5. Bola nakal

572 90 11
                                    


-----oOo-----

Lelaki dengan jas putih itu beristirahat di ruangannya. Hari ini ia mendapatkan jadwal operasi yang cukup padat. Jeremy sejenak memejamkan matanya sembari memijat pangkal hidungnya. Kepalanya terasa berdenyut. Kemudian matanya beralih pada jam dinding. Beberapa menit lagi akan memasuki jam makan siang.

Tak lama kemudian pintunya diketuk, seorang lelaki dengan jas putih memasuki ruangan.

“Kenapa, dok?” tanya Jeremy.

“Gue denger dari Haris lo lagi clbk ya?”

Jeremy mengerutkan dahinya, “Ini masih jam kerja, gak ada pembahasan pribadi, Dokter Reyhan.”

Reyhan adalah dokter spesialis gigi. Reyhan dan Jeremy sudah berteman sejak SMA hingga bekerja di rumah sakit yang sama. Jika di luar jam kerja atau saat mereka sedang berdua saja, mereka akan bicara secara informal.

“Udah break sekarang.” Reyhan melihat jam di tangannya. Dan memang benar, sekarang sudah memasuki jam makan siang.

Jeremy menatap malas Reyhan, “Lo percaya gitu aja sama mulut Haris?”

“Haris bilang katanya kemarin dia ketemu Abel lagi sama Lilly. Lo beneran balik sama dia?” Reyhan mulai duduk di depan Jeremy.

“Balik kata lo? Udah kayak gue pernah pacaran aja sama dia.” Jeremy menyeringai.

“Gue gak ada apa-apa sama Lilly. Dia itu guru paudnya Abel. Karena baby sitter-nya Abel lagi cuti, dan nyokap gue gak bisa gue repotin terus, jadi dia bantuin gue jagain Abel sementara sampai baby sitter-nya balik,” jelas Jeremy.

“Beneran nih? Cuman sekadar jadi baby sitter-nya Abel? Gak ada yang lain-lain?” goda Reyhan.

“Yang lain-lain apa?” Jeremy memicingkan matanya.

“Ya mungkin ada benih-benih cinta yang tumbuh,” ujar Reyhan sebelum lelaki itu tertawa keras.

“Gak ada cinta-cintaan, lagian lu ga insecure lihat dia dari ujung rambut sampai ujung kaki branded semua gitu, ” sergah Jeremy.

“Kenapa insecure? Gas aja kali, Jer. Gue kalau jadi lo mah gue pepet aja,” seru Reyhan.

“Ya pepet aja sono,” sahut Jeremy.

Reyhan memicing, “Terus Shasa mau gue taruh mana, hah?”

Sekilas info, Shasa adalah tunangan Reyhan.

“Ya tinggalin lah. Kejar tuh Lilly,” ujar Jeremy.

Reyhan melotot, “Ngawur! Bisa dibogem gue sama bapaknya.”

Jeremy hanya terkekeh saja.

“Lagian ya, Jer. Hati abang Reyhan ini udah mentok sama neng Shasa,” ujarnya sambil memegang dadanya dengan sangat mendramatisir.

Jeremy hanya berdecih, “Buciiiinn.”

“Nikah aja kali sama si Lilly, pasti anak lo juga senang,” celetuk Reyhan.

“Gue? Nikah sama si muka lempeng itu? No, no, no,” ujarnya sambil bergeleng kepala.

Reyhan terkekeh, “Gue sumpahin lo bucin sama si muka lempeng itu.”

“Bodoamat gue,” seru Jeremy.

Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar. Salah satu koas datang dan berkata, “Dokter Jeremy, ada anak sama calon istri dokter sedang menunggu di lobi.”

“Hah? Calon istri? Siapa yang bilang begitu?” tanya Jeremy membelalak.

“Kata para perawat begitu, dok,” jawabnya.

Jeremy and His Enemy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang