12

2.5K 281 19
                                    


...

Seorang pria menghampiriku dan ayah tepat setelah kaki kami melangkah keluar dari bangunan bandara. Dia Soobin, keponakan Ayah. Ayah sempat menyinggung soal Soobin di pesawat tadi.

Soobin dan keluarganya sempat tinggal di Seoul saat dia masih kecil, karena itu ia pandai berbicara bahasa Korea meskipun aksennya terdengar kaku. Umurnya lebih tua empat tahun dariku, saat ini dia sedang berkuliah di jurusan Kedokteran.

"Halo, Sunghoon. Aku Soobin." Ia menyodorkan tangannya padaku.

Aku tersenyum kemudian menyambut tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku tersenyum kemudian menyambut tangannya. "Senang bertemu denganmu, Soobin."

"Ayah, apa aku harus memanggilnya oppa?"

Soobin mengebas-ngebaskan tangannya. "Tidak perlu. Panggil Soobin saja."

"Ah, oke."

"Kau bawa mobil, Soobin?" tanya Ayah pada Soobin.

Pria itu mengangguk. "Mari biar kuantar pulang."

Soobin meraih koperku kemudian membawakannya untukku. Dia sangat baik dan ramah. Padahal kami baru saja kenal, tapi kami bercakap-cakap layaknya sudah akrab.

Kami sampai di rumah Ayah tiga puluh menit kemudian. Rumahnya tidak begitu besar, tapi bangunannya sangat bagus. Ayah memakai warna beige yang mendominasi pada dinding dan perabotannya.

"Nah, aku harus ke kampus sekarang," kata Soobin setelah meletakkan koperku. "Kalau kau butuh sesuatu, hubungi saja aku."

"Terima kasih, Soobin."

Soobin tersenyum kemudian pamit padaku dan Ayah. Setelah Ayah pergi, Ayah menunjukkan aku sebuah kamar yang akan kutempati.

Berbeda dari warna beige yang mendominasi rumah, kamar ini diberi cat berwarna biru pastel yang sangat cantik. Segalanya tertata rapi seolah sudah disiapkan sejak lama.

"Ayah yang menghias kamar ini dan memenuhi dengan pernak-pernik anak gadis sejak lima tahun yang lalu saat Ayah membeli rumah ini." Ayah tersenyum kecil seraya menatap seluruh isi ruangan. "Ayah selalu berharap putri kesayangan Ayah akan menempati kamar ini suatu hari nanti. Dan hari ini, mimpi Ayah benar-benar menjadi nyata."

Aku terharu pada Ayah, tak menyangka dia begitu merindukanku hingga melakukan semua ini. Aku mendekat pada Ayah kemudian memeluknya erat.

"Terima kasih, Ayah."

"Semoga kau betah di sini, sayang."

Aku mengangguk dalam pelukan Ayah. "Pasti."

Ayah segera ke kamarnya setelah beberapa saat kami berbincang-bincang ringan. Aku membuka ponselku kemudian mengaktifkan jaringan wifi. Aku belum membeli kartu sim untuk ponselku, karena itu aku hanya bisa mengandalkan wifi.

Beberapa pesan masuk pada aplikasi chatku. Aku sedikit kaget saat mendapati nama Heeseung sebagai salah satu pengirim pesan.




Heeseung
Sedang dimana? Ada waktu?

I'am Not Perfect (HeeHoon) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang