2 | Apa Yang Manda Tahu

1K 87 0
                                    

Manda kini berbaring di atas tempat tidur kamar tamu rumah Arini yang biasa ia tempati bersama Tika, Lili, dan Yvanna--sebelum menikah dengan Ben. Lili masih menangis hebat dan belum bisa berhenti meski keadaan Manda kini mulai membaik. Yvanna teringat dengan firasatnya ketika melihat Lili dan Aris. Hal itu membuatnya sangat menyesal karena tidak segera mencoba memikirkan lebih jauh mengenai firasat itu. Pram menepuk pundak Yvanna, sehingga membuat Yvanna menoleh ke arah Kakeknya tersebut.


"Ada apa, Yvanna? Kenapa kamu menatap Lili dan Aris begitu lama seperti itu?" tanya Pram.

Aris menoleh ke arah Yvanna dan kemudian teringat soal firasat mengenai tangisan Lili yang sempat disampaikan oleh wanita itu kepadanya.

"Apakah firasatmu tentang Lili dan aku ternyata tidak merujuk pada hal yang kamu pikirkan?" tanya Aris.

Yvanna mengangguk dengan cepat, lalu menatap ke arah Manda yang saat ini masih dipeluk oleh Narendra dan Larasati.

"Firasatku tentang tangisan Lili yang begitu menyakitkan di hadapanmu justru merujuk pada Manda. Seharusnya aku sudah menduga hal itu, tapi aku justru teralihkan dan malah memikirkan mengenai perjodohanmu dan Lili yang memiliki kemungkinan adanya penolakan darimu. Andai saja aku tidak berpikir sepicik itu tentang kamu, maka mungkin Manda tidak perlu melewati kejadian menyakitkan yang Pak Bian kirim untuknya," jawab Yvanna.

Reza pun segera memeluk Yvanna dari belakang seraya mengecup puncak kepala Kakaknya tersebut.

"Kak Yvanna harusnya bersyukur, karena Kakak masih diperlihatkan sebuah firasat meskipun pada akhirnya Kakak tidak bisa menebak ke arah mana firasat itu tertuju. Aku sama sekali tidak mendapat firasat apa pun sejak kemarin, padahal aku sudah mendengar soal kesehatan Kak Manda yang mendadak memburuk ketika Ibu mertuaku menelepon pada Ibu," ujar Reza, berusaha membuat Yvanna tidak menyesali apa pun.

"Itu karena kamu sedang sibuk memfokuskan diri menjaga menara dan juga Istri serta calon anakmu, Dek. Sementara aku ...."

"Kamu sibuk menjaga keluarga ini, sekaligus menjalankan pekerjaanmu bersama Tika, Manda, dan Lili," potong Bagus dengan cepat.

Yvanna kini menatap ke arah Bagus.

"Jangan terlalu sering menyalahkan diri sendiri, Nak. Kamu itu hanya satu orang. Tubuhmu tidak bisa dibagi-bagi. Pikiranmu juga hanya bisa dibagi untuk beberapa urusan saja dalam satu waktu yang sama. Kamu sedang fokus menjaga keluarga ini agar tidak ada hal jahat yang bisa masuk ke dalam keluarga kita, setelah kamu berfirasat buruk mengenai Bu Tantri yang ingin sekali tahu mengenai nama lengkapmu sebelum menikah dengan Ben. Selain itu kamu juga mengurus pekerjaan bersama Tika, Manda, Lili ... dan bahkan siapa sangka kalau pekerjaan itu ada kaitannya dengan Bu Tantri yang begitu kamu waspadai. Kamu juga yang menangkap tuyul peliharaannya Bu Tantri ketika tuyul itu mendatangi rumah keluarga kita. Bahkan kamu tidak punya waktu untuk memikirkan tentang dirimu sendiri, Yvanna. Jadi jika pada satu kesempatan kamu mendadak tidak bisa fokus pada firasat yang kamu dapatkan, maka itu adalah hal yang wajar. Kamu tidak perlu menyalahkan diri sendiri. Kami semua bahkan tidak kepikiran ingin menyalahkan kamu. Kamu sudah melakukan segalanya, dan sekarang yang lebih kita butuhkan adalah sebuah cara untuk mencegah agar orang bernama Pak Bian itu tidak lagi mencoba menyerang Manda," tutur Bagus, agar Yvanna segera berhenti menyalahkan dirinya sendiri.

Arini pun mendekat pada Yvanna, dan Reza melepaskan pelukannya agar Yvanna bisa dirangkul oleh Arini.

"Dengar itu baik-baik, Sayang. Kamu tidak perlu menyalahkan diri sendiri hanya karena tidak bisa menebak ke arah mana firasatmu menuntun. Sekarang sebaiknya pikirkan cara untuk membuat Manda tetap aman," saran Arini.

"Iya, Bu. Aku akan segera memikirkannya," tanggap Yvanna.

Roni sudah pulang. Pria itu berjanji akan kembali datang bersama istrinya untuk menjenguk keadaan Manda esok hari. Roni juga bahkan berjanji akan membantu menemukan Biantoro, karena Biantoro adalah akar dari permasalahan yang saat itu terjadi pada Manda. Malam itu seharusnya menjadi malam yang menyenangkan karena dua keluarga akan membicarakan pernikahan antara Lili dan Aris. Namun semua itu batal terjadi, karena perhatian semua orang kini tertuju hanya pada Manda.

"Boleh aku tanya sesuatu, Manda?" Silvia menggenggam tangan Manda dengan lembut ketika duduk di tepi tempat tidur.

"Iya, Kak. Tentu saja boleh," balas Manda, pelan.

Jojo berdiri di ambang pintu kamar tamu sejak tadi. Pria itu terus saja diam dan tidak terlihat cerah seperti biasanya. Kedua matanya masih saja basah, meskipun keadaan Manda sudah mulai membaik saat ini.

"Apakah Pak Bian itu adalah orang yang selalu kamu waspadai selama ini? Maksudku ... aku selalu mendengar kamu memberi Tika peringatan untuk selalu berhati-hati jika berada di kantor. Kamu selalu bilang pada Tika, 'jauhi hal-hal yang akan membuat nama baik Kakak tercemar, terutama pria itu'. Jadi, apakah pria yang kamu maksud selama ini adalah Pak Bian?" tanya Silvia.

Mendengar pertanyaan yang Silvia ajukan saat itu jelas membuat semua orang kini menatap ke arah Manda. Mereka tampak membutuhkan jawaban, karena Tika sendiri saat ini masih saja bungkam setelah berbicara melalui telepon dengan Biantoro, tadi.

"Iya, Kak Silvia. Itu benar. Pria yang aku maksud selama ini adalah Pak Bian. Awalnya aku biasa saja saat dia dan Kak Tika mulai dekat, ketika dia menjadi pimpinan kami. Pada saat itu dia masih sendiri dan wajar jika memang ingin mendekati seseorang untuk dijadikan pendamping hidup. Hanya saja, beberapa bulan setelahnya akhirnya kami tahu bahwa Pak Bian diam-diam telah menikah. Sejak saat itu aku selalu memperingatkan Kak Tika untuk menjauh darinya, karena Pak Bian terus saja masih ingin berdekatan dengan Kak Tika bahkan setelah kami mengetahui tentang pernikahannya. Lagi pula, aku memperingatkan begitu pada Kak Tika karena memang Kak Tika juga tidak punya perasaan apa pun pada Pak Bian selama ini. Dia hanya menganggap Pak Bian sebagai rekan kerja serta atasan. Tapi sayangnya, tidak begitu bagi Pak Bian menurut yang aku lihat. Pak Bian tampaknya tidak menganggap Kak Tika sebagai rekan kerja dan bawahan seperti yang seharusnya. Dia selalu saja mencari-cari kesempatan agar bisa bekerja berdua bersama Kak Tika. Dan aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Wajar kalau akhirnya mungkin dia merasa kesal padaku dan sekarang berniat menyerangku untuk bisa meluluhkan Kak Tika," tutur Manda, terdengar begitu santai.

"Untuk meluluhkan Kak Tika? Maksudnya meluluhkan apa, Kak Manda? Bukankah Pak Bian itu sudah menikah? Dia Suaminya Kak Fani Kusmawardi, 'kan?" tanya Reza, benar-benar bingung dengan apa yang baru saja dijabarkan oleh Manda.

"Waktu itu memang begitu, Dek. Tapi saat ini statusnya dia sudah menjadi duda. Dia baru saja menceraikan Kak Fani seminggu yang lalu," jawab Manda.

Tika menoleh ke arah Manda dengan ekspresi yang tampak terkejut.

"Tahu dari mana kamu soal perceraiannya Pak Bian? Kemarin kamu masih membahas soal Istri dan keluarga besar Istrinya ketika marah padanya di telepon," Tika menuntut jawaban.

* * *

TUMBAL UMURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang