#24 : Melupakan

2.2K 372 74
                                    

Lupakan awal pertemuan dan lupakan segala kenangan, itu satu-satunya yang bisa kamu lakukan untukku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lupakan awal pertemuan dan lupakan segala kenangan, itu satu-satunya yang bisa kamu lakukan untukku. Buatlah janji itu dengan cincin tasbih di tanganmu.

~Hilyatul A~
by Hildarrr

•••





Pemandangan yang ada di hadapannya sangatlah indah, danau yang bening dengan cahaya matahari yang meneduhkan. Di barisan bebatuan itu terlihat sosok yang tidak asing, ia pun melangkahkan kakinya melewati rerumputan yang basah hingga berhasil berdiri di dekat sosok itu.

"Hilya ...," serunya memanggil, menahan kerinduan.

Sosok itu tidak mau berbalik badan dan hanya tersenyum sembari melempar tatapannya ke danau jernih di hadapan mereka. "Lupakan awal pertemuan dan lupakan segala kenangan, itu satu-satunya yang bisa kamu lakukan untukku. Buatlah janji itu dengan cincin tasbih di tanganmu, Gus."

Gus Afif menundukkan pandangan dan membuka genggaman tangannya, ternyata ada cincin tasbih. Lidahnya kelu dan tidak tahu harus menjawab apa.

"Kenapa selalu begini Hilya? Kenapa saat aku mulai membuka hatiku pada orang lain, kamu selalu menghantui mimpiku." Gus Afif menahan air matanya.

"Kenapa?" Hilya menarik sudut bibirnya ke atas dan menyilang kedua tangan di belakang punggungnya. "Seharusnya anda tahu resiko terlalu menaruh rasa pada orang seperti saya."

Gus Afif terkekeh dan mengangguk, "Jika memang harus membuat janji dengan cincin ini," ucapnya sambil mengangkat tangan yang menggenggam cincin tasbihnya, "maka, aku akan memilih tidak melakukannya." Lalu, Gus Afif melempar cincin tasbih itu ke danau di depan mereka.

Gus Afif terus menatap ke air yang bergetar akibat lemparannya dan air perlahan kembali jernih memantulkan bayangan mereka berdua. Detik itu juga, Gus Afif menyaksikan wajah yang semula tidak jelas perlahan berubah menjadi wajah yang tidak ia duga.

"Laura?"

Gus Afif terbangun dari mimpinya dengan keadaan syok berat. Ia merasa seseorang terus mengguncang badannya dan menemukan Laura terus memanggilnya.

"Kenapa Gus? Ada apa?"

"Mimpi buruk ya?" tanya Laura menatapnya dengan khawatir.

Gus Afif hanya diam dan tidak menjawab sama sekali, hanya menangis.

"Udah, udah, istighfar dulu Gus," ucap Laura mencoba menenangkannya sembari memberikan pelukan hangat. Gus Afif berhenti menangis dan membalas pelukannya.

"Saya tidak mau melupakannya," ujar Gus Afif.

"Iya, jangan kalau gitu." Laura menepuk-nepuk punggungnya dan Gus Afif sedikit tenang.

"Dia jahat ya?"

"Iya, jahat banget."

"Saya kok bego menghadapinya?"

SyazwanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang