...4 Year Leter...
"Sunghoon, bangun sayang." Suara Ayah berhasil membuatku terbangun dari tidur nyenyakku.
"Jam berapa sih, Yah?"
"Sudah jam tiga. Ayah mau pergi gym. Kau mau ikut, tidak?"
"Jim siapa Yah? Aku mau tidur saja," ujarku seraya kembali berbaring.
"Sekarang sombong ya? Mentang-mentang sudah turun 24 kilo," kata Ayah.
Aku tidak pernah menyangka bisa bertahan di negara ini selama empat tahun sudah. Dan selama itu, aku melakukan beberapa diet. Meskipun dietnya tidak ketat tapi ayah dan Soobin selalu telaten mempersiapkan dan mendorongku untuk tetap optimis dan berusaha . alhasil aku jadi bisa memangkas 24 kilo berat badaku dari 74 kilo, yang mana itu berarti aku sudah memiliki tubuh yang lumayan proporsional.
Namun, aku tidak peduli lagi. Sekarang aku sadar bahwa kebahagiaan bukan diukur dari seberapa cantik atau seberapa langsing diriku. Mungkin aku hanya terlalu lama hidup di Seoul yang mayoritas penduduknya menjunjung tinggi bentuk lekuk tubuh.
Di New York, aku bertemu beberapa teman-teman yang baik, meskipun di Seoul juga aku punya banyak teman yang baik hati. Mereka semua bilang bahwa aku terlihat baik-baik saja dengan bobot 50 kilogram yang kini kusandang. Karena itu, aku mulai tak terlalu memikirkan diet lagi.
"Kalau begitu, Ayah pergi dulu ya. Kau tak mau ikut kan?"
"Iya. Aku di rumah saja, Yah."
Aku mulai berubah pikiran ketika sudah hampir satu jam hanya berbaring tanpa bisa kembali tertidur. Mungkin aku butuh jalan-jalan.
Aku meraih sweater milik Ayah kemudian mengenakannya. Cuaca hari ini memang dingin karena sekarang sedang musimnya turun hujan.
Aku berjalan menuju menyusuri deret pertokoan. Beberapa gadis SMA terlihat lalu lalang secara bergerombol sambil tertawa-tawa. Tak lama kemudian, mataku menangkap seorang gadis berseragam SMA bertubuh tambun yang sedang jalan sendirian. Aku tersenyum melihatnya. Gadis itu benar-benar mencerminkan sosok diriku saat SMA dulu.
Lagi-lagi aku kembali teringat akan masa SMAku. Aku masih berhubungan dengan beberapa teman di Seoul seperti Karina, Yeonjun, Beomgyu dan Leo. Mereka terkadang sesekali menyapaku melalui akun Instagramku.
Aku memang membuat satu untuk menyalurkan hobi fotografiku. Terkadang aku mengunggah hasil tangkapan kameraku di sana.
Soal Heeseung, yang kutahu kini dia telah menggantikan posisi Ayahnya sebagai pimpinan perusahaan. Dia baru saja menyelesaikan kuliah bisnisnya di London.
Satu hal yang tak kutahu darinya adalah, bagaimana perasaannya ketika menerima surat dariku. Kata Beomgyu, dia baru sempat memberikan suratku pada Heeseung beberapa bulan kemudian karena Heeseung ternyata langsung berangkat ke London tak beberapa lama setelah kelulusan. Ia kembali untuk mengurus beberapa berkas beberapa bulan kemudian dan di saat itulah Beomgyu bertemu dengannya.
Kudengar dari Yeonjun, satu minggu setelah aku berangkat, Heeseung mencariku ke seluruh sudut sekolah. Saat itu Yeonjun yang mengatakan padanya bahwa aku sudah pindah ke New York. Yeonjun bilang, seandainya saja dia memegang suratku maka ia yang akan memberikan suratku pada Heeseung. Sayangnya, suratku ada pada Beomgyu yang saat itu masih sibuk mengurusi Ibunya.
Lagi-lagi hal ini kudengar dari Yeonjun, katanya Heeseung sangat geram ketika ia tahu bahwa aku pindah ke New York tanpa memberitahukan padanya. Tapi aku hanya mendengar semuanya dari sudut pandang Yeonjun. Pria yang kata-katanya hanya bisa kupercayai sebanyak tiga puluh persen.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'am Not Perfect (HeeHoon) END
FanfictionKetika Sunghoon si gadis bertubuh gempal menyukai Heeseung seorang pria tampan dengan segala kesempurnaan-nya