14 | Pertemuan Dengan Teman Lama

832 87 0
                                    

Di tengah persiapan pernikahan Manda dan Jojo yang akan dilaksanakan sore nanti, Keluarga Harmoko mendadak kedatangan tamu. Tamu yang datang adalah Roni beserta istri dan kedua anaknya. Tika dan Manda jelas ikut menyambut kedatangan mereka, karena bagaimana pun pada saat itu sedikit banyaknya Roni telah memberi bantuan agar Tika dan Manda tidak terkena masalah yang dibuat oleh Biantoro. Mereka disambut dengan baik oleh Keluarga Harmoko dan Keluarga Adriatma--yang pada saat itu memang berada juga di sana. Namun Keluarga Adriatma memilih untuk memberikan ruang agar Roni beserta istrinya bisa bicara dengan Keluarga Harmoko saja.


"Kami berdua sengaja datang ke sini setelah membaca dengan cermat alamat rumah keluarga Letnan Tika dan juga Letnan Manda. Kami benar-benar ingin memastikan sendiri, bahwa keadaan Letnan Manda sudah baik-baik saja saat ini. Serta ... kami ingin membicarakan mengenai pencarian Pak Bian, agar tindakannya yang sudah melewati batas terhadap Letnan Tika dan Letnan Manda bisa segera dihentikan," jelas Roni, kepada Narendra, Larasati, dan juga Pram yang sedang menghadapinya.

"Terima kasih banyak atas perhatian dan tanggung jawab yang Pak Roni tunjukkan kepada Tika dan Manda. Saat ini alhamdulillah keadaan Manda sudah baik-baik saja, meskipun masih ada kemungkinan bahwa laki-laki itu akan kembali menyerangnya. Namun sebisa mungkin Kakak, Adik, dan Kakeknya akan berusaha untuk memberikan perlindungan. Maka dari itu juga, Insya Allah sore ini kami akan menikahkan Manda dengan calon Suaminya. Selain karena kami tidak ingin ada penyesalan akibat terlambat mengurus pernikahan mereka berdua, Kakaknya Manda memang mendapat firasat baik jika pernikahan mereka bisa terlaksana hari ini," Narendra benar-benar tulus berterima kasih pada saat itu.

Roni tampak menoleh ke arah Istrinya dan tersenyum senang dengan setelah mendapat penjelasan tersebut.

"Oh ya Pak Pram ... Pak Rendra ... Bu Laras ... perkenalkan, ini adalah Istriku. Namanya Talia. Dia ikut datang bersamaku karena dirinya juga merasa khawatir dengan kondisi Letnan Manda setelah aku menceritakan semua hal yang terjadi semalam di rumah Keluarga Adriatma kepadanya. Istriku terus mendorong dan meyakinkan, bahwa aku harus memberikan bantuan semaksimal mungkin terhadap Letnan Tika dan Letnan Manda. Terutama setelah dia mendengar sendiri dari salah satu rekan kerja mereka berdua, yang menghubungi Polda Garut pagi tadi," Roni memperkenalkan istrinya.

Wanita bernama Talia itu menangkupkan kedua tangannya di depan dada, pertanda bahwa ia sedang memperkenalkan diri kepada Narendra, Larasati, dan juga Pram. Tika dan Manda kini sedang menatapnya juga dari arah ambang pintu dapur.

"Perkenalkan juga, kami adalah anggota Keluarga Harmoko. Namaku Larasati, panggil saja Laras. Ini adalah Suamiku, namanya Rendra dan ini adalah Ayah kami, nama Beliau adalah Pram," Laras ikut memperkenalkan anggota keluarganya kepada Talia. "Kami adalah orangtua dari Tika dan Manda. Mereka anak kedua dan keempat, dari enam bersaudara."

Talia menganggukkan kepalanya seraya tersenyum, namun tetap tidak mengatakan apa-apa kepada Larasati. Hal itu sedikit membuat Larasati, Narendra, dan Pram agak kebingungan.

"Uhm ... maaf, aku lupa memberi tahu bahwa Istriku bisu. Dia bisa mendengar tapi tidak bisa berbicara. Ada sesuatu hal dimasa lalu yang membuatnya menjadi bisu seperti saat ini," jelas Roni, yang tampak paham dengan kebingungan pada raut wajah Pram, Narendra, dan Larasati.

"Oh, Ya Allah. Maafkan kami juga Pak Roni, karena kami tidak peka sejak tadi," ucap Larasati dengan cepat, lalu kembali menatap ke arah Talia seraya tersenyum lembut. "Mohon maafkan aku yang tidak peka, Bu Talia. Insya Allah aku akan berusaha untuk memperbaiki kesalahanku tadi."

Talia langsung memperlihatkan telapak tangannya ke arah Larasati dan menggerakkannya ke kanan dan kiri beberapa kali. Tika dan Manda meringis pelan dari ambang pintu dapur, ketika melihat Ayah, Ibu, dan Kakek mereka yang terkadang kurang peka terhadap sesuatu hal. Talia mengeluarkan ponselnya dan mengetik sesuatu di sana, lalu memperlihatkannya kepada Larasati.

"Jangan merasa bersalah, Bu Laras. Aku sama sekali tidak merasa tersinggung. Bu Laras memang tidak tahu mengenai kekurangan yang aku miliki. Lagi pula, aku ikut datang ke sini karena ingin menemui seseorang sekaligus untuk mengucapkan terima kasih," ujar Larasati, membacakan apa yang Talia tuliskan di ponsel.

Hal itu membuat kening Larasati mengerenyit selama beberapa saat.

"Berterima kasih? Mohon maaf Bu Talia, apa maksudnya anda ingin berterima kasih kepada seseorang di sini yang ingin anda temui?" tanya Larasati.

Ben dan Yvanna turun dari lantai dua. Roni melihat mereka dan segera menepuk pelan bahu Talia.

"Itu ... apakah dia Yvanna Harmoko yang kamu cari selama ini, Sayang?" tanya Roni.

Talia pun menoleh ke arah yang Roni tunjukkan. Tatapan Talia kini benar-benar bertemu dengan tatapan Yvanna yang baru saja tiba di lantai bawah bersama Ben. Yvanna langsung berhenti di tempatnya dan berusaha menajamkan pandangannya ke arah Talia, sementara Talia kini berdiri dari sofa yang di dudukinya dan tersenyum dengan kedua mata berkaca-kaca ketika melihat sosok yang telah dicarinya selama bertahun-tahun.

"Ta--Talia? Talia ... apakah itu benar-benar kamu?" tanya Yvanna, ingin meyakinkan diri dan hatinya.

Talia pun menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Yvanna. Yvanna bergegas berlari ke arah ruang tengah untuk mendekat pada Talia. Ia memeluk wanita itu dan membiarkan airmatanya luruh meski tanpa suara.

"Alhamdulillah kamu selamat. Alhamdulillah kamu benar-benar selamat dari tempat itu. Aku tidak bisa kembali lagi ke tempat itu setelah menyelesaikan semuanya. Aku selalu menolak menghadapi sesal, karena terlalu takut bahwa kamu tidak selamat," ungkap Yvanna, benar-benar terdengar lega.

Talia membalas pelukan Yvanna dengan erat, disaksikan oleh semua orang yang ada di ruangan itu--termasuk Tika, Manda, dan Ben yang sudah mendekat ke arah ambang pintu dapur. Talia kini kembali menatap Yvanna setelah melepas pelukannya, lalu bicara dengan Yvanna menggunakan bahasa isyarat. Semua orang jelas ingin tahu Talia mengatakan apa pada Yvanna. Namun mereka juga bingung bagaimana caranya untuk memahami bahasa isyarat.

"Istriku mengatakan pada Yvanna, bahwa Yvanna seharusnya tidak perlu merasa takut untuk kembali ke tempat itu. Istriku selamat karena mengikuti semua arahan yang Yvanna berikan. Dia menghanyutkan dirinya di sungai beserta beberapa orang anak panti asuhan lainnya yang sudah siap untuk dikorbankan oleh orang yang mengelola panti asuhan tersebut. Andai dirinya tidak mengikuti arahan yang Yvanna berikan, maka kemungkinan dirinya tidak akan pernah selamat bersama anak-anak lainnya," jelas Roni, membantu untuk menerjemahkan untuk Larasati, Pram, dan Narendra.

Tika, Manda, dan Ben ikut mendengarkan dengan serius ketika Roni menerjemahkan bahasa isyarat tersebut.

"Benarkah? Kamu benar-benar mengikuti arahanku, sebelum aku membakar habis panti asuhan itu? Mereka juga selamat?" tanya Yvanna, mencoba mengendalikan perasaannya yang sebenarnya ingin sekali meledak.

Talia menganggukkan kepalanya sambil menyeka airmata di wajah Yvanna. Wanita itu kembali menggunakan bahasa isyarat untuk bicara dengan Yvanna.

"Istriku bilang, kamu memang tidak punya pilihan lain selain membakar panti asuhan itu. Kami yang akan dikorbankan oleh pemiliknya tidak akan bisa selamat, jika kamu tidak melakukannya. Seperti yang kamu katakan waktu itu, semua harus terbakar atau kami tidak akan pernah bisa terlepas dari kejahatannya yang menggunakan panti asuhan sebagai wadah mencari tumbal untuk memperkaya diri," lanjut Roni.

Pram mendadak terkejut, begitu pula dengan Narendra dan Larasati.

"Tunggu dulu. Apakah panti asuhan yang dimaksud oleh Nak Talia itu adalah panti asuhan yang ada di kampung halaman Almarhumah Nenekmu, Yvanna?" tanya Pram.

* * *

TUMBAL UMURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang