33. Hilang tanpa sisa

387 54 3
                                    

-----oOo-----

Lilly saat ini tengah menunggu jemputan Jeremy seperti kata lelaki itu tadi pagi. Sambil menunggu, perempuan itu menemani Abel yang asyik bermain. Perhatiannya teralihkan saat mendengar dering dari ponselnya.

Saat dilihat layar ponselnya, ternyata Jeremy yang memanggilnya. Seketika sudut bibirnya melengkung sempurna.

“Halo?”

“Aku habis dari minimarket, ini mau otw ke sana,” ujar Jeremy di ujung sana.

“Oke, aku tunggu.”

“Kamu masih di sekolahnya Abel kan?”

“Iya.”

“Yaudah kalau gitu, ini udah mau sampai.”

“Iya, kamu hati-hati nyetirnya,” ujarnya sebelum memutuskan panggilan.

“Siapa, Mami?” tanya Abel yang baru saja menghampirinya. Anak itu baru saja bermain ayunan bersama dengan teman barunya.

“Papi. Katanya bentar lagi sampai,” jawab Lilly.

“Berarti kita habis ini ke taman ya, Mi?” tanya Abel sekali lagi.

“Iya, sayang.”

Terlihat senyuman terpampang jelas di wajah anak kecil itu. Bahagia Abel hanya sederhana, bisa keluar bersama dengan keluarga utuhnya saja sudah membuatnya bahagia tak karuan.

Lilly pun ikut tersenyum, seperti ikut bahagia jika Abel bahagia. Namun, senyuman itu hilang begitu saja saat suara dentuman keras terdengar dari arah jalan. Semua yang ada di sana spontan tersentak tak terkecuali Lilly dan Abel.

“Ada kecelakaan beruntun,” ujar seseorang.

Seketika Lilly dibuat tercekat, ia masih trauma jika mendengar ada sebuah kecelakaan mengingat dirinya juga pernah mengalaminya.

Namun, dengan rasa penasarannya, Lilly keluar dari area sekolah Abel menuju asal suara dentuman keras tadi.

Ternyata benar. Di sana, di persimpangan jalan terjadi kecelakaan beruntun yang cukup parah. Matanya menelisik, dengan begitu saja dadanya seperti terhantam oleh sesuatu yang keras.

Deg.

Lilly melihat mobil yang sangat familiar di sana. Seketika kakinya melemas melihat mobil itu hancur.

“Jeremy...”

Lilly bergetar sampai ia tak mampu untuk berdiri. Lututnya seakan tak punya kekuatan lagi, sehingga ia hanya bisa terduduk lemas di jalanan.

“Mbak, mbak kenapa?” tanya seorang wanita yang adalah ibu dari temannya Abel.

“Suami saya,” lirih Lilly sambil menunjuk mobil Jeremy di ujung sana yang sudah remuk tak berbentuk.

“Kita lihat dulu ya, mbak. Siapa tahu mbak salah lihat.” Wanita tadi membantu Lilly untuk berdiri dan mendekati mobil itu.

Banyak sekali korban yang dievakuasi. Ada yang terluka parah, bahkan ada yang meninggal di tempat. Lilly terus berdoa semoga Jeremy tak ada di sana.

Sampai di mobil itu, Lilly menemukan semua barang-barang Jeremy ada di dalamnya. Jas putih dengan tulisan dr. Jeremy Richardo, Sp.B terpampang jas di sana. Jas yang biasa dipakai suaminya untuk bekerja itu tergeletak di kursi dengan banyaknya bercak darah.

Seketika Lilly menutup mulutnya tak percaya. Korban terakhir yang dievakuasi adalah Jeremy. Lilly mengikuti ambulan yang membawa Jeremy menuju rumah sakit.

Jeremy and His Enemy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang