18 | Nama Yang Akhirnya Disebut

798 81 0
                                    

Biantoro benar-benar merasa lelah malam itu, setelah seharian penuh ia mencari kesana-kemari ayam jantan berjari lima yang akan menjadi syarat terakhir untuk ritual tumbal umur. Sudah puluhan peternakan ayam yang ia datangi, namun tidak ada satu pun dari peternakan itu yang memiliki ayam jantan berjari lima. Ia benar-benar merasa kesulitan, padahal syarat yang harus ia penuhi hanya tinggal satu.


Ponsel milik Biantoro terus saja berdering. Telepon dari mantan istrinya masih juga terus masuk sejak mereka tidak pernah saling bertemu lagi. Biantoro ingin sekali menghindari wanita itu dan tidak ingin bertemu selama-lamanya. Tapi gara-gara pelet yang masih menempel pada Fani, akhirnya ia masih saja terus dikejar-kejar oleh wanita itu sekarang. Sebuah pesan akhirnya masuk ketika telepon dari Fani tak juga diangkat oleh Biantoro. Biantoro membaca pesan itu dengan perasaan yang penuh kebosanan.

FANI
Kamu di mana? Angkat dulu teleponku. Aku ingin bicara denganmu baik-baik. Seharusnya kita selesaikan dulu jika memang ada masalah. Kita bisa bicarakan semuanya. Tapi kamu malah langsung menceraikan aku begitu saja dan sekarang malah tidak mau bertemu denganku. Aku mohon, angkat teleponku dan biarkan aku bicara denganmu.

Tak lama berselang, ponsel Biantoro kembali berdering. Tepat saat dirinya baru saja hendak menyimpan benda pipih itu di atas nakas. Karena benar-benar sudah merasa kesal terhadap Fani, ia pun langsung mengangkat telepon itu dan memberikan satu bentakan paling keras.

"KAMU MAU APA LAGI, PEREMPUAN SIALAN???"

Bentakan yang disertai umpatan dari Biantoro membuat Fani langsung menangis. Suaranya begitu bergetar ketika mencoba bicara pada Biantoro.

"Sayang ... aku mohon dengarkan dulu. Kita bisa bicara baik-baik dan ...."

"TIDAK ADA LAGI YANG PERLU DIBICARAKAN!!! KAMU SEBAIKNYA BERHENTI MENGHUBUNGI AKU DAN JUGA BERHENTI MEMANGGILKU DENGAN PANGGILAN SAYANG!!! AKU BUKAN SUAMI KAMU LAGI!!! AKU MUAK HIDUP DENGANMU DAN MUAK KARENA DIJADIKAN KACUNG OLEH SELURUH ANGGOTA KELUARGAMU YANG SOMBONG ITU!!!" ungkap Biantoro, yang sudah tak ingin lagi ada urusan dengan Fani.

"Kalau mengenai masalah sikap keluargaku, aku akan bicarakan dengan mereka. Aku akan meminta mereka secara terbuka untuk tidak menghinamu serta memperlakukanmu dengan buruk. Tapi masalahnya, kamu saat ini meninggalkan aku karena ada perempuan lain yang lebih menarik daripada aku. Aku benar-benar tidak bisa menerima itu," Fani juga balas mengungkapkan ganjalan di hatinya.

"MENURUTMU KENAPA AKU SAMPAI TERTARIK KEPADA WANITA LAIN??? KELUARGAMU MEMPERLAKUKAN AKU SEPERTI SAMPAH!!! KAMU JUGA MEMBUATKU TIDAK MERASA NYAMAN DAN BAHKAN KAMU TIDAK PERNAH BERUSAHA MEMBELA AKU KETIKA BERADA DI DEPAN KELUARGAMU!!! WAJAR KALAU AKHIRNYA AKU TERTARIK PADA WANITA LAIN YANG BISA MENGHORMATI AKU DAN JUGA BISA MEMBERIKAN KENYAMANAN UNTUKKU!!! DIA TIDAK SEPERTI KAMU YANG BERASAL DARI KELUARGA SOMBONG DAN TIDAK BERADAB!!! KAMU DAN KELUARGAMU ITU HANYA SAMPAH DIMATAKU SAAT INI!!! KELAKUAN KALIAN SENDIRI YANG MEMBUAT AKU TIDAK TAHAN DAN TIDAK BISA MEMPERTAHANKAN RUMAH TANGGA YANG KITA BANGUN!!!"

"Siapa??? Siapa wanita yang bisa menghormati kamu dan memberikan kamu kenyamanan, itu??? Katakan padaku!!! Aku ingin berhadapan langsung dengannya dan mencari tahu bagaimana pendapatnya mengenai kamu!!!" tantang Fani yang mendadak merasa muak karena dibanding-bandingkan dengan wanita lain oleh Biantoro.

Biantoro diam sebentar sambil mengatur nafasnya yang naik-turun sejak tadi akibat emosi yang tidak terkontrol. Ia sedang mempertimbangkan untuk memberi tahu Fani atau tidak mengenai Tika. Ia takut kalau Tika akan mengelak dan tidak mengakui bahwa Biantoro sedang mendekatinya saat ini. Namun di sisi lain ia yakin kalau Tika cukup merasa terintimidasi setelah Manda diberi serangan oleh Ki Mitra kemarin malam, dan akan mulai tunduk kepadanya serta tidak akan mengelak ketika Fani menanyai dirinya tentang hubungan dengan Biantoro.

"Katakan!!! Jangan diam saja!!! Kamu jangan pernah mencoba untuk menyembunyikan tentang ...."

"Tika!" potong Biantoro.

Fani berusaha mendengarkan dengan baik ketika Biantoro akhirnya menyebut nama seseorang.

"Prastika Harmoko, Putri kedua Keluarga Harmoko. Dia adalah wanita yang membuatku nyaman dan bisa menghormati aku dengan sangat baik. Sangat jauh antara kamu dan dia jika harus dibandingkan. Aku harap kamu paham sekarang dan berhenti berharap aku akan kembali padamu!" tegas Biantoro, yang kemudian mematikan sambungan teleponnya.

Biantoro kini benar-benar menyimpan ponselnya ke atas nakas, lalu berbaring di tempat tidur untuk melepas lelah. Pikirannya tertuju pada Tika yang begitu diimpikannya. Ia tidak bisa menunggu terlalu lama, karena keinginannya yang begitu besar untuk memiliki Tika sudah terlalu lama terpendam.

"Aku akan datang ke hadapanmu Tika. Dan pada saat itu terjadi, kamu akan langsung menjadi milikku tanpa bisa dihalang-halangi oleh siapa pun," batin Biantoro.

Di rumah Keluarga Kusmawardi, Fani kini tengah menyampaikan apa yang dikatakan oleh Biantoro mengenai wanita yang telah berhasil merebut perhatiannya dan juga membuatnya merasa nyaman. Mardani--Kepala Keluarga di rumah itu--terlihat sangat heran ketika mendengar apa yang Fani katakan.

"Tika? Prastika Harmoko, Cucu dari Pramudia Harmoko? Dia yang Biantoro maksud?" tanya Mardani, ingin memastikan.

"Iya, Ayah. Tika yang itu, yang dimaksud oleh Kak Bian," jawab Fani, masih menangis seperti saat sedang menelepon Biantoro.

"Mana mungkin Tika Harmoko mau menjadi selingkuhan mantan Suami kamu, Fani? Pakai otaklah juga kalau mau menuduh seseorang. Tika Harmoko itu salah satu wanita yang harga dirinya sangat tinggi di dalam Keluarga Harmoko. Mustahil kalau dia sampai mau menjadi selingkuhan mantan Suami kamu," bantah Irma--Ibu kandung Fani.

"Tapi Kak Bian mengatakan padaku kalau Tika sangat menghormatinya dan juga membuat Kak Bian nyaman saat sedang bersamanya, Bu. Mustahil hal itu adalah perkara bohong. Mereka memang satu kantor dan selalu bertemu setiap hari. Sudah jelas kalau ...."

"Tapi setiap kali Kak Tika bertemu denganku saat dirinya sedang bertugas di luar kantor, dia pasti selalu saja bersama dengan Adiknya, Manda Harmoko," potong Dela--Adik Fani satu-satunya. "Dia belum pernah kulihat pergi berdua dengan pria manapun, Kak Fani. Bahkan yang aku dengar, Kak Tika hanya akan menjalin hubungan dengan seorang pria jika keluarganya yang memilihkan pria itu untuknya. Sama seperti yang terjadi pada Kak Yvanna, yang kini sudah menikah dengan salah satu Putra dari Keluarga Adriatma. Jadi ... aku setuju dengan pendapat Ibu. Mustahil kalau Kak Tika sampai mau jadi selingkuhan mantan Suami Kakak."

"Teganya kamu, Dela!!! Kamu mau menyebutku pembohong, hah???" Fani mendadak kembali murka.

Mardani segera menahan Fani agar tidak kembali marah kepada Ibu dan Adiknya.

"Cukup, Fani! Hentikan!" tegas Mardani.

Fani pun terdiam sambil menangis di hadapan Mardani. Mardani kembali berupaya untuk menenangkan Fani. Irma dan Dela benar-benar tampak frustrasi dengan tingkah Fani yang benar-benar berubah sejak mengenal Biantoro.

"Begini saja. Mari kita datang ke rumah Keluarga Harmoko besok pagi. Mari kita tanyakan sendiri pada Tika, apakah dia adalah selingkuhan Bian atau bukan," saran Mardani.

* * *

TUMBAL UMURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang