27 | Membawa Syarat Terakhir

854 84 0
                                    

"Kalau Bapak mau dapat ayam jantan yang jarinya lima, jangan datang ke peternakan. Kalau peternakan mah memang tidak pernah memelihara ayam model begitu. Itu teh ayam-ayam khusus, Pak. Yang pelihara juga biasanya orang-orang khusus, enggak sembarangan."


Biantoro akhirnya memikirkan apa yang peternak ayam itu katakan. Ia benar-benar sudah hampir putus asa karena tak kunjung menemukan ayam jantan berjari lima seperti yang Ki Mitra inginkan. Namun bayangan wajah Tika yang selalu ada di dalam pikirannya membuat ia menolak untuk menyerah. Ia merasa telah mengorbankan banyak hal sehingga sampai pada titik yang saat ini tengah ditempuhnya. Maka dari itulah ia benar-benar tidak ingin terhentikan hanya karena seekor ayam jantan berjari lima yang tak kunjung ditemukan.

"Jadi kalau memang para peternak ayam tidak memelihara ayam seperti yang saya cari kriterianya, lalu di mana kira-kira saya bisa menemukan orang yang memelihara ayam khusus itu, Mang?" tanya Biantoro.

Pemilik peternakan itu pun menoleh dan menatap ke arah Biantoro.

"Sok coba Bapak pergi ke Cijambe. Kalau saya tidak salah mah, di sana teh ada beberapa orang yang memelihara ayam-ayam khusus seperti yang Bapak cari. Mereka teh tidak membuka peternakan ayam seperti saya, mereka hanya warga biasa. Jadi datang saja ke rumah-rumah warga sekitar di Cijambe sambil tanya-tanya soal yang memelihara ayam khusus."

Usai mendapat jawaban, Biantoro pun segera mengemudikan mobilnya menuju ke tempat yang tadi disebutkan oleh pemilik peternakan ayam. Ia mengemudi dengan kecepatan sedang, karena ia merasa tidak perlu terburu-buru dan Ki Mitra pasti bisa mengerti dengan kondisinya yang sulit menemukan syarat ritual terakhir itu. Kedua tangannya memegang kemudi, namun pada salah satu genggamannya ia tengah mengusap-usap jimat yang diberikan oleh Ki Mitra sebagai pegangan untuknya. Jimat itu selalu memberikan penjagaan untuk Biantoro di mana pun dirinya berada. Selain penjagaan, jimat itu juga memberikan karisma terhadap Biantoro agar selalu disegani oleh siapa pun orang yang menghadapinya.

Hal itulah selama ini yang membuat Biantoro begitu sulit untuk ditentang ketika menyampaikan sesuatu yang menjadi keinginannya. Jika ada orang yang ingin mengajukan protes terhadapnya, seakan orang itu langsung dipengaruhi oleh sesuatu dan memilih mundur serta mengikuti keinginan Biantoro. Jimat itu hanya tidak pernah bisa bekerja jika berhadapan dengan Tika dan Manda. Itulah yang membuat Biantoro merasa bingung dan terjebak dengan rasa penasaran. Ia ingin sekali menaklukkan Tika, namun nyatanya keinginannya tersebut sulit sekali untuk tercapai. Entah karena Tika yang memang sulit untuk dipengaruhi, bahkan oleh jimat sekalipun, atau entah karena Manda yang selalu ada di sisi Tika dan memberinya pengaruh yang sangat besar.

Biantoro jelas selalu mewaspadai Manda ketika masih menjadi pimpinan di kantor. Tatapan Manda yang begitu tajam dan tak pernah berbasa-basi dengan orang-orang di sekitarnya, membuat Biantoro sangat jengah setiap harinya. Manda tak pernah segan melayangkan tatapannya yang tajam jika dirinya sedang merasa kesal, merasa tak suka, ataupun merasa terganggu dengan sesuatu di sekitarnya. Selain itu, tajamnya lidah Manda selalu saja menusuk dengan tepat jika Biantoro mengusulkan sesuatu kepada Tika, sehingga Tika selalu setuju kepada Manda dan menolak usulan Biantoro yang tak sesuai dengan cara kerja mereka berdua.

"Aku ingin menaklukkan mereka berdua. Mereka harus takluk kepadaku sebagai Istri dan juga Adik ipar. Aku akan membuat mereka tidak lagi berani melawan apa pun yang aku katakan. Aku benar-benar akan merealisasikannya ketika berhasil menikahi Tika," niat Biantoro, ketika dirinya tiba di tempat tujuan.

* * *

Yvanna menempatkan Roni, Tika, dan Manda di balik pepohonan dekat rumah Ki Mitra. Zian dan Ben akan mengawasi jalanan di depan bersama Lili, sementara Aris dan Jojo diminta naik ke atas pohon untuk mengawasi apa pun yang mungkin saja akan datang melalui bagian tidak terduga.

"Kenapa yang naik ke atas sini harus aku dan Jojo? Kenapa bukan Kak Ben dan Kak Zian? Mereka juga laki-laki dan mereka juga pasti bisa memanjat pohon serta menjalankan tugas mengawasi seperti yang kamu inginkan," tanya Aris kepada Yvanna dengan nada sebal yang tak bisa ia sembunyikan.

Yvanna mendongakkan kepalanya dan menatap Aris yang sudah berada di atas salah satu cabang pohon.

"Sejak remaja sampai saat ini, kamu 'kan selalu memenangkan lomba panjat pinang. Jadi atas dasar itulah aku mempercayakan sebuah kehormatan kepadamu, untuk menghargai betapa jagonya kamu dalam hal panjat-memanjat," jawab Yvanna, dengan lemah lembut.

Tika dan Manda jelas langsung terkikik geli di tempatnya masing-masing, sementara Roni hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya usai melihat bagaimana interaksi antara Yvanna, Aris, dan Jojo. Aris jelas menggerutu di tempatnya usai mendengar jawaban dari Yvanna. Jojo hanya bisa menyabarkannya dari cabang pohon yang lain, agar Aris tidak perlu melakukan protes lanjutan terhadap Yvanna yang akan semakin mempersulit tugas mereka.

"Letnan Tika, boleh aku tahu kenapa interaksi Yvanna kepada Aris dan Jojo begitu berbeda dari interaksinya terhadap Nania, Zian, dan Damar? Bukankah mereka sama-sama anggota Keluarga Adriatma?" tanya Roni.

"Itu karena Yvanna memang bersahabat dengan Aris dan Jojo sejak masih SMP. Dia bahkan juga bersahabat dengan Silvia, yang sekarang menjadi Istri dari Kakak tertua kami. Mereka memang sedekat itu. Jadi wajar jika Yvanna sudah menganggap Silvia seperti Kakaknya sendiri dan menganggap Aris maupun Jojo seperti Adiknya sendiri serta memperlakukan mereka sebagaimana dia memperlakukan aku, Manda, Lili, dan Reza," jawab Tika, yang berdiri tidak jauh dari posisi Roni bersembunyi saat itu.

Roni pun akhirnya paham, Yvanna bersikap santai dan tidak canggung terhadap Aris, Jojo, maupun Silvia--yang ada rumah Keluarga Harmoko--karena memang sudah lama saling mengenal dan berhubungan dekat. Wajar jika Yvanna tidak terlihat canggung. Namun dengan Nania, Zian, dan Damar, Yvanna tampak benar-benar sopan serta menjaga adab. Hal itu jelas memperlihatkan bahwa Yvanna benar-benar tahu menempatkan diri, persis seperti yang sering Talia ceritakan padanya.

Yvanna kini tampak sedang menutup kedua matanya. Kedua tangannya terlipat di depan dada dan mimik wajahnya terlihat begitu tenang. Ben datang mendekat seraya berlari ke arah Yvanna. Pria itu tampak memberitahu sesuatu kepada istrinya, dan hal itu jelas langsung direspon oleh Yvanna yang kini sudah menggenggam tangan Ben dengan erat.

"Bersiap-siap semuanya! Mobil milik Biantoro sedang menuju ke arah sini!" seru Yvanna, memberi peringatan pada yang lainnya.

Yvanna pun kini menarik Ben agar ikut dengannya bersembunyi di balik satu pohon lain yang berbeda dari tempat persembunyian Roni, Manda, dan Tika. Mobil milik Biantoro benar-benar muncul tak lama kemudian, dan pria itu keluar dari sana sambil membawa syarat terakhir untuk melaksanakan ritual tumbal umur.

"Apa itu yang dibawa olehnya?" tanya Ben, berbisik.

"Ayam jantan berjari lima," jawab Yvanna, ikut berbisik.

* * *

TUMBAL UMURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang