8

2.7K 283 53
                                    


.

..

"Sunghoon-a, tolong buka pintu..." teriak Beomgyu dari dalam kamar mandi

Aku memaksakan kedua mataku untuk terbuka. Aku melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Untung saja ini akhir pekan.

"Sunghoon... pintu..."

Ting tong ting tong

Astaga! Siapa juga yang bertamu pagi-pagi begini?

Dengan malas, aku menendang selimut yang kupakai lalu berjalan gontai menuju depan.

"Heeseung?" Aku mengucek-ucek mataku.

"Baru bangun?" tanyanya santai.

"Iya. Kenapa kau kesini?"

Heeseung tidak menjawab, malah memerhatikanku dari ujung kaki sampai ujung kepala.

"Itu baju..." Ia tak melanjutkan kata-katanya.

Aku ikut memandangi diriku. Aku masih mengenakan rok sekolahku, hanya saja atasannya yang kuganti pakai baju milik Beomgyu.

"Baju Beomgyu," kataku kemudian. "Aku tidak bawa baju ganti."

Heeseung hanya mengangguk. "Ayo pulang."

"Eh?"

"Ini sudah jam sembilan. Orang tuamu pasti khawatir."

Dia ini kenapa sih? Jujur saja aku risih karena tingkahnya yang aneh. Kami baru saja kenal beberapa hari, itupun karena Karina. Lalu, dia bertingkah seolah-olah dia adalah kakakku atau apa.

"Bagaimana kau bisa menemukan apartemen Beomgyu?"

"Aku bertanya pada teman-temanku."

"Kenapa kau menjemputku? Aku bisa pulang sendiri."

Heeseung terdiam. Dia menggaruk-garuk kepalanya. Sepertinya dia sendiripun bingung dengan kelakuan anehnya ini.

Tiba-tiba saja Heeseung menarik tanganku dan membawaku keluar dari apartemen Beomgyu.

"Intinya kau harus pulang," ujarnya seraya terus berjalan. "Bersamaku."

Sinting!

"Beomgyu pasti akan mencariku."

"Kau bisa mengirimkan pesan padanya."

Tidak ada lagi yang kukatakan. Terserah saja padanya. Jangan salahkan aku jika perasaanku semakin dalam.

...

Di mobil, tidak ada sepatah katapun yang terucap dari bibir kami. Baik aku maupun Heeseung memilih diam dan hanya memperhatikan jalanan pagi yang tidak begitu ramai.

Sesaat kemudian aku mendengar bunyi kecil dari kunciran rambutku, disusul dengan kunciran rambut belahan kananku tergerai. Ah, karetnya putus sementara cadangan karetku berada di ransel yang sialnya malah tertinggal di apartemen Beomgyu.

"Putus," gumamku kecil namun terdengar oleh Heeseung karena pria itu segera menoleh padaku.

"Tidak bawa karet cadangan?" tanyanya.

"Bawa tapi ada orang seenaknya yang menyeretku pulang hingga aku lupa akan ranselku," ucapku agak ketus.

Heeseung tak menyahut, membuatku merasa semakin kesal. Aku memutuskan untuk melepas kunciran yang sebelah kanan saja, setidaknya dengan begitu aku akan terlihat normal. Tidak mungkin aku membiarkan rambut yang bagian kiri terikat, sementara yang kanan tergerai. Terlihat seperti orang bodoh.

I'am Not Perfect (HeeHoon) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang