Aris, Zian, dan Jojo memutuskan keluar dari bagian bawah kursi belakang setelah mereka merasa perjalanan itu sudah cukup jauh dari rumah Keluarga Adriatma. Mereka benar-benar bernafas lega karena sama sekali tidak ada yang sadar kalau mereka berhasil menyelinap pada mobil milik Tika ketika Ben membuka kunci mobil tersebut. Tika, Manda, Lili, dan bahkan Yvanna yang ada di depan serempak menoleh ke arah belakang ketika mendengar suara yang jelas sangat mereka kenali.
"Wah ... leganya setelah kita tidak perlu bersembunyi lagi di bawah kursi," ungkap Zian dengan jujur."Badanmu berat banget, Ris. Kamu enggak ada niat buat diet, gitu?" tanya Jojo, setengah menyindir.
"Aku? Diet? Aku kurang langsing bagaimana lagi di matamu, Jo? Hei ... lihat sendiri sini, perutku ini sixpack sekali loh," pamer Aris, tanpa tahu malu.
"Hei!" tegur Ben dari arah depan. "Kalian kok bisa ada di sini? Kalian masuk lewat mana?"
Sontak saja ketiga pria yang baru muncul itu langsung terdiam ketika mendengar teguran keras dari Ben. Mereka dengan kompak menunjuk pintu belakang mobil tersebut, seraya tersenyum seakan tak punya dosa.
"Astaghfirullah hal 'adzhim! Siapa yang punya ide untuk menyelinap seperti itu? Ayo jawab!" paksa Yvanna, tegas.
Zian dan Aris kompak menunjuk ke arah Jojo yang memang kenyataannya adalah pencetus ide menyelinap tersebut. Tatapan Yvanna kini terarah pada Jojo.
"Kamu yang punya ide, Jo? Berarti kamu tidak izin pada siapa pun ketika pergi dari rumah tadi?" tanya Yvanna.
"Aku izin kok, Yv," jawab Jojo.
"Sama siapa izinnya?" Ben ikut bertanya.
"Sama Silvia."
"Kak Silvia? Terus Kak Silvia memberi kamu izin untuk menyelinap ke mobil ini? Memangnya kamu bilang apa sama Silvia dan bagaimana Silvia menanggapi ucapanmu itu?" Yvanna sengaja mencecar Jojo karena merasa tidak percaya kalau Silvia memberi izin.
Semua mata kini terarah kepada Jojo, seakan mereka semua ingin mendengar penjelasan yang sama seperti yang Yvanna inginkan.
"Tadi aku bilang sama Silvia, 'Sil, gimana ya kalau aku ingin ikut pergi bersama mereka?'. Terus Silvia menjawabku, 'Kalau mau ikut ya ikut saja. Tapi untuk urusan bagaimana caranya agar kamu bisa ikut, jangan tanyakan padaku. Kamu tahu sendiri kalau suasananya sedang kacau dan tidak ada yang bisa berpikir jernih saat ini kecuali Yvanna. Tapi Yvanna juga jelas tidak akan memberikan kamu izin begitu saja kalau kamu tidak bilang pada Ibumu lebih dulu. Pokoknya terserah kamu. Pikirkan sendiri caranya kalau kamu mau ikut'. Begitu kata Silvia, Yv. Jadi ya sudah, aku menyarankan pada Aris dan Kak Zian untuk menyelinap saat Kak Ben membuka kunci mobil ini," jelas Jojo dengan jujur.
Semua orang kini terdiam usai mendengar penjelasan dari Jojo. Mereka semua tampak bingung mencari di mana kalimat pemberian izin yang Silvia cetuskan kepada Jojo.
"Jo ... Jojo Adik sepupuku tersayang. Coba sekarang jawab pertanyaanku. Bagaimana bisa kalimat seperti itu kamu anggap sebagai 'izin'? Waktu masih sekolah, kamu selalu masuk kelas ketika pelajaran Bahasa Indonesia berlangsung, 'kan?" gemas Zian, mendadak darah tinggi.
Jojo pun tersenyum serba salah sekarang. Yvanna jelas langsung menyerah karena sudah terlalu mengenal sifat Jojo sejak masih SMP. Ben juga tampak ingin sekali memberi ceramah yang panjang terhadap Jojo, namun jelas situasinya saat itu sangatlah tidak tepat. Tika kini menatap ke arah Zian dan Zian pun juga balas menatapnya.
"Aku paham alasan Jojo dan Aris ingin ikut. Alasannya karena Manda dan Lili juga ikut dalam perjalanan ini. Tapi kamu ... kenapa kamu ingin ikut juga? Alasan apa yang kamu miliki sehingga ingin ikut bersama kami?" tanya Tika.
"Alasanku cuma satu," jawab Zian. "Kamu."
Manda mendadak menggeser tempat duduknya hingga membuat Lili terpojok di ujung kursi. Pembicaraan antara Tika dan Zian jelas sangat membutuhkan ruang yang lebih luas, sehingga Manda dengan tulus ikhlas memberikan ruang yang luas tersebut untuk mereka berdua. Aris dan Jojo yang ada di kedua sisi Zian memilih segera kembali turun dari kursi belakang, lalu memilih bersembunyi seperti tadi. Jadi saat ini benar-benar hanya Tika dan Zian yang terfokus satu sama lain pada posisi itu.
Tika mendesah lelah ketika mendengar jawaban dari Zian. Kepalanya benar-benar berdenyut tiada henti karena terus memikirkan perasaan pria itu.
"Zi ... kamu itu sadar 'kan, kalau tadi aku sengaja bicara sekasar itu kepada Ben tentang kamu?" Tika mengingatkan.
"Iya, aku sadar," balas Zian, tenang.
"Lalu kenapa kamu masih juga berkeras ingin ikut hanya karena ada aku dalam perjalanan ini? Seharusnya kamu merasa sakit hati saat ini dan tidak lagi ingin melihatku, Zi. Kamu seharusnya ...."
"Karena hatiku tetap menginginkan kamu, meskipun kamu bicara setajam atau sekasar apa pun tentang aku," potong Zian, untuk menghentikan ucapan Tika.
Hal itu jelas sukses membuat Tika benar-benar terdiam. Keadaan hening selama beberapa saat, bahkan Yvanna dan Ben juga tak ingin ikut campur dengan urusan Zian serta Tika.
"Mau sekacau apa pun keadaannya, mau sekacau apa pun perasaanku saat mendengar ada seseorang yang begitu menginginkanmu hingga rela menyakiti Manda demi mengancam kamu, aku tetap menginginkan kamu. Terserah kalau pada akhirnya kamu akan menyerah pada ancaman orang itu. Intinya aku tidak mau menyerah untuk berjuang demi mendapatkan perhatianmu. Aku ingin kamu tahu bahwa aku suka sama kamu sejak pertama kali kita bertemu lagi di rumah keluargaku. Semua hal yang ada pada dirimu menyita perhatianku yang tidak pernah memperhatikan wanita mana pun selama aku hidup, selain Ibuku. Entah bagaimana jadinya nanti, Tika, aku mohon padamu untuk tidak menghentikan langkahku saat ini," pinta Zian, bersungguh-sungguh.
Tika tidak menjawab dan memilih menatap ke arah depan seperti tadi. Wanita itu melipat kedua tangannya di depan dada, lalu menutup kedua matanya demi menahan airmata. Manda dan Lili kini menoleh ke arah Tika perlahan-lahan, demi memuaskan rasa ingin tahu mereka mengenai tanggapan Tika terhadap permintaan Zian.
"Aku berharap kita bisa bicara dalam keadaan yang jauh lebih tenang, Zi. Bukan dalam keadaan seperti sekarang, di mana aku hanya bisa memikirkan soal amarah, bukan soal rasa sayang," lirih Tika.
Zian bisa mendengar dengan jelas hal itu, begitu pula dengan Jojo dan Aris yang kini kembali beringsut naik ke kursi seperti tadi. Zian mengulurkan tangannya ke depan dan meletakkannya pada kedua bahu Tika. Ia menepuk-nepuk pelan kedua bahu wanita itu, agar perasaan Tika merasa jauh lebih baik dari sebelumnya. Jojo memberi tanda pada Zian untuk bertukar tempat duduk. Zian menyetujuinya dan membiarkan Jojo bergeser dari posisi awalnya. Tika meletakkan tangannya di atas tangan Zian yang masih menepuk-nepuk pundaknya. Zian tersenyum tipis dan membiarkan Tika tetap dalam posisi demikian.
"Aku sayang kamu, Tika. Tak peduli bagaimana pun keadaannya," bisik Zian, tepat di belakang telinga Tika.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TUMBAL UMUR
Horror[COMPLETED] Seri Cerita TUMBAL Bagian 5 Baru saja selesai menyelesaikan kasus yang berhubungan dengan hal gaib, Manda tiba-tiba saja mengalami muntah darah. Manda terus saja kesakitan karena ternyata wanita itu telah menjadi sasaran kekejaman dari a...