13. Pria normal

555 74 6
                                    

-----oOo-----


Lilly berusaha untuk tidak terbawa perasaan mendengar kata Jeremy. Ia tahu, jika setiap omongan Jeremy itu tak ada yang serius. Lilly belajar dari tempo hari yang berakhir lelaki itu hanya bercanda diiringi dengan tawa kerasnya.

“Gombalan lo itu gak mempan ya,” sahut Lilly.

“Gue gak lagi gombal loh, Li. Gue serius,” ujar lelaki itu menatap Lilly serius.

Namun Lilly masih keukeuh, “Gik pirciyi,” katanya sambil terus menyantap makananya. Nadanya terdengar seperti mengejek.

Jeremy hanya terkekeh dan melanjutkan menyantap hidangan restoran malam ini.

“Mau dessert?” tanya Jeremy saat mereka sudah selesai makan.

Lilly menggeleng, “Udah kenyang gue.”

Jeremy hanya mengangguk saja. Lelaki itu berpikir sejenak sebelum mulai berbicara lagi.

“Li.”

“Hm?”

“Gue mau nanya,” ujarnya.

“Nanya aja.”

“Lo selama di amrik juga pacaran kan?” tanyanya.

“Iya, kan gue pernah bilang kalau gue ditipu mantan gue di amrik,” jawabnya.

Jeremy hanya mengangguk.

“Lo selama di sana gak pernah diapa-apain kan? I mean, budaya pacaran di sana sama di indo kan beda,” kata Jeremy.

“Maksud lo?” Lilly menautkan alisnya.

I mean...you're still v, right?” tanya Jeremy.

Jeremy buru-buru minta maaf, “Maaf kalau pertanyaan gue_”

“Jadi maksud lo, gue cewek gak bener gitu?” sungut Lilly.

Jeremy jadi panik sendiri saat melihat perubahan mimik wajah Lilly.

“Gak gitu maksud gue, Li, gue cuman_”

“Perawan gaknya gue bukan jadi urusan lo ya, Je.” Lilly berdiri dan memakai tasnya.

“Gue mau pulang.” Dengan segera ia beranjak meninggalkan Jeremy yang saat ini sedang merutuki dirinya sendiri.

“Jeremy goblok, lo kenapa nanya gitu sih?” monolognya sambil mengusak kasar rambutnya.

Jeremy terburu-buru mengikuti Lilly. Ternyata Lilly sudah memasuki mobil terlebih dahulu.

“Li, dengerin gue dulu_”

“Nyalain mobilnya sekarang!”

“Li, please_

“Sekarang!!” bentak Lilly.

Jeremy pun melajukan mobil sesuai perintah Lilly.

“Gue mau pulang ke rumah,” ujarnya masih dengan nada kesal.

“Gak ke apartemen, Li?” tanya Jeremy.

“Gak.”

“Terus gue pulangnya gimana? Ini kan mobil lo,” ujar Jeremy.

“Bukan urusan gue,” jawabnya ketus.

“Lilly.” Jeremy menghela napas panjang. Lilly hanya bungkam sambil melihat ke arah jendela.

Tak lama kemudian, mereka sampai di pekarangan rumah Lilly. Gadis itu keluar masih dengan kekesalannya.

Jeremy mengejar Lilly sebelum gadis itu masuk ke dalam rumah.

Jeremy and His Enemy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang