29. Jeje

423 64 18
                                    

-----oOo-----

Jeremy dan Lilly tak pernah menduga jika mereka akan sampai sejauh ini. Yang dulunya hanya sebatas tahu nama karena hubungan organisasi, sekarang mereka tahu perasaan masing-masing. Yang dulunya hanya dua orang yang seringkali dijodoh-jodohkan, dan ternyata jodoh itu menjadi nyata untuk sekarang. Yang dulunya hanya dua orang yang selalu menyimpan kebencian satu sama lain, kini berubah menyimpan cinta satu sama lain.

Beberapa hari lagi, mereka akan melangsungkan pernikahan. Dan itu adalah hal tak terduga selama mereka hidup. Ada satu lagi, Lilly baru tahu jika Jeremy adalah direktur rumah sakit tempat lelaki itu bekerja. Selama ini, Jeremy selalu berlagak menjadi orang biasa. Lelaki itu tak pernah memberitahu posisi sebenarnya pada Lilly.

Jeremy juga tak ingin meninggalkan posisinya sebagai dokter bedah sekalipun ia adalah seorang direktur. Hal tak terduga itu memang ada, dan kita tak akan bisa menduganya. Sama seperti saat ini, Lilly bersama dengan Jeremy dan Abel yang pergi ke supermarket, tak percaya dengan sesuatu yang ia lihat.

Ia melihat motor dengan nomor plat yang ia tahu betul adalah motor yang menabraknya waktu itu. Sebelum masuk, Lilly memberitahu Jeremy dulu. Sehingga, kini mereka sedang berada di luar untuk menunggu siapa pemilik motor itu.

“Je, itu orangnya keluar,” sahut Lilly saat pemilik motor itu keluar dari supermarket. Ternyata benar, postur tubuhnya benar-benar mirip dengan orang yang menabraknya waktu itu. Lilly juga ingat betul, helm yang dikenakan lelaki itu juga mirip dengan pelaku yang menabraknya.

Dengan emosi yang sudah memuncak, Jeremy mendekati orang itu diikuti oleh Lilly yang tengah menggendong Abel. Dengan semena-mena, Jeremy menarik kerah baju orang itu.

“Woy! Ada masalah apa lo sama gue,” dengus orang itu.

“Lo yang udah nabrak cewek gue kan?” tanya Jeremy.

Orang itu melirik Lilly, kemudian mengalihkan pandangan.

“Lo kalau gak ada bukti jangan main nuduh,” seru orang itu.

“Bacot lo.” Jeremy mendorong lelaki itu dengan keras, kemudian menarik kerahnya lagi.

“Lo ngaku, atau gue laporin lo ke polisi,” seru Jeremy. Lilly memeluk Abel dan menjauhkan dari mereka berdua. Tak sejauh itu, hanya beberapa langkah ke belakang. Sungguh, seumur hidup Lilly baru melihat Jeremy yang semarah itu.

“Gue gak nabrak cewek lo, bang. Gue aja gak kenal.” Orang itu terus mengelak.

“Ngelak terus ya, lo.” Tiba-tiba, bogeman keras melayang di rahang orang itu.

“JEREMY, UDAH,” pekik Lilly, tapi lelaki itu tak menghiraukannya. Jeremy kembali menarik kerah orang itu yang kini sudah mengaduh kesakitan.

Pertikaian itu jelas mengundang atensi orang-orang yang lewat. Entah datang dari mana, Seno dan Reyhan datang untuk melerai mereka.

“Woy udah! Ada apa ini?” tanya Seno yang saat ini memegang tubuh orang yang katanya si pelaku penabrakan Lilly.

Jeremy menunjuk-nunjuk orang itu dengan tatapan seperti orang kesurupan, “Orang ini yang udah nabrak Lilly dan kabur gitu aja. Gue gak bisa diem aja, No.”

Jeremy hendak melayangkan tinju lagi, tapi Reyhan menahannya, “Udah woy, gak semua masalah bisa diselesaikan dengan kekerasan.

Reyhan beralih menatap orang itu, “Sekarang gue tanya. Lo yang udah nabrak cewek itu, atau nggak?” Reyhan menunjuk Lilly.

Hening, tak ada jawaban.

“Jawab, bangsat!!” pekik Jeremy.

Reyhan kembali menahan Jeremy, “Okay, gue anggap itu jawaban iya.”

Jeremy and His Enemy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang