END

3.7K 195 76
                                    

CIYEEEEEEE...
YANG KAGET AMA JUDULNYAAAAAA😆
.
.
.
.
.
.
.
.
.
...

7 Year Leter


"Sayang, sudah waktunya makan"

Tidak ada sahutan dari yang di ingatkan membuat seseorang yang datang membawa baki makanan menatapnya sendu. Dia sedih, sangat sedih melihat putra yang ia sayangi berubah jadi seperti ini.

"Heeseung..."

Pria itu menoleh lalu tersenyum kecil pada ibunya "terima kasih ibu, aku akan memakannya nanti"

Nyonya Lee hanya pasrah, dia tidak pernah bisa memaksa anaknya untuk makan dengan teratur. Heeseung benar-benar sudah berubah, baik fisik maupun mentalnya. Dia bahkan sampai membutuhkan dokter dan psikiater untuk rutin memeriksa kondisi anaknya.

"Ibu..."

"Iya sayang ?"

"Aku ingin keluar sebentar" ujar Heeseung dengan mata sayu dan senyum tipisnya.

"Ibu akan me..."

"Tidak perlu ibu, aku akan pergi sendiri. Tolong jangan mengkhawatirkanku terlalu banyak"

Ya, lagi-lagi nyonya Lee harus rela membiarkan putra satu-satunya itu pergi meninggalkan rumahnya seorang diri.


000

Sungai Hangang

Itu adalah tempat yang Heeseung tuju. Dirinya duduk seorang diri di salah satu kursi yang ada di tepian sungai. Matanya menatap lurus ke aliran sungai yang terlihat sangat tenang.

Tangannya yang sejak tadi menggenggam sesuatu kini akhirnya terbuka...

Sebuah karet gelang warna-warni


"Aku beli karet rambut untukmu,"

"Tidak usah repot-repot. Toh, aku tidak bisa menguncir rambutku tanpa cermin besar. Nanti hasilnya miring."

"Eh, aku kuncir satu saja."

"Biar aku yang kuncirkan."



"Aku merindukanmu"

Sesak, hatinya benar-benar terasa sesak. Mengingat seluruh ingatan manis di masa lalu yang tak mungkin lagi ia dapatkan di masa kini.

Cintanya

Harapannya, bahagianya... Semua sudah hilang tanpa bisa di minta kembali.

Dia tidak mengerti bagaimana harus menjelaskan seperti apa hidupnya kini, rasanya raganya hidup namun jiwanya mati.

Sret

Fokus Heeseung teralih saat tiba-tiba satu cup susu vanilla tersodor di depannya.

"Aku punya dua, tapi aku cuma mau minum satu"

Heeseung memperhatikan gadis di sampingnya dengan seksama. Sepertinya tidak asing, tapi dia lupa pernah melihatnya dimana.

"Patah hati memang sakit jadi ahjussi menangis saja. Tidak usah malu. Appaku pernah bilang kalau kita sedih kita butuh menangis untuk mengikis rasa sakitnya" ujar gadis itu lalu menyedot susu vanillaNya.

Ahjussi ?

Oh, dia ingat sekarang. Satu-satunya gadis yang memanggilnya ahjussi memang hanya dia.

"Kau pernah patah hati ?" tanya Heeseung yang di balas anggukan oleh gadis di sampingnya.

I'am Not Perfect (HeeHoon) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang