertama buka suara. "Bawalah anakmu, Yoongi."

I'am Not Perfect (HeeHoon) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang