17 | Menempatkan Satu Ajian

832 80 2
                                    

Jojo dan Manda keluar dari kamar mereka usai waktu shalat isya berlalu. Yvanna segera mendekat kepada mereka berdua dan berhenti tepat di hadapan keduanya.


"Sudah selesai?" tanya Yvanna, to the point.

"Apanya yang sudah selesai, Yv?" Aris bertanya dengan lantang karena kaget mendengar pertanyaan Yvanna untuk Jojo dan Manda.

"Shalat berjamaah, Ris ... shalat berjamaah!" jawab Silvia dengan cepat, sebelum mulut Aris semakin melesat ke mana-mana.

Mulut Aris langsung disumpal menggunakan nasi panas berlauk sambal teri kacang oleh Nania. Damar merasa bahagia sekali saat melihat Adik bungsunya tidak lagi bisa bicara seenak hati. Tatapan Yvanna masih terarah kepada Manda dan Jojo saat itu. Ia tampak tidak peduli dengan gangguan dari Aris, karena dirinya sedang berkonsentrasi terhadap Manda.

"Alhamdulillah, sudah selesai Yv. Kalau boleh jujur, aku enggak pernah kepikiran akan ditanya soal hal paling privasi seperti ini oleh kamu, loh," jawab Jojo, dengan wajah memerah yang begitu sempurna.

Yvanna pun tersenyum.

"Sebetulnya hal seperti itu tidak boleh ditanyakan. Itu jelas sama sekali tidak sopan, meskipun kalian berdua adalah Adikku. Itu adalah hal paling privasi bagi kalian berdua, setelah kalian resmi menjadi suami-istri. Sayangnya, saat ini aku memang harus menanyakannya dan kalian harus memastikan bahwa jawaban kalian adalah jawaban yang jujur. Dan jika memang prosesnya sudah selesai, saat ini tandanya aku sudah bisa memberikan satu ajian yang akan benar-benar melindungi Manda. Ajian itu akan membuat siapa pun yang memiliki niatan menyerang Manda dengan ilmu atau ritual apa pun akan menerima akibatnya sendiri," jelas Yvanna.

"Kami benar-benar jujur kok, Kak Yvanna. Proses yang Kakak maksud sudah benar-benar selesai kami jalani. Dan sekarang, aku harap kami berdua akan kembali dilibatkan dalam urusan mencari keberadaan Biantoro. Kakak tahu sendiri 'kan, kalau aku sebenarnya sudah ingin sekali memberi dia ganjaran yang setimpal karena telah berani mengancam Kak Tika melalui aku," ujar Manda, sambil menahan rasa geram di balik senyumnya yang manis.

Jojo terkekeh pelan saat melihat bagaimana ekspresi Manda yang tidak pernah berubah sejak masih remaja. Ia langsung merangkul wanita yang kini sudah resmi menjadi istrinya tersebut, lalu mengajaknya mengikuti langkah Yvanna menuju ke ruang depan. Semua orang saat itu sedang menikmati makan malam. Roni, Talia, dan kedua anak mereka sudah pulang setelah waktu shalat maghrib berlalu. Sekarang yang ada di menara itu hanyalah Keluarga Harmoko dan Keluarga Adriatma.

"Hari ini aku benar-benar belajar satu hal yang sangat penting," ujar Damar tiba-tiba.

Semua orang kini menatap ke arah Damar dan tampak ingin tahu kalimat selanjutnya yang akan diucapkan oleh pria itu.

"Bahwa kita sebaiknya jangan pernah merasa enggan untuk berbuat baik terhadap orang lain, terutama jika hal itu memang menyangkut dengan keselamatan orang yang kita tuju. Siapa yang menyangka bukan, kalau Tika dan Manda akan diberi pertolongan untuk pindah kantor dengan alasan pindah tugas oleh seseorang yang ada sangkut pautnya dengan Yvanna. Apa yang Yvanna lakukan dimasa kecilnya mungkin akan terlihat seperti kenakalan anak-anak. Tapi pada akhirnya setelah mendengar penjelasan dari Istri Pak Roni tadi, kita semua benar-benar merasa tidak menyangka kalau apa yang Yvanna lakukan ternyata bertujuan baik. Dan hari ini, Yvanna menuai hasil kebaikannya. Kakak dan Adiknya sekarang akan terhindar dari pencemaran nama baik yang akan terjadi, jika mantan Istri laki-laki itu sampai benar-benar muncul untuk mencari siapa wanita yang membuat Suaminya menceraikannya secara mendadak. Semua itu bisa mereka dapatkan karena kebaikan yang Yvanna lakukan di masa lalu."

Semua orang ikut memikirkan apa yang Damar katakan. Mereka jelas tidak bisa memungkiri hal itu dan bahkan sama sekali tidak bisa membantahnya. Tika turun dari lantai atas tak lama kemudian bersama Lili sambil membawa sebuah kotak yang tampaknya adalah sebuah hadiah.

"Apa itu, Li?" tanya Larasati.

"Ini hadiah, Bu. Aku mau memberikannya pada Kak Manda dan Kak Jojo. Mereka tidak merayakan pernikahan seperti Kak Tio dan Kak Silvia, Reza dan Naya, serta Kak Yvanna dan Kak Ben. Jadi setidaknya, aku dan Kak Tika harus memberinya hadiah pernikahan meskipun isinya bukan barang mewah," jawab Lili seraya tersenyum manis.

"Duh ... calon Istriku memang paling manis," puji Aris dengan ekspresi berlebihan.

Wajah Lili langsung memerah saat mendengar apa yang Aris katakan. Wanita itu juga langsung bersembunyi di balik punggung Silvia yang duduk tepat di sebelahnya. Silvia kini menatap geli ke arah Aris sambil menahan tawa.

"Tika ... waktu dan tempat aku persilakan dengan tulus ikhlas. Ayo, cepat ceramahi Aris. Jangan ragu-ragu," pinta Silvia.

Tika pun langsung membatalkan niatannya untuk duduk di kursi kosong di samping Ibunya dan menatap Aris sambil berkacak pinggang. Aris menatap Tika dengan wajah panik.

"Me--memangnya, mood Kak Tika sudah kembali ya? Sudah bisa berceramah lagi sekarang?" tanya Aris dengan polosnya.

Di ruang depan, Manda kini tengah memejamkan kedua matanya ketika Yvanna mengalirkan satu ajian yang akan membuatnya selalu aman. Jojo memperhatikan dari sofa yang lain dan sama sekali tidak bersuara agar Yvanna bisa berkonsentrasi penuh dengan apa yang saat itu tengah dilakukannya. Sejak dulu Jojo sudah tahu kalau Yvanna tidak boleh terganggu jika sedang mengalirkan ajian serta kekuatannya ke tubuh seseorang. Konsentrasi benar-benar dibutuhkan agar tidak terjadi kesalahan apa pun.

Setelah proses memberikan ajian ke dalam tubuh Manda selesai, Yvanna pun segera kembali menyimpan kekuatannya. Manda membuka kedua matanya lalu menoleh ke arah Yvanna seraya tersenyum.

"Terima kasih, Kak. Entah kenapa aku sangat ingin terus berterima kasih kepada Kakak, karena selama ini Kakak selalu ada setiap kali aku membutuhkan bantuan dalam bentuk apa pun. Kakak tidak pernah meninggalkan aku dan Kakak bahkan tidak keberatan terus kurepotkan meski sekarang kita sudah membangun keluarga masing-masing," ungkap Manda.

Yvanna pun segera membawa Manda ke dalam pelukannya. Manda kembali bermanja-manja dalam dekapan Yvanna dengan bebas.

"Kapan pun itu, Sayangku, berlarilah ke arahku jika kamu memang butuh tempat bersandar," bisik Yvanna, memberi izin tanpa ada batas.

Di tempat lain--tepatnya di kediaman Ki Mitra--pria paruh baya itu benar-benar merasa kesal setengah mati. Biantoro tak kunjung datang membawakan syarat terakhir yang harus dipenuhi untuk melaksanakan ritual tumbal umur terhadap Manda. Selain itu, ia telah berulang-ulang kali mencoba mengirim utusannya yang lain untuk menyerang Manda seperti sebelumnya. Namun sayangnya, utusan yang Ki Mitra kirimkan untuk menyerang Manda lagi-lagi mengalami kegagalan akibat adanya kekuatan besar yang menghalangi. Bahkan kali ini, utusan yang dikirimnya mengeluhkan soal rumah yang tidak bisa ditembus olehnya.

"Kurang ajar! Sekuat apa orang di dalam keluarga wanita itu sehingga bisa menghalau semua utusan yang kukirim hari ini? Ini benar-benar tidak bisa dibiarkan! Tapi Biantoro juga benar-benar sulit sekali untuk aku andalkan, padahal keadaan sudah hampir tidak memungkinkan bagiku untuk mendapatkan Manda sebagai tumbal! Sial!" umpat Ki Mitra, penuh dengan kemarahan.

* * *

TUMBAL UMURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang