15. Percaya?

423 76 21
                                    

-----oOo-----


Hari berlalu begitu cepat. Tapi Lilly masih dibingungkan dengan hubungannya dengan Jeremy. Lelaki itu selalu memberikan perhatian-perhatian kecil yang tak jarang membuat Lilly lagi-lagi berharap lebih.

Sampai Jefan berhasil mempersunting Rossa, hingga Raisa yang sebentar lagi juga mengikuti jejak kakaknya, Lilly masih saja belum mengerti akan perasaannya terhadap Jeremy.

Lilly juga belum bicara pada Jeremy jika Rendra memintanya untuk ke rumah. Ia sangsi saja, takut jika kebaikan Jeremy selama ini hanyalah pure karena ia baik ke semua orang, bukan menyimpan perasaan berlebih.

Tapi sikap lelaki itu tiap hari semakin aneh. Lilly jadi semakin overthinking dengan ketidakjelasan ini. Namun, tetap saja semuanya masih berjalan seperti biasa.

Siang ini Lilly dan Abel sedang mengunjungi Jeremy di rumah sakit. Awalnya Lilly tak ingin mengunjungi tempat itu lagi setelah kejadian lalu. Tapi di sisi lain, Abel terus merengek ingin bertemu dengan Papinya. Maka dari itu, mau tak mau Lilly harus mengiyakan apa mau Abel.

Dan seperti biasa, Lilly dan Abel akan menunggu Jeremy di lobi. Pandangan Lilly mengedar ke sekeliling, banyak sekali dokter, perawat, dan para co-ass yang berlalu lalang. Tapi ada satu dokter yang berhasil mengalihkan perhatiannya. Dokter itu terlihat cantik dengan rambutnya yang diikat sedikit. Bahkan setahu Lilly, dokter itu yang paling cantik di rumah sakit ini.

 Bahkan setahu Lilly, dokter itu yang paling cantik di rumah sakit ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lilly sedikit terkejut saat mata mereka bertemu. Dokter itu tersenyum ramah dan berjalan mendekat ke arahnya. Namun bukan ia lah yang pertama kali disapa, melainkan Abel.

“Hai Abel, lagi nunggu Papi ya?” tanyanya.

Abel hanya terdiam, anak itu memang sedikit pemalu jika bertemu dengan orang asing.

“Kalau boleh tahu, anda siapanya Dokter Jeremy?” tanya dokter bernama Helen itu pada Lilly.

“Oh, saya temannya. Dan kebetulan gurunya Abel juga,” jawab Lilly.

“Oh, berarti selama ini gosipnya salah dong,” seru Helen.

Lilly hanya mengernyitkan keningnya.

“Dokter sama perawat-perawat bilang kalau anda itu calon istrinya dokter Jeremy. Maaf ya, nanti saya bilang sama mereka kalau gosip itu salah,” ujar Helen seraya tersenyum kecil.

Lilly sejujurnya tak mempermasalahkan hal itu. Dirinya dari dulu tak pernah menghiraukan gosip yang beredar tentangnya. Maka dari itu, Lilly hanya tersenyum seadanya sebagai respon.

“Makanya saya kaget, dokter Jeremy yang gak pernah memikirkan perempuan tiba-tiba digosipkan punya calon istri. Sama guru paud lagi, kayak gak mungkin gitu. Tapi ternyata gosipnya gak benar ya,” sahut Helen.

“Emangnya apa yang salah sama guru paud?”

Sepertinya Lilly menarik kata-katanya yang mengatakan jika dokter ini cantik. Entah kenapa dirinya kesal mendengar ucapan dokter itu. Ingin membalas perkataannya, tapi Lilly tak punya waktu untuk mengurusi yang bukan menjadi urusannya. Baginya sangat membuang-buang waktu.

Jeremy and His Enemy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang