7 | Terpikirkan Soal Risiko

875 85 0
                                    

Tio menyetir dengan santai pagi itu, ketika seluruh anggota Keluarga Harmoko memutuskan untuk pulang ke Subang setelah membicarakan mengenai rencana pernikahan Lili dan Aris. Reza membawa mobil miliknya sendiri. Naya ada bersamanya beserta Larasati dan Narendra. Di mobil milik Tio sendiri hanya ada Silvia dan Pram saat itu.


"Menurut Kakek, apakah Manda akan baik-baik saja sekarang meski saat ini dia ikut bersama Tika, Yvanna, dan Lili? Aku baru berani menanyakannya sekarang, karena kita sudah tidak berada di rumah Keluarga Adriatma. Aku takut pertanyaanku akan menimbulkan keresahan bagi Bibi Arini, Bibi Ayuni, dan Paman Bagus. Terlebih karena Jojo, Zian, dan Aris semalam ikut bersama mereka secara diam-diam," ujar Tio.

Pram menarik nafas selama beberapa saat, lalu mengembuskannya perlahan-lahan. Silvia juga menunggu jawaban dari Pram. Dalam diamnya, ia juga merasa sangat khawatir terhadap keadaan Manda setelah semalam melewati hal yang begitu mengerikan.

"Semalam, Yvanna dan Reza sudah memberikan pertahanan untuk Manda secara diam-diam. Insya Allah sekarang Manda akan aman dari serangan apa pun. Kakek tahu akan hal itu, namun Kakek tetap diam. Yvanna dan Reza jelas tidak ingin membuat Tika merasa lengah jika tahu kalau Manda sudah tidak lagi terancam. Reza saat ini berperan lebih banyak terhadap Manda. Meskipun Reza tidak ada di sisi Manda saat ini, tapi apa yang Reza lakukan untuk menjaga Manda jelas tidak akan bisa dicerna menggunakan akal sehat oleh manusia mana pun. Reza tahu kalau Yvanna akan berperan sangat banyak ketika menyelesaikan urusan antara Tika dan laki-laki bernama Biantoro itu. Maka dari itu Reza memutuskan untuk memusatkan perlindungan terhadap Manda, agar beban Yvanna sedikit menjadi lebih ringan daripada sebelumnya," jawab Pram.

"Maaf Kek, aku izin menyela," ujar Silvia.

"Bicaralah, Nak. Kakek akan mendengarkan kamu," balas Pram dengan tenang.

"Aku ingin tahu apakah karena Yvanna dan Reza telah melindungi Manda, maka dengan alasan itu Kakek membiarkan Manda ikut bersama Tika? Apakah menurut Kakek hal itu tidak akan menuai risiko apa pun untuk Manda, ketika pada akhirnya nanti mereka akan berhadapan dengan laki-laki bernama Biantoro itu?" tanya Silvia.

Pram tersenyum selama beberapa saat. Silvia benar-benar memiliki rasa khawatir dan peduli yang begitu besar untuk anggota keluarga. Hal itu jelas bisa Pram rasakan dari nada bicaranya serta bagaimana caranya bertanya.

"Risiko itu selalu ada, Nak. Bagaimana pun kerasnya Yvanna dan Reza menggunakan kekuatan yang mereka miliki, tetap selalu ada yang namanya risiko. Hanya saja, risiko itu sudah jelas beralih. Yang awalnya risiko itu akan diterima oleh Manda jika ada hal buruk yang akan menyerangnya, menjadi teralihkan kepada Yvanna atau Reza," jelas Pram.

Silvia pun terbelalak dan langsung berbalik menatap ke arah Pram yang sejak awal memang duduk di kursi tengah.

"Ba--bagaimana, Kek? Risiko akan teralihkan kepada Yvanna atau Reza?"

Tio merasa kaget ketika mendengar istrinya bertanya kepada Pram dengan nada yang begitu cemas. Ia takut kalau Pram akan marah karena mendengar nada bicara Silvia yang mendadak berubah seperti itu. Namun, Pram justru tampak biasa saja ketika Tio menatapnya melalui pantulan kaca spion di dalam mobil itu. Pram justru terlihat tersenyum tipis sambil mengamati ekspresi wajah Silvia.

"Kenapa kamu baru merasa kaget sekarang? Seharusnya kamu sudah merasa kaget sejak dulu, karena Yvanna itu sangat sering menggunakan ajian pengalih raga. Bahkan saat dia sedang membantu Ibumu waktu itu, Yvanna juga menggunakan ajian pengalih raga, 'kan? Nah ... ajian itu memiliki risiko yang memang akan selalu ditanggung oleh penggunanya. Yvanna mungkin terlihat biasa-biasa saja ketika menggunakan ajian tersebut. Namun di balik diamnya, dia selalu menahan rasa sakit yang seharusnya diterima oleh orang lain. Tapi, bukan berarti risiko seperti itu akan memberi dampak yang besar untuk Yvanna. Dia hanya merasa sakit selama beberapa saat atau beberapa jam saja."

Silvia langsung bernafas lega usai mendengar penjelasan dari Pram. Wanita itu benar-benar hampir merasa ketakutan. Ia benar-benar tidak siap jika sampai akan terjadi sesuatu pada Yvanna, akibat dari memakai salah satu ajian seperti ajian pengalih raga. Tio langsung menggenggam tangan Silvia dengan erat, demi memberikan ketenangan setelah sempat memikirkan hal-hal buruk.

"Kamu tenang saja, Yvanna pasti bisa mengatasi semua hal yang terjadi saat ini. Kamu tahu sendiri kalau Yvanna itu gigih ketika melakukan apa pun. Dia tidak akan mudah menyerah hanya karena tidak melihat siapa lawannya kali ini. Insya Allah, dia akan selalu pulang dan kembali berkumpul bersama kita," ujar Tio.

Silvia pun mengangguk-anggukkan kepalanya, berusaha untuk kembali berpikir positif seperti sediakala. Pram kembali berdiam diri seperti tadi, lalu mendadak teringat sesuatu.

"Oh ya ... kapan Ibumu mau kembali ke rumah keluarga kita, Silvia? Apakah kita tidak sekalian saja menjemputnya hari ini?" tanya Pram.

Silvia kembali menoleh ke belakang dan menatap Pram seperti tadi.

"Ibuku bilang dia akan minta dijemput dua hari lagi, Kakek. Ibuku tampaknya masih sangat rindu pada semua saudara dan saudarinya," jawabnya.

"Ah, begitu rupanya. Ya sudah, kalau begitu jemputlah Ibumu dua hari lagi. Kalau Tio mendadak ada pekerjaan, seret saja. Selalu ingatkan dia untuk tidak mengabaikan Ibu mertuanya," titah Pram.

"Kakek, mana mungkin aku akan mengabaikan Ibu mertuaku. Insya Allah aku tidak akan pernah mengabaikannya dalam keadaan apa pun. Kakek tidak perlu mengkhawatirkan hal itu," ujar Tio, setengah merajuk akibat malu di hadapan Silvia.

Silvia tertawa pelan saat melihat tingkah suaminya yang tidak pernah berubah sejak dulu.

"Kakek sedang kekurangan bahan pikiran. Makanya Kakek memikirkan kamu, Istrimu, dan Ibu mertuamu," ungkap Pram dengan jujur.

"Kenapa Kakek tidak memikirkan Manda dan Jojo? Semalam ... aku rasa Kakek jelas menyadari kalau Jojo tampak sama sekali tidak ingin menjauh dari Manda. Bahkan dia sampai memutuskan untuk mengajak Zian dan Aris menyelinap di mobil milik Tika," saran Tio, sengaja membahas masalah Manda dan Jojo.

"Mm ... kamu benar. Saat ini Kakek juga sedang memikirkan mengenai hal itu. Kakek sudah bicara dengan Ibunya Ben dan memintanya untuk menunggu kabar."

"Kabar? Maksud Kakek ... akan ada kabar baik untuk Bibi Arini terima hari ini?" tebak Silvia.

"Iya. Itu yang Kakek maksud," jawab Pram. "Jadi tunggu saja. Insya Allah kabar itu akan kita dengar tidak lama lagi."

Tio dan Silvia pun kini saling menatap selama beberapa saat. Tio langsung kembali menatap ke arah depan, karena dirinya tengah mengemudi. Perasaan mereka mendadak dihiasi dengan berbagai macam pertanyaan setelah mendengar apa yang Pram katakan. Pikiran mereka kini hanya tertuju pada Manda dan Jojo, seperti yang Pram arahkan.

* * *

TUMBAL UMURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang