10. Perasaan aneh

475 79 6
                                    

-----oOo-----


Sudah dua hari berlalu, tapi Jeremy tak bertemu Lilly sama sekali. Gadis itu juga cuti mengajar. Abel yang sudah terbiasa bersama Lilly pun merasa sedih. Jeremy jadi bingung sendiri.

Seharian ini Abel juga mogok makan, anak itu tidak mau makan dengan baby sitter barunya.

“Abel, makan sama mbak, ya. Abel katanya mau jadi anak yang pintar,” tutur Jeremy.

“Gak mau. Abel cuman mau sama Miss Lilly!!” Anak itu berlari menuju kamarnya dan menutup pintunya dengan keras.

“Abel!!” Jeremy frustrasi. Entah mengapa Abel bisa membangkang seperti ini. Dari dulu anak itu akan selalu menurut dengan Jeremy. Tapi kali ini, anak itu sama sekali tak mau mendengarkan ucapannya.

“Mbak, saya keluar dulu ya, tolong jaga Abel sebentar,” pamit Jeremy pada baby sitter Abel.

“Baik, Pak.”

Jeremy pun keluar menuju mobilnya. Jika sudah seperti ini, orang yang harus ia cari adalah Lilly.

Lelaki itu melajukan mobilnya menuju kediaman Lilly. Dulu dia pernah melewati daerah ini, tapi Jeremy tak pernah sekalipun berkunjung ke rumah Lilly.

Sampai di depan gerbang, Jeremy keluar mobil dan berjalan masuk menuju halaman rumah. Dan ternyata di sana terlihat Lilly yang tengah menyirami tanaman di halaman rumahnya.

“Je...” Lilly berjalan menghampiri Jeremy.

Gadis itu berbisik sambil celingak-celinguk takut Mamanya tahu, “Kok lo bisa ada di sini?”

“Gue mau bicara sama lo,” ujar Jeremy.

“Jangan di sini, kita keluar aja,” ujar Lilly.

Mereka pun keluar dan masuk ke dalam mobil Jeremy.

Okay, cepetan ngomong.”

“Kenapa gak masuk rumah lo aja?” tanya Jeremy.

“Ada Mama dan yang lainnya di dalam, gue takut mereka mikir macam-macam kalau lo ke sini.” Jeremy hanya mengangguk paham.

“Yaudah mau ngomong apaan?”

“Lo dua hari kemana aja kok cuti ngajar? Tadi gue telfon juga ga aktif?” tanya Jeremy.

“Di rumah terus gue. Lo telfon? Ya maaf gue gak tahu, gue lagi gak bawa handphone,” jelasnya.

“Terus kenapa lo bisa cuti ngajar?” tanya Jeremy sekali lagi.

“Gue gak enak badan kemarin, tapi sekarang udah gak papa.”

“Lo sakit?” Jeremy terlihat panik.

“Demam biasa. Sekarang udah gak papa. Lo lihat sendiri kan,” terang Lilly.

Jeremy terdiam sejenak.

“Li.”

“Hmm?”

“Lo bisa gak, bantu gue lagi?” tanya Jeremy.

“Bantu apa?”

“Abel mogok makan. Dia cuman mau makan sama lo doang. Padahal udah gue bujuk sama baby sitter barunya, tapi dia malah marah terus menyendiri di kamar. Gue bingung, makanya gue ke sini. Lo bisa bantu gue lagi kan...”

Jeremy menatap Lilly.

“..bantu gue buat jagain Abel,” sambungnya.

Lilly menoleh pada Jeremy.

“Sehari ini aja sampai dia mau makan. Ya?”

Okay. Kapan? Sekarang?” tanya Lilly.

Akhirnya Jeremy bisa tersenyum lega.

Jeremy and His Enemy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang