25. Honestly hurt

437 64 9
                                    

-----oOo-----

Cuaca sedang bagus akhir-akhir ini. Jadi, kesenangan berjalan-jalan dan menghirup udara segar adalah kebahagiaan kecil untuk Abel. Semenjak ada Lilly, Abel jadi sering berada di luar ketimbang sebelumnya yang hanya menghabiskan waktunya di dalam rumah saja.

Seperti pagi ini. Berbubung hari ini adalah hari libur, maka Abel merengek meminta untuk pergi keluar. Maka dari itu, Jeremy hari ini mengajak Abel dan Lilly untuk piknik sederhana saja di suatu taman yang tak jauh dari rumahnya. Lilly awalnya masih kesal dengan Jeremy, tapi melihat usahanya tempo hari sebagai mermaid dengan Abel, Lilly jadi sedikit terhibur dan berakhir memaafkan lelaki itu.

Bagi pasang mata yang tak mengenali, mungkin mereka akan beranggapan jika Jeremy, Lilly, dan Abel adalah keluarga kecil yang bahagia. Karena mereka bertiga benar-benar terlihat seperti itu. Terlihat dari sorot mata keduanya jika mereka sangat menyayangi Abel dengan tulus.

Sekarang hanya ada Jeremy dan Lilly yang tengah duduk. Sedangkan Abel tengah menjauh dengan mainan gelembung di tangannya. Mereka tak hilang pengawasan begitu saja meskipun Abel sibuk dengan dunianya sendiri.

Jeremy mulai meletakkan kepalanya di atas paha Lilly. Lelaki itu memejamkan matanya karena sinar mentari yang lumayan cerah hari ini.

“Kenapa senyum-senyum?” tanya Lilly saat ia melihat Jeremy senyum-senyum sendiri padahal matanya terpejam.

“Aku sedang membayangkan jika kita adalah keluarga harmonis yang tengah berpiknik bersama me_”

“Haluuu.” Belum sempat Jeremy melanjutkan ucapannya, Lilly menyela. Gadis itu mencubit perut Jeremy sambil terkekeh pelan.

“Gak boleh emangnya?” tanya Jeremy.

“Jangan tinggi-tinggi halunya, entar jatuh, sakit loh,” seru Lilly.

“Aku emang udah jatuh dari lama, Li,” sahut Jeremy.

“Hah?” Lilly mengernyitkan keningnya.

“Jatuh cinta sama kamu,” terangnya yang lagi-lagi membuat Lilly mencubitnya.

“Ngeselin banget sih lo.”

“Ngeselin apa kamunya yang baper?”

“Gue baper? Keenakan lo-nya dong,” sosor Lilly.

“Li, masa manggilnya masih pake lo-gue sih. Ganti dong?” pungkas Jeremy.

“Ganti apa? Maneh-aing gitu?”

Jeremy merengek, “Iih nggak gitu. Maksudnya ganti aku-kamu gitu.”

“Nggak ah, alay.”

“Kita kan pacaran, biar romantis aja gitu,” terang Jeremy.

Lilly mendelik, “Sejak kapan?!”

Jeremy sontak menegakkan tubuhnya dan membuka matanya lebar-lebar, lebih tepatnya melotot.

“Masa bukan pacar?”

Lilly memutar bola matanya, “Emang nyatanya gitu kan?”

“Setelah apa yang udah kita lakukan sampai sejauh ini? Kamu cuman anggap aku gak lebih dari teman? Tega sekali kamu.”

“Ini kalau ditambahin sama backsong 'Kumenangiisss membanyangkan...' pasti cocok nih,” celetuk Lilly.

“Aku lagi serius loh, Li.” Benar sekali, dari raut wajah Jeremy saat ini seperti tidak ingin diajak bercanda.

“Ya terus?”

“Yaudah mulai hari ini ganti status aja,” ujar Jeremy.

“Dih, ganti status jadi pacar gitu? Gaada. Apaan coba.” Lilly memicing.

Jeremy and His Enemy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang