...Sudah beberapa minggu semenjak kejadian mabuknya Sunghoon. Sejak saat itu, Heeseung belum pernah bertemu Sunghoon lagi. Atau lebih tepatnya, tidak memiliki waktu untuk sekedar mengajak gadis itu bertemu.
Pernah beberapa kali Heeseung mengajak Sunghoon berkencan namun gadis itu selalu punya cara untuk menolak. Pesan-pesan singkat yang Heeseung kirimkan padanya tak pernah dibalas. Sambungan telepon pun tidak pernah diangkat olehnya. Semua itu membuat Heeseung benar-benar pesimis akan hubungannya dengan Sunghoon. Sepertinya gadis itu sungguh tidak mau menerima Heeseung kembali.
"Berhenti memainkan ponselmu dan cepat habiskan sarapanmu. Kau punya banyak pekerjaan yang menunggu di kantor." Tuan Lee menegur Heeseung yang sejak tadi hanya berkutat di layar ponsel tanpa mengindahkan sarapannya sama sekali.
"Ayah, bisakah kau yang menangani urusan kerja sama itu? Aku benar-benar lelah." Heeseung memelas pada sang Ayah. Barangkali pria paruh baya itu bisa memberikan sedikit keringanan agar setidaknya Heeseung bisa mengurusi kehidupan asmaranya.
"Jangan main-main, Heeseung. Kapan kau akan belajar bertanggung jawab jika yang begini saja sudah menolak."
"Please Yah. Aku juga punya sesuatu lain yang harus kuurusi. Ayah mau aku melajang seumur hidup?"
Nyonya Lee yang sejak tadi hanya menjadi penyimak akhirnya angkat bicara. "Kau masih berhubungan dengan model cantik itu?"
"Model cantik yang mana?" Tuan Lee melepaskan konsentrasinya pada piring, menatap sang putra ingin tahu.
"Karina. Temanku yang punya restoran di tengah kota bilang kalian sering makan malam bersama," jawab Nyonya Lee.
"Aku tidak memiliki hubungan apa-apa dengannya."
"Lalu? Apa maksudmu soal melajang tadi?"
"Ada seorang gadis yang kusuka. Tapi dia memutuskanku beberapa minggu yang lalu. Dan sampai saat ini, ia terus menolak untuk bertemu denganku." Heeseung menatap Ayahnya dengan memohon. "Makanya Yah, biarkan aku selesaikan dulu masalahku dengannya."
"Kenapa tidak bilang jika sudah ada gadis yang kau sukai?" Tuan Lee memijat pelipisnya, tampak berpikir keras akan sesuatu.
"Memangnya kenapa, Yah?"
"Aku menjodohkanmu dengan seseorang."
"Ayah!" Heeseung berdiri dengan menghentak, membuat meja makan bergetar karena ulahnya. "Apa-apaan! Sejak kapan ayah memutuskan sesuatu tanpa seijinku terlebih dahulu?"
"Kau yang salah. Kenapa tidak pernah berhubungan serius dengan seorang gadis, makanya aku menyetujui perjodohan itu."
"Menyetujui? Jadi, pihak wanita yang meminta perjodohan ini?" tanya Nyonya Lee.
"Tidak sepenuhnya. Ini murni keputusanku dengan orang tua gadis itu. Kami sedang dalam masa kerja sama. Kalian tahu kan, aku sedang memperluas jaringan grup kita ke ranah lain."
"Tapi kenapa harus perjodohan, Yah?" Heeseung mengerang frustasi. Bayangan Sunghoon semakin jauh di depan mata.
"Sudahlah. Kalau kau memang tidak mau, kita bisa menjodohkan Taehyun dengannya." Nyonya Lee menenangkan putranya yang kini terlihat akan menghancurkan seluruh isi rumah.
"Perjodohan apa? Kenapa aku dibawa-bawa." Sebuah tas ransel terhempas di salah satu kursi, disusul seorang remaja tampan berseragam SMA dan memiliki postur tubuh tinggi semampai menempati kursi di sebelah Heeseung. "Aku masih SMA jika kalian lupa." ujarnya
"Taehyun tidak bisa, Seungwan. Dia masih kecil," tolak tuan Lee.
"Ya sudah kalau begitu kau saja yang menikah dengan gadis itu." Nyonya Lee menatap sinis suaminya. "Bagaimana bisa kau menjodohkan putra kita tanpa merundingkan denganku terlebih dahulu?" omelnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Not Perfect (HeeHoon) END
Fiksi PenggemarKetika Sunghoon si gadis bertubuh gempal menyukai Heeseung seorang pria tampan dengan segala kesempurnaan-nya