34. Happiness

441 58 10
                                    

-----oOo-----


“Lo harus sadar.”

Lilly hanya mampu terdiam sambil menunduk.

“Sadar, Lilly.”

Yumi tiba-tiba datang dan berkata, “Iya, Lilly. Kamu harus sadar.”

“Bunda?”

“Kamu harus cepat sadar,” kata wanita paruh baya itu sekali lagi.

“Maksud Bunda apa?”

“Sadar, Lilly.” Jeremy kembali bersuara.

Tiba-tiba Lilly merasakan kepalanya begitu sakit. Sesakit itu hingga matanya hanya mampu terpejam. Di seperkian detik, Lilly dibuat bingung lagi. Matanya mengerjap untuk menyesuaikan pandangannya. Ia merasa seperti tiba-tiba saja berpindah ke dimensi lain.

Yang ia lihat untuk pertama kalinya saat membuka mata adalah bukan lagi Jeremy yang terbaring di ranjang rumah sakit, melainkan Jeremy yang menangis sambil terus menggenggam tangannya.

Lilly baru sadar, dia lah yang saat ini tengah terbaring di rumah sakit kala netranya menemukan sebuah infus menusuk punggung tangannya.

“Lilly, kamu udah sadar?” Itu adalah kalimat pertama yang ia dengar dari mulut Jeremy.

“Kamu gak papa? Pusing ya?” tanya Jeremy sekali lagi.

“Kamu gak papa?” tanya Lilly dengan segera menegakkan tubuhnya. Perempuan itu mengusap wajah Jeremy.

“Aku gak papa. Harusnya aku yang nanya ke kamu. Are you okay?” Jeremy masih terlihat panik

I'm okay. Aku kenapa emangnya?” Lilly masih bingung dengan situasi yang ada.

“Hampir 30 menit kamu pingsan, sayang. Aku udah khawatir banget sama kamu,” jawab Jeremy.

“Aku pingsan? 30 menit?” Lilly mengerjap.

“Iya, kamu syok makanya kamu bisa pingsan,” terang Jeremy.

“Jadi semuanya cuman mimpi?”

“Mimpi? Kamu mimpi apa?” tanya Jeremy bingung dengan istrinya saat ini.

“Di mimpi aku, kamu kecelakaan dan hilang ingatan, kamu juga gak ingat aku. Bahkan aku gak tau sekarang ini mimpi atau sungguhan,” jelas Lilly.

“Kamu sekarang gak lagi mimpi, sayang. Tapi emang benar, tadi kamu syok waktu lihat kecelakaan. Kamu kira aku yang kecelakaan?”

Lilly mengangguk, “Iya. Tapi kamu sekarang terlihat baik-baik aja. Aku bingung.”

“Yang kamu lihat itu bukan aku, Li. Aku dipalak sama orang, mobil dan semua barang-barang aku diambil sama dia. Dan orang yang ambil mobil aku itu yang ngalami kecelakaan. Aku bersyukur sama Tuhan udah dijauhkan dari musibah itu,” jelas Jeremy.

Seketika Lilly menangis dan menutup mulutnya. Jeremy bingung, kenapa Lilly tiba-tiba menangis.

“Kamu kenapa nangis?” tanya Jeremy panik.

Di tengah isakannya, Lilly berkata, “Aku takut kamu lupa sama aku. Aku takut kamu ninggalin aku. Aku takut kamu lupa sama semua kenangan yang udah kita lalui. Aku takut semua itu terjadi.” Setelahnya, Jeremy mendekap Lilly erat.

“Nggak, aku gak akan lupain kamu. Aku di sini. Akan terus di sini, di samping kamu selamanya,” ujarnya sambil terus mendekap Lilly erat.

“Aku takut kamu gak akan bilang I Love You lagi, Je...” ujar Lilly di sela-sela isakannya yang semakin menjadi-jadi.

Jeremy and His Enemy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang